Bab 7 ~ Suara Dari Piano

205 99 18
                                    

Happy Reading!

Dibawah pohon besar yang berada ditengah luasnya timbunan tanah yang sudah bertanamkan ratusan batu nisan, dedaunan disana pun turut ikut melunturkan warna cerahnya, bahkan juga melemas akan layu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibawah pohon besar yang berada ditengah luasnya timbunan tanah yang sudah bertanamkan ratusan batu nisan, dedaunan disana pun turut ikut melunturkan warna cerahnya, bahkan juga melemas akan layu. Tangisan terus berderai diatas tanah yang masih terlihat sangat basah disana.

Gadis yang memiliki bola mata indah seperti bulan yang dikerlipi ribuan bintang, sudah tidak terlihat seperti itu lagi. Karena genangan air yang terus berada didalam matanya, hingga menghanyutkan dua benda keindahan yang ada disana.

"Aza kangen ma, pa" sumber suara itu berasal dari Azallea, yang sudah berpakaian serba hitam, masih menangis dengan tersedu ditengah makam milik Edgar dan Jennifer yang tepatnya kuburan itu berselahan. Step pemakaman sudah selesai, dan hanya menyisakan anggota keluarga jenazah disana.

"Mama sama papa lemah, harusnya mama sama papa belajar untuk jadi kuat kayak Aza" cetusnya. Walaupun pembicaraannya itu seperti mengejek, namun air matanya tetap tidak pernah berhenti menetes.

Prince juga sama sedihnya yang kini juga tengah berjongkok disebelah Azallea, sembari sedikit menenangkan adik perempuannya itu dari tangisannya. Edrick juga ikut berkabung disana, meratapi akan kesedihannya dengan kepergian kedua orang yang selama ini sudah memberikannya kepercayaan besar dikeluarga Veronica. Ia tidak bisa berkata apa-apa selain menunjukkan wajah tatapan kosong yang belum menyangka akan kepergian Edgar dan Jennifer.

Selain itu, ada Albert juga disana yang posisinya masih duduk melemah diatas kursi roda dan didampingi oleh Vano yang berdiri disebelahnya. Kesedihan dari mata kedua orang yang mempunyai marga Alvarendra itu juga sangat menyayat hati mereka berdua.

Terlebih lagi Vano, ia harus kehilangan kedua sahabatnya sekaligus. Ia bingung kemana lagi ia bisa bercerita lepas tentang kehidupannya selain kepada Edgar yang selama ini sangat setia menjadi pendengar ceritanya. Namun bayangannya juga tidak berhenti terlintas pada saat di Avrino Hospital kemarin saat mengetahui keadaan Albert yang sebenarnya.

"Albert mengalami penyakit leukimia yang sudah ditahap rasio risikonya lumayan tinggi. Ia harus mulai rutin kemoterapi mulai sekarang, jika tidak, kemungkinan besar bisa mempengaruhi pada paru-parunya nantinya. Atau mungkin juga bisa ke organ tubuhnya yang lain."

Ia mengingat jelas ucapan dokter yang kemarin menangani Albert di Avrino Hospital. Vano merasa sangat menyesal karena harus mengetahui penyakit Albert begitu terlambat, tanpa menyadarinya sedikitpun. Bagaimana bisa Albert menahan rasa sakit yang ia alami selama ini dengan seorang diri.

Sekarang ini semua anggota keluarga tadi akhirnya meninggalkan pemakaman dan beranjak memasuki dua mobil yang sudah berderetan disana. Azallea menghentikan langkahnya sebelum memasuki pintu mobil yang sudah terbuka.

"Kak, Aza mau ke Scarlet Ghost aja untuk sekarang ini. Aza belum siap pulang kerumah dan harus ingat lagi kenangan papa sama mama disana" pintanya kepada Prince.

3A PROBLEM'S [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang