Bab 10 ~ Menyakiti Demi Ketenangan

173 96 14
                                    

Happy Reading!

Riuhan bebisikian dari suara siswa dan siswi di sekeliling halaman, memberikan semilir lembut membelai tiap wajah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riuhan bebisikian dari suara siswa dan siswi di sekeliling halaman, memberikan semilir lembut membelai tiap wajah mereka. Dedaunan yang sudah terbangun pun ikut menari mengikuti irama alam, mengundang khayalan untuk melayang-layang dalam buaian sang angin.

Di Arcadia International School, sudah ada sosok gadis yang tengah duduk santai dikursi tepatnya dibawah pohon besar penuh dengan dedauan, seolah hawa menggembirakan berbisik ditelinganya "Nikmati momen ini, terbuailah dalam lamunanmu yang menyenangkan."

Helaian rambut panjangnya terus berhembusan oleh sepoi angin, dengan mata yang terpejam karena sudah sangat menikmati kelembutannya. Namun angin yang berasal dari depan wajahnya terhenti begitu saja saat kedatangan sosok lelaki yang berdiri tegap dihadapannya. Gadis itu perlahan membuka kedua matanya, karena sudah tidak bisa menikmati hembusan angin tadi lagi diwajahnya.

Tubuhnya terangkat begitu cepat saat melihat sosok yang berdiri dihadapannya, dan ingin langsung beranjak pergi dari kursi dibawah pohon besar itu. Sayangnya langkahnya terhentikan saat satu tangan menggenggam erat pergelangan tangannya. Tubuhnya hampir tersungkur dan untungnya punggungnya ditahan dengan cepat, karena tarikan dari tangan itu yang lumayan kuat.

Kini keempat mata itu saling bertujuan hingga kembali merasakan hembusan angin sepoi pada wajah mereka. Karena merasa pinggangnya sudah terlalu encok dengan posisi tubuh yang setengah menunduk kebelakang, dan pandangan wajah yang sedikit mendongak, ia akhirnya membenarkan posisinya dengan berdiri tegap dan sedikit menepis tubuh milik lelaki dihadapannya itu.

"Gue minta maaf atas kejadian tadi malam" suara itu berasal dari mulut lelaki yang mempunyai kalung simbol bulan sabit dilehernya.

"Gue ngga bermaksud ngebentak lo dan bersikap kasar kayak tadi malam" timpalnya lagi.

"Oke" balas gadis itu dengan wajah datar dan kembali membalikkan badannya agar pergi dari sana. Langkahnya kembali terhenti saat lelaki itu dengan cepat menahan pergelangan tangannya.

Gadis itu menaikkan alisnya saat kembali berbalik badan menghadap pada lelaki tersebut. "Jangan dekatin Aluna" cetusnya.

Lelaki itu adalah Anrez, ia kembali memberikan teguran kepada Azallea agar lebih berhati-hati terhadap Aluna. Ya benar, gadis yang bersamanya itu adalah Azallea.

"Kenapa? Dia pacar lo?" tanya Azallea blak-blakan.

Tidak ada jawaban dari Anrez. Azallea menyilangkan kedua tangannya didepan dada dan masih menatap pada wajah Anrez.

"Justru kejadian tadi malam bikin gue bersyukur..," ujarnya membuat Anrez menaikkan alisnya karena belum mengerti dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu.

"Akhirnya gue temuin jati diri gue yang sebenarnya" timpalnya kemudian, Anrez hanya berekspresi datar disana karena belum mengerti ucapan dari Azallea tadi. Hening dalam beberapa detik, Azallea langsung pergi dari hadapan Anrez. Kali ini benar-benar pergi dari hadapan lelaki itu.

3A PROBLEM'S [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang