Krystal duduk di pinggir ranjang. Matanya menatap ke arah foto pernikahan yang memang terpajang di sana, air matanya jatuh begitu saja.
Dia takut, karena Austin sama sekali tidak menampik ucapan Cindy. “Apa Austin akan menceraikanku?” tanyanya, dia tidak bisa berpikir jernih. Hatinya terasa hancur,
“Kenapa Austin dan kak Cindy berucap dengan berterus terang di hadapanku?”
Dia membaringkan tubuhnya. Menikmati air mata yang jatuh ke bantal. Dia terdiam, sebisa mungkin menahan isak tangisnya saat mendengar suara langkah kaki seseorang.
Kemudian, dia pun mengusap air matanya dengan kasar, dan tidak berselang lama dia mendengar suara pintu kamar yang terbuka.
“Krystal, kamu sudah tidur?” tanya Austin, melihat Krystal yang tidur membelakanginya.
Tidak ada jawaban dari Krystal, membuat Austin melangkah ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa lengket yang berada di tubuhnya. Setelah mandi, dia mengenakan bajunya dan berbaring di belakang Krystal.
Austin yang melihat tidak ada pergerakan dari Krystal dan Krystal yang membelakanginya, lantas membuatnya memiringkan tubuh dan memeluk Krystal dari belakang sambil tangannya mengusap perut Krystal.
Air mata yang tadi sudah diusap kasar oleh Krystal kembali luruh dan jatuh. Dia tidak menahan rasa sesak di dadanya, namun sebisa mungkin tidak menimbulkan suara.
Sementara Austin, dia bisa mencium aroma shampo yang dikenakan oleh Krystal. Menghirup aroma tersebut dalam-dalam, dan dia juga merasakan tendangan dari bayi yang berada di dalam perut Krystal.
Seolah tersadar jika lampu utama kamar tersebut belum dipadamkan, dia berdiri sejenak untuk mematikan lampu dan dalam sekejap kamar tersebut terlihat remang. Lalu barulah dia kembali berbaring di belakang Krystal dan kembali memeluk Krystal.
‘Kenapa kamu memelukku, Austin? Apa kamu sudah selesai membahas semua rencana tentang masa depanmu dengan kakakku?’
Krystal masih terjaga. Bahkan dia sangat sulit untuk tertidur, ada yang mengganggu pikirannya. Mencoba untuk melupakan semuanya dan ikhlas pun rasanya sungguh sangat sulit.
Namun apa daya? Krystal menyadari statusnya, dia hanya menggantikan tugas Cindy untuk menjadi istri Austin. Jika Cindy kembali, tentunya Krystal harus menyerahkan Austin kepada Cindy.
*****
Beberapa hari telah berlalu. Selama itu juga kedekatan yang ditunjukkan Cindy dan Austin sudah mampu menyingkirkan Krystal secara perlahan. Namun Krystal masih tetap mencoba untuk optimis karena dia adalah istri sah dari Austin.
Kini Cindy, Austin dan juga Krystal sedang duduk di sofa. Cindy dan Austin duduk berdampingan, sedangkan Krystal hanya duduk sendiri.
Rasa iri mendera diri Krystal, namun dia lebih penasaran dengan apa yang akan diucapkan Cindy nantinya.
“Krystal. Aku dan Austin sudah menyepakati satu hal dan ini harus kita bicarakan dengan kamu juga.” Cindy berucap seraya memeluk lengan Austin yang berada di sampingnya.
Walau terlihat tidak peduli, namun Krystal memperhatikannya. Sungguh, hatinya terasa seperti sedang diremas. Apalagi Austin tidak menolak Cindy dan tersenyum kepada Cindy seolah kehadiran Krystal benar-benar tidak ada artinya.
“Aku dan Austin saling mencintai. Aku sudah membicarakan ini dengan Austin, dan cinta Austin hanya untukku. Sudah sepantasnya aku dan Austin menjalin hubungan yang memang sudah ditakdirkan, menjadi sepasang suami istri untuk menaungi bahtera rumah tangga.”
Cindy melanjutkan ucapannya, kini hati Krystal seperti ditusuk ribuan jarum. ‘Apa maksudnya ini? Apa kak Cindy ingin meminta haknya?’ tanya Krystal di dalam hati.
“Krystal, aku ingin kamu dan Austin bercerai. Ini permintaan yang mudah, kamu tidak mencintai Austin, kan? Aku juga meminta kamu untuk benar-benar pergi nantinya dari kehidupanku dan Austin.”
Luruh sudah harapan Krystal. Tidak ada lagi harapan yang akan menyertainya, tubuh Krystal terasa lemas bahkan untuk mengalihkan tatapannya saja dia tidak bisa.
Dia menatap ke arah Austin yang hanya bungkam, tidak berniat menyangkal atau menjelaskannya kepada Krystal. Walau Krystal tahu, tadi Cindy sudah mengucapkan jika Austin juga menyetujuinya, namun Krystal ingin mendengar Austin yang mengucapkannya sendiri.
Krystal bimbang. Memikirkan nasib bayinya yang tidak akan memiliki seorang ayah, sungguh membuatnya merasa miris.
Cindy yang melihat Krystal terdiam langsung melanjutkan ucapannya. “Aku sudah menanyakan hal ini kepada Austin, dan dia setuju untuk menceraikanmu. Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu tega merampas cinta kami berdua? Kami hanya ingin hidup bahagia, kamu tahu kalau aku kemarin diculik. Jadi cinta Austin juga masih untukku, Krystal. Kamu tidak berhak merampas Austin dariku, walau alasan utamanya karena kamu hamil.”
Cindy tersenyum, dia dengan tega merampas kebahagiaan Krystal yang terjalin belum begitu lama. Kenapa justru Cindy yang kini merasa sedang tersakiti, jelas yang harus lebih merasakan sakit hati adalah Krystal, karena dia yang sedang mengandung anak Austin. Kenapa tidak ada yang peduli dengannya?
“Kalau kamu tidak yakin, aku akan menanyakannya lagi. Austin, kamu bersedia bercerai dengan Krystal? Kamu sudah mengatakannya kemarin, aku tidak ingin Krystal mengira aku membohonginya. Kamu jangan diam saja, Austin,” ujar Cindy memandang Austin.
“Ya. Aku memang sudah menyetujuinya. Maaf, Krystal. Tapi memang seharusnya aku menjadi milik Cindy, dan kamu seharusnya sudah tahu dari awal, jika Cindy kembali, aku akan bersama Cindy,” ucap Austin.
Lidah Krystal seketika kelu. Tidak ada yang bisa dia ucapkan lagi, keputusan telak Austin telah dikeluarkan. Krystal tahu jika ini semua akan terjadi, tapi kenapa secepat ini?
Krystal mendongakkan wajahnya agar air matanya tidak luruh jatuh. Selama ada Cindy di penthouse Austin, air mata Krystal sudah terbuang banyak.
“Ya. Aku tahu, dan aku menyetujui keputusan ini. Tugasku memang hanya menggantikan kak Cindy saja, kak Cindy sudah pulang dan kalian bisa membangun impian kalian. Seperti yang kalian bahas waktu makan malam. Aku sadar dengan kehadiranku di sini justru malah memecah belah kalian. Austin sudah mengambil keputusan, aku hanya bisa menerimanya.” jawab Krystal. Dia sudah tidak tahan. Namun dia berusaha tegar, bagaimanapun juga dia harus bisa menerimanya.
Krystal beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja, meninggalkan Austin yang menatap punggung Krystal dengan pandangan yang sulit diartikan. Austin hendak mengejar Krystal, namun langkahnya dihentikan Cindy.
“Impian kita akan segera terwujud. Biarkan Krystal sendiri terlebih dahulu, jangan mengganggunya. Aku yakin dia hanya syok dan butuh istirahat saja. Dia juga terlihat tidak mencintaimu, kita memang sudah ditakdirkan berdua,” ujar Cindy dengan memeluk lengan Austin.
*****
Krystal membawa langkahnya yang gontai memasuki kamar mandi, dia menyalakan shower untuk meredam tangisnya. Hatinya terasa sakit, apalagi saat mendengar kabar jika Austin langsung menyetujuinya.
Dia duduk di lantai kamar mandi, membiarkan air shower membasahi tubuhnya. Mengabaikan rasa dingin yang menyergap.
“Maaf, mungkin kamu akan lahir tanpa ayah. Ayahmu memilih untuk pergi, Nak.”
Krystal mengusap perutnya yang sudah besar itu. Dia tidak tahu nanti harus menjelaskan bagaimana pada anaknya? Jika anak itu menanyakan ayahnya.
Hatinya terasa sakit, bahkan dadanya terasa sangat sesak karena sudah tidak bisa menahan rasa sakit. Dia menangis dengan tangan yang dia tangkupkan ke wajah.
(Cek info visual setiap tokoh di sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti (Tamat)
RandomKrystal tidak menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan laki-laki yang dicintai oleh kakaknya. Seharusnya hari ini adalah pernikahan kakaknya, tapi ketika acara akan berlangsung, tiba-tiba kakaknya menghilang dan meninggalkan secarik surat yang me...