Bab 35 ~ Terpaksa Menerima Fakta

165 101 24
                                    

Happy Reading!

Tiga hari telah berlangsung setelah kematian Aluna di Avrino Hospital pada malam yang sangat menakutkan dan menyedihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari telah berlangsung setelah kematian Aluna di Avrino Hospital pada malam yang sangat menakutkan dan menyedihkan. Tidak ada yang menyangka jika kematian juga akan menjemputnya secara tiba-tiba. Bahkan setelah selesai di hari pemakaman Aluna pun, Azallea masih tetap belum bangun dari tidurnya sampai hari ini. Sangat di sayangkan ia belum mengetahui soal kepergian Aluna.

Di ruangan yang memenuhi suara alat holter monitor itu, Azallea masih terbaring lemah dengan keadaan tertidur yang sudah tiga hari lamanya. Lagi dan lagi ia harus berhadapan dengan keadaan seperti ini, dimana banyaknya alat medis yang terpasang di sekujur tubuhnya. Terlebih lagi selang bantu pernafasan terus saja melekat pada lubang hidungnya.

Di dalam ruangan tersebut keberadaan Prince tidak pernah beralih kemana pun selain duduk sambil menatap wajah Azallea. Matanya bahkan sangat terlihat seperti kelelahan karena terus menunggu gadis itu agar segera bangun dari tidurnya. Genggamannya tidak pernah ia lepaskan dari tangan si gadis itu. Ia sudah sangat kewalahan harus menghadapi situasi buruk yang terus berdatangan pada Azallea.

"Queen... sampai kapan kakak harus bisa berhenti lihat penderitaan kamu. Kakak juga ikut sakit kalau lihat kamu terus-terusan kayak gini" ujarnya.

"Kakak ngga mau kalau kamu juga ninggalin kakak sendirian."

Prince menelungkupkan kepalanya ke bawah, lebih tepatnya di atas punggung tangan Azallea. Ia menyembunyikan tangisnya disana, tangisan yang tiada hentinya sejak kemarin. Entah seperti apa wajahnya saat ini, mata penuh kemerahan dan mata yang membengkak, bahkan wajah ikut sembab.

Air matanya terus menetes berjatuhan hingga mengenai punggung tangan Azallea. Namun saat ia terus melanjutkan tangisnya, ia merasakan seperti ada yang bergerak menyentuh wajahnya. Ia sempat diam sejenak, dan saat itu wajahnya kembali di sentuh pelan oleh sesuatu yang tidak ia ketahui. Kepalanya ia bangunkan dan menatap pada bawah wajahnya tadi, dan ternyata itu adalah jari-jemari Azallea yang mulai bergerak satu-persatu.

"Queen!" panggilnya sudah dalam mata melebar.

Ia menoleh pada wajah Azallea dan mengamati apakah ada tanda-tanda dari gadis itu akan bangun dari tidurnya. Jari Azallea masih terus bergerak, tetapi matanya belum ada pergerakan untuk terbuka. Namun tidak lama dari itu, uap dari pernafasan Azallea mulai terlihat pada alat yang menutupi hidung dan mulutnya.

"Queen!" panggil Prince lagi dan bangkit dari duduknya.

Prince menekan tombol yang berada di atas kepala Azallea, memberi isyarat agar perawat datang ke ruangan itu. Uap dari pernafasan Azallea semakin berkabut tebal, bahkan nafasnya juga sudah mulai berhembus panjang. Tidak menunggu lama akhirnya dokter dan dua perawat memasuki ruangan untuk segera menangani Azallea. Prince sudah menjauhkan jaraknya dan memperhatikan kondisi serius Azallea saat ini.

Dokter dan dua perawat terus fokus memberi penangan pada Azallea, aktivitas mereka mulai di sibukkan dengan kesibukan masing-masing. Dan saat keadaan masih sangat serius di dalam ruangan, kedatangan Anrez dan Vano juga ikut membelalakkan mata mereka karena situasi tersebut. Mereka berdua berlari dan mendekati Prince yang masih berdiri diam di tempat.

3A PROBLEM'S [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang