Dengan wajah yang terlihat murung dan sedih Krystal mendekati Austin. Air mata sudah berlinang di pelupuk mata, dan bibirnya mengerucut lucu.
"Ada apa?" tanya Austin, terlihat bingung.
Ditanya seperti itu, air mata yang bertumpuk di pelupuk mata Krystal langsung jatuh dan dia langsung memeluk Austin. "Ibumu tidak menyukaiku," jawabnya.
"Aku memang tidak seperti Cindy yang tahu dan bisa segalanya, karena sebelum menikah aku selalu dimanja oleh kakak dan ibuku, aku juga tidak ada niatan untuk menikah cepat, apalagi menikah dengan orang dan keluarga yang tidak menyukaiku," lanjutnya.
Austin terdiam mendengar celotehan wanita yang tengah memeluknya. Tangannya terangkat dan membalas pelukan Krystal, serta sebelah tangannya mengusap kepala Krystal dengan lembut.
"Tidak perlu terlalu dipikirkan, Mamaku orangnya memang seperti itu, tetapi dia sangat penyayang," ucap Austin, menenangkan Krystal.
"Dia penyayang kepada Cindy dan orang lain, bukan kepadaku. Dia terlihat sangat membenciku, terlebih aku tidak bisa apa-apa dan sebagai istri aku hanya merepotkanmu," balas Krystal.
"Tidak perlu dimasukkan ke hati, biarkan saja," jawab Austin. Krystal pun tidak berbicara lagi.
Setelah beberapa saat, mereka kembali dipanggil untuk melakukan makan malam bersama. Krystal buru-buru menyeka air matanya dan melepaskan pelukannya dari Austin yang entah sudah berapa lama dia lakukan.
Kemudian, mereka menuju ruang makan dan bergabung dengan mama dan papa Austin yang sudah berada di sana.
Berbeda dengan Mama Austin, Papa Austin malah bersikap sangat ramah kepada Krystal dan sama sekali tidak menyebut-nyebut nama Cindy.
"Makanlah, anggap saja rumah sendiri, karena kamu sudah bagian dari keluarga ini," ujar pria paruh baya itu.
"Baik, Pa," jawab Krystal canggung.
Mereka pun makan dalam perbincangan kecil dan suasana yang cukup nyaman bagi Krystal, hingga Krystal ditegur oleh Mama Austin ketika memasukkan udang ke dalam piring Austin.
"Kamu tidak tahu, ya, Austin alergi udang? Kamu ingin membunuhnya?" ketus Rani—Mama Austin.
"Maaf, aku tidak tahu," jawab Krystal dengan wajah yang merasa bersalah.
"Memangnya apa yang kamu tahu? Kamu adiknya Cindy, tapi kenapa kalian sangat berbeda? Bahkan kamu dan Austin sudah cukup lama menikah, seharusnya kamu tahu apa yang membuatnya alergi, apa yang dia suka dan apa yang tidak dia suka!"
Krystal hanya menunduk mendengar cercaan ibu mertuanya.
"Ma, sudahlah. Itu bukanlah kesalahannya, akulah yang tidak memberitahukan kepadanya," ujar Austin kepada mamanya.
Dia mengalihkan pandangan kepada Krystal dan mengusap kepala Krystal dengan lembut. "Aku memang tidak makan udang karena aku alergi udang dan aku pernah hampir mati karena itu. Mungkin oleh itu Mama sangat marah. Jangan dimasukkan ke hati," ucapnya dengan lembut.
Rani hendak berbicara lagi, tetapi langsung dipotong dengan tegas oleh Papa Austin. "Rani, diamlah. Jangan membuat keributan di sini!"
Mendengar itu, wanita paruh baya itu pun diam.
Setelah selesai makan malam dan berbincang-bincang sebentar, serta karena sudah cukup malam, mereka pun menginap di rumah itu.
Saat ini Austin mengajak Krystal ke kamar lamanya yang dia tempati ketika dia masih tinggal di sana ataupun hanya sekedar berkunjung. Namun, di kamar itu ternyata masih banyak menyimpan kenangan antara Austin dan Cindy karena kamar itu dipenuhi oleh foto Austin berdua dengan Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti (Tamat)
RandomKrystal tidak menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan laki-laki yang dicintai oleh kakaknya. Seharusnya hari ini adalah pernikahan kakaknya, tapi ketika acara akan berlangsung, tiba-tiba kakaknya menghilang dan meninggalkan secarik surat yang me...