19 | Tespek

4.1K 124 1
                                    

Semenjak kejadian panas meskipun awalnya penuh pemaksaan malam itu, saat ini hubungan Austin dan Krystal semakin dekat. Krystal pun tidak lagi bertemu dengan Robert dan sebisa mungkin menghindar dari Robert. 

Bukan karena dia sudah ada rasa kepada Austin, melainkan karena dia takut kepada pria itu karena jika sudah marah dan termakan emosi, Austin akan seperti dua orang yang berbeda kepribadian. 

Lebih tepatnya Austin sangat mengerikan jika sedang marah, oleh karena itu Krystal tidak ingin mengulang kesalahan yang sama lagi. 

Saat ini Krystal sedang berada di universitasnya, dia akan mengikuti sebuah seminar yang dilakukan oleh pihak kampus dengan mengundang seorang pengusaha terkemuka di negara mereka, tetapi dia belum mengetahui nama pengusaha itu karena dia hanya ikut-ikutan saja asalkan mendapatkan sertifikat. 

“Kabarnya yang mengisi seminar kali ini seorang pengusaha muda dan sangat tampan,” ucap Yosi, menghampiri Krystal sembari membawakan makanan kesukaan Krystal.

”Kamu juga tidak tahu siapa pengisi seminar kali ini?” tanya Krystal sembari menerima makanan tersebut.

”Sejak kapan aku peduli dengan orangnya? Yang penting namaku ada sebagai orang yang menghadiri acara dan nanti akan mendapatkan sertifikat seminar yang kita butuhkan,” jawab Yosi dengan santai. 

Krystal pun mendengus, percuma saja dia bertanya kepada sahabatnya karena sifat mereka berdua sama. Mungkin karena itulah Tuhan menjadikan mereka sahabat. 

“Baiklah, ayo kita ke aula. Kita duduk paling belakang saja supaya kita bisa makan daripada mengantuk karena mendengarkan hal yang membosankan,” ajak Yosi,  yang langsung dituruti oleh Krystal. 

Setibanya di aula, mereka benar-benar menempati kursi pada barisan paling belakang, dan satu per satu aula itu mulai dipenuhi oleh mahasiswa/i lain yang menghadiri seminar tersebut. 

Krystal sudah tidak peduli lagi, dia mengeluarkan makanannya sembari bermain ponsel. Bahkan ketika seisi aula itu berteriak heboh karena kedatangan pengisi seminar, dia masih tidak peduli dan masih fokus dengan ponselnya. 

Hingga, akhirnya Yosi mencoleknya dan berkata, “Itu bukankah suamimu?”

Krystal awalnya merasa bingung. Dia pun membawa pandangan ke arah depan, tetapi seketika matanya membulat bahwa yang dikatakan oleh Yosi memang. 

Austin saat ini ada di hadapan mereka sembari menjabat tangan seorang dosen cantik yang mengajar di universitas mereka, dan dosen itu tidak mengalihkan pandangan dari Austin, membuat Krystal merasakan kesal di hatinya. 

Untung saja Austin bersikap biasa saja dan hanya sebentar menjabat tangan dosen cantik itu, dan sekarang Austin membawa pandangannya kepada Krystal sehingga tatapan mereka sama-sama bertemu, tetapi lagi-lagi dosen cantik itu masih saja mengganggu karena mempersilahkan Austin untuk duduk. 

Bahkan mereka duduk juga bersebelahan dan dosen itu tidak henti-hentinya mengajak Austin berbicara, mentang-mentang dosen itu penanggung jawab seminar. 

“Percuma cantik jika gatal kepada suami orang. Apa matanya buta, tidak bisa melihat cincin pernikah yang melingkar di jari pria itu. Aku saja dengan jarak yang bermeter-meter dari mereka bisa melihat cincin itu dengan jelas,” ketus Yosi dengan kesal. 

“Biarkan saja, aku tidak peduli,” jawab Krystal, tetapi wajahnya terlihat bad mood dan dia kembali memakan makanannya. Bahkan, hingga Austin memberikan materi dan penjelasan, dia sama sekali tidak memperhatikan. 

“Baiklah, sekarang masuk ke sesi tanya jawab. Silahkan tanyakan kepada Bapak Austin terkait hal yang beliau sampaikan tadi,” ucap dosen cantik tersebut, dan siswa/i tersebut berbondong-bondong mengangkat tangan ingin bertanya. 

Istri Pengganti (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang