31 | Tamat

7.4K 98 1
                                    

Tak ada yang lebih ajaib daripada kelahiran seorang anak. Dari rahim Krystal, muncul kehidupan baru yang begitu murni dan tak tersentuh, sebuah mahluk kecil yang berpotensi untuk merubah segalanya. Sebuah bayi laki-laki, yang diberi nama Maxim, telah lahir ke dunia ini.

Tanda-tanda awal kehidupan itu terdengar jelas dalam bentuk tangisan bayi yang menggema di seluruh ruangan, sebuah melodi yang paling ditunggu-tunggu. Tangisan itu adalah suara kehidupan, suara kebahagiaan, namun juga suara kekhawatiran.

Di luar ruangan, suasana tegang dan harap-harap cemas menggantung di udara. Para penunggu di luar ruangan, yang telah menunggu dengan napas yang tertahan, merasakan kelegaan mendalam saat mendengar tangisan tersebut. 

Namun, kelegaan itu segera digantikan oleh kekhawatiran yang mendalam. Apa yang terjadi dengan Krystal? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia dan bayinya selamat?

Tiba-tiba, pintu ruang bersalin terbuka dan seorang dokter muncul. Rani, yang berdiri di samping pintu, langsung menatap dokter itu dengan penuh harapan dan kekhawatiran.

"Dok, bagaimana keadaan mereka?" tanya Rani, suaranya penuh dengan kecemasan yang tak bisa ditahan lagi.

Dokter itu menatap Rani, dan dengan senyum lembut di wajahnya, dia menjawab, "Ibu dan bayinya selamat. Bayinya berjenis kelamin laki-laki." Jawabannya menggantikan kecemasan di wajah Rani dengan senyuman lega dan bahagia.

*****

Tahun demi tahun telah berlalu, meninggalkan jejak-jejak kenangan dan perubahan. Di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan cahaya matahari yang hangat, seorang anak laki-laki sedang asyik bermain dengan mobil-mobilan kecilnya.

"Mama, kapan Papa akan pulang?" tanya Maxim, nada suaranya penuh harap. Ia duduk di lantai, matanya yang berbinar menatap pintu, seakan-akan bisa memanggil kedatangan ayahnya hanya dengan menatap.

"Tidak lama lagi, Maxim," jawab Krystal, dengan suara lembut. Ia tengah sibuk di dapur, tangannya cekatan mengaduk adonan kue kering di mangkuk besar di depannya. Meski begitu, pandangannya tak lepas dari putranya, memastikan ia dalam keadaan aman dan bahagia.

"Mama, bolehkah aku membantu?" tanya Maxim, matanya yang coklat menatap ibunya dengan penuh harap. Dia masih duduk di lantai, mobil-mobilannya tergeletak di sekelilingnya.

"Sudah, Maxim. Kamu main saja, Mama hampir selesai," jawab Krystal, memberikan senyum hangat kepada putranya.

Maxim pun menerima jawaban itu, membalikkan tubuhnya dan kembali ke dunianya sendiri sembari berceloteh kecil.

Kehidupan mereka jelas lebih baik, daripada sebelumnya. Apalagi saat memiliki buah hati yang begitu menggemaskan, Krystal tidak bisa menahan senyumnya saat mendengar Maxim berceloteh karena dilarang membantu dirinya. 

Tentunya bukan tanpa alasan, jika Maxim membantunya, yang ada dia tidak akan selesai-selesai karena diganggu oleh putranya. 

Pintu utama penthouse terbuka lebar, memperlihatkan sosok pria yang telah ditunggu-tunggu oleh Maxim. Pria itu, Austin, masih mengenakan jas kerjanya, senyuman hangat menghiasi wajahnya.

"Papa!" seru Maxim, meninggalkan mobil-mobilannya dan berlari menuju Austin yang masih berdiri di ambang pintu.

"Wah, ini dia anak Papa!" seru Austin, berjongkok agar bisa berada di tingkat yang sama dengan Maxim. Dia mengangkat Maxim dan menggendongnya, berjalan menuju Krystal.

"Apakah kamu bermain sendiri sepanjang hari? Tidak ada Mama yang menemani, kasihan sekali," komentar Austin, suaranya penuh kehangatan.

"Iya, Mama sibuk. Tapi aku tidak tahu Mama sibuk apa," jawab Maxim, menempelkan kepalanya di pundak Austin.

Istri Pengganti (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang