24 | Hanya bisa menonton

4K 129 0
                                    

Cindy berhamburan ke pelukan Austin, sedangkan tubuh Austin masih membeku, dia meneguk salivanya sendiri. Cindy pun menangis di pelukan Austin, namun sebenarnya pria itu sama sekali tidak membalas pelukan dari Cindy.

Austin yang tersadar langsung mengelus punggung Cindy, tetapi beberapa saat kemudian dia melepaskan pelukan Cindy yang berada di tubuhnya.

Ditatapnya Cindy yang penuh dengan akan luka dan lebam. "Kamu kenapa? Setelah sekian lama pergi tiba-tiba datang ke sini dalam keadaan yang seperti?”

“Austin, kamu harus percaya kepadaku.  Di saat hari pernikahan kita, aku diculik oleh mantanku yang terobsesi kepadaku. Aku tidak bisa menolaknya karena dia mengancamku dan dia memaksaku untuk menulis surat agar aku menyatakan bahwa aku tidak bersedia melanjutkan pernikahan kita … selama di sana, aku selalu diperlakukan dengan buruk dan disiksa. Sekarang aku baru bisa melarikan diri dan menemuimu,” jelas Cindy dengan berurai air mata. 

Austin pun memperhatikan tubuh Cindy yang benar-benar penuh luka dan lebam. “Aku tidak tahu harus mempercayainya atau tidak? Tapi lebih baik kamu ikut aku pulang terlebih dahulu, karyawanku memperhatikan kita," jawab Austin. Sebab, mereka benar-benar menjadi pusat perhatian, terlebih Cindy saat ini sedang menangis dan karyawannya banyak yang mengetahui kasus pernikahannya dulu. 

Austin sungguh merasa prihatin melihat wanita yang masih ada di hatinya itu penuh dengan luka dan lebam, bahkan goresan seperti terkena pisau.

Dia mengendarai mobilnya. Pikirannya kalang kabut. Jujur, dia merasa bingung saat ini, apalagi Krystal ada di penthouse, namun dia tidak memiliki pilihan lain selain mengajak Cindy untuk pulang bersamanya.

“Austin aku benar-benar minta maaf akan sikapku, namun apa yang aku ucapkan sungguh sebuah kejujuran. Aku sama sekali tidak berbohong, apalagi menambahkan cerita." Cindy merasa tidak tahan dengan keheningan yang berada di dalam mobil lantas mengajak Austin untuk berbicara. Namun Austin hanya menatap Cindy sekilas dan langsung menatap ke arah depan kembali.

Namun, Austin tidak langsung menuju penthouse, melainkan membelokkan mobilnya ke arah sebuah butik karena baju yang dikenakan oleh Cindy saat ini terlihat lusuh, dan dia berhenti tepat di depan butik. 

“Gunakan kartu ini dan pergilah beli pakaian untukmu sendiri. Aku akan menunggu di sini," ucap Austin sembari memberikan kartunya kepada Cindy. 

“Kenapa kamu tidak ikut saja?” tanya Cindy dengan penuh harap. Berharap Austin akan menemaninya. 

“Tidak perlu, lebih baik kamu pergi sendiri. Selain itu bersihkan wajahmu!” pinta Austin. Dia sama sekali tidak melihat ke arah Cindy.

Cindy yang merasa Austin masih marah kepadanya lantas beranjak dari mobil, dia membawa langkahnya memasuki butik. 

Setelah selesai dan sudah membenahi penampilannya, dia pun kembali ke mobil Austin dan menyerahkan kartu yang tadi diberikan Austin.

“Terima kasih. Apakah kamu masih marah kepadaku?” Cindy menatap Austin, tetapi pria itu sama sekali tidak bergeming. 

“Tidak.”

Jawaban singkat dari Austin membuat Cindy bungkam dan membawa pandangan ke arah depan. 

Hingga beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di tujuan.

Tidak ada lagi sikap manis yang Austin tunjukkan, dia turun dari mobil dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu Cindy yang menantikannya untuk membukakan pintu mobil seperti yang biasa dilakukan oleh Austin ketika mereka masih menjadi pasangan kekasih dulu. 

Melihat sikap Austin yang dingin kepadanya membuat Cindy terpaksa harus membuka pintu mobil sendiri dan segera berjalan menyusul Austin.

“Austin! Kenapa kamu tidak membukakan pintu mobil untukku?”

“Bukan masalah besar, bukan? Aku juga lupa kalau aku harus membukakan pintu mobil untukmu. Duduklah, aku akan mengambilkan obat untukmu,” ucapnya sembari membantu Cindy untuk duduk setelah mereka memasuki penthouse.

Ketika Austin hendak melangkah untuk mengambil kotak obat, Krystal tiba-tiba menghampiri mereka. Jelas kehadiran Cindy yang berada di dekat Austin membuat Krystal merasa terkejut, apalagi saat itu Krystal dapat melihat Austin yang membantu Cindy untuk duduk di sofa.

“Kak Cindy?” panggil Krystal seolah meyakinkan jika yang berada di penthouse saat itu adalah kakaknya.

“Krystal?” tanya Cindy, dia melirik ke arah perut adiknya yang membesar. Seketika itu juga kedua matanya terbelalak, namun sebisa mungkin dia menetralkan raut wajahnya yang terkejut.

‘Apa dia sedang hamil?’ tanya Cindy di dalam hatinya. 

Austin yang menyadari kehadiran Krystal langsung melepaskan tangannya dari bahu Cindy. Dia membawa langkahnya untuk mendekat ke arah Krystal yang saat ini sedang berdiri mematung. 

“Temani dulu Kakakmu, dia mendapatkan kekerasan dari mantannya. Aku mau mengambil kotak obat terlebih dahulu,” pintanya kepada Krystal. 

Krystal hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia masih mencerna tentang apa yang saat ini terjadi pada kakaknya yang sudah lama melarikan diri.

Dia mendekat ke arah Cindy. Duduk di hadapan Cindy. “Kakak dari mana saja?” tanyanya. 

“Aku diculik oleh mantanku yang masih terobsesi kepadaku,” jawab Cindy dengan terkesan sedikit ketus.

Austin yang baru saja mengambil kotak obat lantas melangkahkan kedua kakinya dengan sedikit tergesa, dia juga membawa wadah yang berisi air hangat.

Alih-alih menyuruh Krystal yang mengobati Cindy, Austin justru duduk di samping Cindy. Walaupun tadi di dalam mobil dia sempat ragu, namun nyatanya hatinya terasa sakit saat melihat keadaan Cindy yang memprihatinkan.

Dengan telaten tangannya menyeka wajah Cindy, tentunya hal itu tidak luput dari pandangan Krystal yang jelas-jelas juga berada di sana. Krystal hanya dianggap seperti patung karena Cindy dan juga Austin yang sibuk sendiri.

“Aw! Kamu menyakitiku, tolong pelan sedikit,” ucap Cindy dengan manja.

“Maaf, tapi takutnya nanti infeksi. Apalagi lebamnya sudah berwarna ungu seperti ini, kenapa kamu tadi tidak ke Rumah Sakit terlebih dahulu?” tanya Austin yang terlihat khawatir. 

Tangannya masih mengobati luka Cindy, tetapi saat ini jauh lebih lembut dari sebelumnya. Bahkan dia juga memberikan tiupan lembut.

“Alasanku untuk kabur dari tempat itu ya kamu! Sungguh, aku diancam saat itu agar menulis surat yang aku sendiri tidak ingin mengingatnya. Oleh karena itu saat aku berhasil kabur orang pertama yang aku temui adalah kamu, Austin.”

Krystal dapat melihat kekhawatiran yang ditunjukkan Austin untuk Cindy, walaupun Cindy adalah kakaknya dan harusnya memang kakaknya lah yang menjadi istri Austin, tapi tetap saja hatinya terasa teriris. Apalagi dia melihat suaminya yang dengan telaten mengobati kakaknya.

‘Apakah Austin akan meninggalkanku? Kandunganku sudah membesar, seharusnya Kak Cindy segera pulang saat itu. Kenapa di saat aku sudah benar-benar menyerahkan hatiku untuk Austin dia justru kembali? Apa Austin akan menceraikanku? Pernikahanku dengannya adalah sebuah kesalahan. Apalagi saat itu Austin pernah berkata jika nantinya Cindy kembali, dia akan menceraikanku.’

Hati Krystal merasa was-was dan bimbang, dia takut jika nantinya Austin benar-benar menceraikannya. Karena dia sudah benar-benar menaruh hati kepada Austin, apalagi anak yang sedang dikandungnya saat ini sudah tumbuh menjadi bayi yang berada di dalam perutnya.

(Cek info visual setiap tokoh di sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)

Istri Pengganti (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang