Happy Reading!
Tiba akhirnya jam pulang untuk Arcadia International School. Beberapa dari mereka sudah langsung bergegas pulang, dan beberapa-nya pun sudah berlari menuju lapangan basket untuk menonton pertandingan pada sore hari ini. Beberapa dari orang itu juga kebanyakan dari remaja lelaki, pastinya hanya lima persen untuk perempuan menyukai olahraga seperti itu.
Perlombaan sudah dimulai sejak 30 menit sebelum bel pulang berbunyi. Azallea yang baru saja memasuki lapangan pun langsung duduk di kursi kosong urutan ke tiga paling atas. Sesuai perjanjiannya tadi pagi pada Radja, maka ia harus menepati janji yang sudah ia setujui.
Ia sudah melihat sosok Radja di lapangan, tubuh dengan penuh air keringat, bahkan lebih kelihatan sangat segar untuk dipandang karena rambutnya yang juga ikut membasah. Tidak lama dari situ, Anrez pun akhirnya menyadari keberadaan Azallea sudah ada disana. Ia memberikan lambaian kecil pada gadis itu dengan semburat senyuman manis pada wajahnya. Azallea turut menaikkan kepalan tangannya ke atas, seolah memberikan semangat pada lelaki itu.
Kedatangan Azallea semakin membuat Radja semangat dalam pertandingannya. Bahkan skor tim nya sudah melewat jauh dari tim lawan. Sorakan dari semua siswa-siswi disana pun semakin membara untuk ikut menyemangati. Terlebih lagi dari anak-anak cheerleader, gerakan dan suara dari mereka tidak pernah berhenti untuk menyemangati orang-orang di lapangan.
"RADJA GO RADJA GO."
Teriakan itu dari kumpulan ciwi-ciwi yang merupakan fans berat Radja. Memang banyak yang meng-idolakan lelaki itu di Arcadia International School, tidak heran juga bagi semua orang. Melihat wajahnya yang dermawan, tubuh tegap dan tinggi, terlebih lagi anak dari ketua yayasan.
***
Prankk!
Tangan milik pria yang pernah membelai lembut kepala anaknya itu, kini sudah mencengkram leher botol whiskey tua dengan penuh amarah. Dengan satu gerakan penuh kemurkaan, tangan kekar itu melemparkan ke lantai keramik yang dingin, lantai yang pernah menjadi saksi bisu kehangatan keluarga yang di rajut dengan benang kasih sayang.
Botol whiskey tua itu berderai, kaca amber tebalnya pecah berkeping-keping, serpihan-serpihannya berhamburan ke segala penjuru, menari-nari di udara bagai mozaik yang hancur sebelum menghantam lantai dengan denting nyaring bagai lonceng kematian di menara tua.
"PAPA, udah pa" jerit anak gadisnya sudah berderai air mata melihat kondisinya sudah sangat tidak karuan, bahkan sedikit menakutkan.
Ia mencoba mendekati pria itu untuk menahan tangannya yang kembali ingin melemparkan botol whiskey tua tadi ke lantai. Namun sayangnya tubuhnya terjungkal duluan karena tepisan kasar dari tangan pria itu.
Ia mencoba untuk kembali bangkit, dan menahan tubuh pria itu yang masih semakin memberontak. "Pa..,"
Plakk!
KAMU SEDANG MEMBACA
3A PROBLEM'S [TERBIT]
Teen FictionKetika Jiwa dan Raga Yang Hampir Mati, Dipaksa Untuk Kembali Hidup. Kisah seorang gadis yang terkenal dengan paras wajahnya yang cantik, serta mempunyai bola mata yang sangat amat indah bagaikan bulan dikelilingi oleh kerlipan ribuan bintang. Hidupn...