Bab 21 ~ Beberapa Pukulan

153 79 18
                                    

Kegelapan dan kehampaan yang tak berujung ini seolah membunuhku secara perlahan

🦋 Rini Fitri Simarmata

"Maka bajingan ini akan sangat siap untuk ngelayani lo, nona" cetus Radja kembali menunjukkan senyuman smirk dan kekehannya disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maka bajingan ini akan sangat siap untuk ngelayani lo, nona" cetus Radja kembali menunjukkan senyuman smirk dan kekehannya disana.

Buliran air mata Azallea masih berjatuhan di pipinya yang memerah, telapak tangannya yang menginjak pada ranjang tidur itu terus memundur ke belakang dan di bantui dengan telapak kakinya. Melihat setengah badan Radja ada di hadapannya, terpikirkan di kepalanya untuk menendang pusar lelaki itu ke belakang.

Atas tendangannya tadi, berhasil membuat tubuh Radja tersungkur ke belakang hingga terjatuh dari atas ranjang tidur. Azallea pun sudah berdiri di lantai keramik dingin ruangan, kembali mencoba menghindar dari jarak lelaki itu.

"Ternyata lo orang yang ngga bisa gue baikin!" ujar Radja menghampiri gadis itu dengan langkah besar dan pandangan mata tajam penuh amarah.

Saat Azallea ingin berlari dan berusaha menghindar, rambut panjangnya sudah di tarik duluan dari belakang, hingga tubuhnya jatuh ke bidang dada tegap Radja. Azallea sedikit meringis kesakitan pada puncak kepalanya, dan kembali makin kesakitan saat lelaki itu membalikkan badannya dengan cara memutar cengkramannya pada rambut Azallea. Azallea berusaha menahan lengan gagah lelaki itu, namun tidak ada hasil, karena tenaga Radja bahkan lebih kuat saat ini dibandingkan pada saat sebelumnya.

"Kenapa? Sakit, hah?" tanya Radja seolah sangat menyenangkan baginya melihat gadis itu meringis kesakitan atas sikap kasarnya.

Kini tangan kiri Radja beralih pada sisi kedua pipi Azallea untuk ia cengkram dengan kuat, bahkan lebih kuat dari cengkraman sebelumnya. Azallea tidak bisa berbohong dengan menyembunyikan kesakitannya disana, air matanya terus berderai deras walaupun masih mencoba dan berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan gagah itu, namun tangan mereka tidak sebanding besarnya.

"Lo mau relain tubuh lo ke gue, atau lo mau gue matiin aja?" tanya Radja blak-blakan.

"Gue lebih baik mati..," Azallea menahan ucapannya untuk mengatur nafasnya yang tersendat.

"...ketimbang relain mahkota gue ke cowo berengsek kayak lo."

Radja mengeluarkan satu kekehan kecil disana setelah mendengar ucapan Azallea tadi. "Oke!" cetusnya.

Radja melepaskan cengkraman tangan kirinya tadi pada pipi Azallea, dan melanjutkan tarikan rambut Azallea dari tangan kanannya untuk ia seret tubuh gadis itu ke pinggir ruangan. Tubuh Azallea sudah terbanting di tembok kokoh disana, hingga kepalanya terbentur keras yang dapat ia rasakan denyutan dan keperihan itu.

3A PROBLEM'S [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang