Beberapa hari telah berlalu. Tanpa terasa, hari wisuda Krystal telah tiba. Wanita itu kini sedang berada di kampus, tentunya ada Austin dan kedua orang tuanya. Austin sama sekali tidak mengizinkan peluh membasahi wajah ataupun dahi Krystal.
"Kamu jangan terlalu lelah. Aku tidak ingin jika anakku kenapa-napa." Austin berujar dengan mengusap dahi Krystal yang terdapat keringat.
"Astaga! Kamu sudah mengucapkan itu dari semalam. Jika aku lelah, aku pasti akan mengatakan kepadamu. Ah, iya, jangan mengusap dahiku seperti itu. Nanti riasanku luntur." Krystal protes ketika Austin mengusap wajahnya dengan sedikit kasar.
"Ah, maaf. Aku tidak bermaksud. Ya sudah," sahut Austin yang berhenti mengusap dahi Krystal.
"Aku ingin ke sana. Aku ingin menemui Yosi terlebih dahulu, kamu bisa tunggu di sini?" pamit Krystal sembari menunjuk ke arah Yosi.
"Tidak. Aku akan ikut," jawab Austin yang membuat Krystal langsung merotasikan bola matanya.
"Apa maksud dari itu? Merotasikan bola matamu karena mendengar ucapan suamimu sendiri?" tanya Austin.
Hal itu membuat Krystal terkekeh. "Baiklah. Jika aku tolak juga pasti kamu akan tetap ikut, tidak ada juga yang bisa menghentikanmu," ucap Krystal sembari membawa langkahnya ke arah Yosi.
"Krystal!" panggil Yosi seraya melambaikan tangan. Namun Yosi langsung merubah raut wajahnya saat mengetahui Krystal datang menghampirinya tidak sendirian.
"Yosi. Akhirnya kita bisa wisuda juga. Setelah harus berpacaran dengan mata kuliah yang memusingkan otak," ucap Krystal dengan raut ceria.
"Bahasamu itu, berpacaran? Bahkan sekarang kamu sudah menikah, Krystal. Kamu tidak perlu memikirkan rencana lagi setelah wisuda. Kamu sudah memiliki harta yang cukup banyak sekarang," bisik Yosi pada Krystal.
"Tidak. Aku masih sama juga seperti dulu. Aku bukan penggila harta, jadi aku juga masih berpikir saat ini. Sebenarnya, aku ingin bekerja. Namun apa daya? Takdir menyuruhku menikmati semuanya menjelang kakakku kembali," jawab Krystal.
"Dasar kamu ini! Mari kita mengabadikan momen ini terlebih dahulu sebelum terlalu berkeringat dan sebelum riasan kita luntur," ajak Yosi.
"Baiklah."
"Krystal. Sepertinya kamu saat ini sudah kelelahan? Kamu ingin duduk? Atau ingin meminum sesuatu?" tanya Austin yang tiba-tiba mendekat ke arah Krystal dan Yosi.
Perhatian dari Austin membuat kedua pipi Krystal memerah karena malu. Bagaimana tidak? Austin dengan lantangnya berbicara pada Krystal seperti mereka sedang di tengah hutan.
"Ehem! Cie, kamu sepertinya sangat diratukan oleh suamimu." Yosi menaik turunkan alisnya, mencoba menggoda Krystal yang justru wajahnya terlihat kesal.
"Tidak juga. Sudahlah, acara sudah akan dimulai."
Krystal pergi dari hadapan Yosi. Acara wisuda saat itu memang belum dimulai, namun Austin sudah sangat siap sedia di samping Krystal.
*****
Acara wisuda berjalan dengan lancar. Austin kembali membuntuti Krystal. "Kamu sudah lelah? Mau makan apa? Minum mungkin?" tanyanya. Sungguh, semenjak hamil, Austin sangat perhatian kepadanya. Bahkan sangat menjaganya, seakan dia adalah sebuah barang yang mudah pecah.
"Belum. Kamu terlalu berlebihan, Austin."
"Sudah aku katakan? Aku mengkhawatirkan bayiku, kamu berjalanlah dengan perlahan. Kamu sedang mengenakan heels, nanti jika heelsnya patah bagaimana?"
Krystal menghentikan langkahnya dengan menghela nafas sejenak. "Kamu tidak perlu bersikap berlebihan seperti ini, aku malu dilihat banyak orang. Kamu tidak sadar? Mereka menatapku seperti ingin mengulitiku habis-habisan."
Krystal berucap jujur. Dia menjadi pusat perhatian karena Austin yang menempel padanya. Apalagi saat itu sedang sangat ramai, hingga membuat Krystal menjadi kesal sendiri.
"Sudah. Kalian jangan berantem, kita beli minum dulu saja." Rani menengahi Krystal yang sepertinya sedang tidak mood itu. Dia tahu jika Krystal sedang hamil, sehingga suasana hatinya pasti sedang naik turun.
Namun tatapan iri yang dilontarkan para wanita di kampusnya itu sungguh membuat Krystal merasa terganggu. Apalagi dia sempat mendengar ada yang berceletuk, "Enak sekali menjadi istri pengusaha muda yang diidam-idamkan semua wanita. Apalagi pasti hidupnya akan terjamin, setelah lulus tidak perlu lagi memikirkan pekerjaan."
Sungguh. Telinga Krystal terasa panas karena mendengar kalimat tersebut. Kalimat itu terngiang-ngiang di dalam benaknya.
Austin menggandeng pergelangan tangan Krystal. Tentunya hal itu dia lakukan karena tidak ingin Krystal berjalan terburu-buru. Dia masih menyayangi bayinya, atau entah kenapa kini hatinya juga ikut menghangat.
"Mama dan Papa akan pulang terlebih dahulu. Masih ada banyak urusan, kalian bersenang-senanglah," ujar Rani, "Tapi ingat, kamu harus menjaga bayi kamu," lanjutnya sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Austin dan Krystal.
"Masuklah ke dalam mobil, kita pergi cari makan dulu. Kamu jangan membantah. Ini sudah siang dan kamu hanya mengisi perutmu dengan roti, bagaimana nasib bayiku nanti?" ujar Austin yang terkesan tegas.
"Baiklah," sahut Krystal yang mengikuti langkah Austin untuk masuk ke dalam mobil. Austin membukakan pintu mobil untuk Krystal, tentunya membuat para wanita yang mengidam-idamkan Austin menjadi sangat iri.
Austin tampan, kaya raya, seorang pengusaha muda. Siapa yang tidak ingin menjadi istrinya? Melihat Krystal diperlakukan seperti seorang ratu membuat mereka berbisik-bisik karena iri. Austin mendengarnya, namun dia mengabaikannya.
Saat mobil sudah melaju ke luar dari pekarangan kampus. Austin yang sedang menyetir mengalihkan pandangan ke arah Krystal yang duduk di sampingnya. "Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Aku tahu, kamu sedang memikirkan ucapan orang-orang yang ada di kampus tadi."
"Tidak. Sudahlah, jangan dibahas. Aku lapar," ucap Krystal yang mencoba mengalihkan ucapan Austin. Dia tidak ingin membahas para wanita kampus yang tadi iri kepadanya.
*****
"Bagaimana, apakah kakimu lelah?" tanya Austin ketika memasuki kamar dan melihat Krystal yang sedang berusaha memijat kakinya sendiri.
"Sedikit, mungkin karena aku memaksakan menggunakan heels," jawab Krystal.
Austin membawa langkahnya mendekati Krystal dan duduk di sisi ranjang. Kemudian, mengambil kaki Krystal memberikan pijatan lembut pada kaki Krystal.
Krystal merasakan kenyaman yang luar biasa dan dia pun memutuskan untuk menyandarkan punggung pada headboard sembari menatap pria yang merupakan suaminya yang tengah memberikan pijatan lembut pada kakinya.
Dengan perlahan, pijatan yang dilakukan Austin semakin bergerak naik menuju paha Krystal dan tangannya menyusup ke paha dalam Krystal, membuat Krystal langsung terdiam dengan tubuh yang kaku.
Austin menahan saliva dengan tatapan yang fokus kepada Krystal, tetapi tangannya seakan meremas paha Krystal dan entah kapan tubuh mereka sudah menjadi berdekatan. Membuat hembusan napas mereka terasa sangat dekat.
"Krystal. Bolehkah aku melakukannya lagi?" tanyanya dengan suara yang terkesan berbisik dan napasnya terdengar berat.
Namun, belum sempat Krystal menjawab. Dia sudah terlebih dahulu meraup bibir plum Krystal, hal itu membuat Krystal terkesiap, tetapi juga tidak mampu untuk menolak. Sehingga, dia pun dengan perlahan memejamkan mata.
Awalnya Krystal tidak membalas cumbuan yang dilakukan oleh Austin, tetapi lama kelamaan dia pun mulai mengikuti irama dan semakin terhanyut di dalam ciuman yang sudah dipenuhi oleh nafsu tersebut.
(Cek info visual setiap tokoh di sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti (Tamat)
DiversosKrystal tidak menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan laki-laki yang dicintai oleh kakaknya. Seharusnya hari ini adalah pernikahan kakaknya, tapi ketika acara akan berlangsung, tiba-tiba kakaknya menghilang dan meninggalkan secarik surat yang me...