25 | Hanya bisa diam

3.8K 130 0
                                    

Cindy tidak mau pulang dari sana, dia justru meminta Austin untuk mengizinkannya menginap.

“Ayolah, masa menginap sehari saja tidak boleh? Aku takut kalau misalkan mantanku itu kembali, dia kan tahu rumahku.” 

Suasana meja makan yang biasanya banyak dengan canda tawa, kini justru Cindy yang mendominasi dengan mengatakan ingin menginap. Bukan tanpa alasan Austin menolak niat Cindy tersebut, namun Cindy tetap bersikukuh untuk menginap. 

“Krystal, bagaimana?” tanya Austin yang meminta persetujuan dengan Krystal. 

“Tidak apa. Aku terserah kamu, dia juga kakak aku. Takut jika diculik lagi dan tidak kembali,” ucap Krystal yang sungguh bertolak belakang dengan keinginan hatinya. Namun dia juga tidak mau jika kakaknya itu kembali diculik, di penthouse milik Austin, tentunya Cindy akan lebih aman. 

Akhirnya keputusan yang Austin buat adalah membiarkan Cindy menginap di sana. Tentu hal itu memberatkan Krystal, namun Krystal hanya menahannya di dalam hati dan enggan mengungkapkannya. Ini juga sesuai keinginannya, membiarkan Cindy bermalam terlebih dahulu di penthouse Austin.

*****

Saat pagi menjelang, Cindy sudah berada di dapur. Dia menyiapkan beberapa bahan masakan yang akan dimasak untuk sarapan. Tentunya ada beberapa menu yang akan dimasak olehnya, tidak seperti Krystal yang jarang memasak banyak menu. 

Krystal baru terbangun dari tidurnya, dia melangkah menuju wastafel untuk cuci muka sebelum nanti menuju ke dapur. Namun, langkah Krystal terhenti saat melihat Cindy yang sudah berada di dapur. 

Krystal tetap melanjutkan langkahnya, “Kak. Kamu kan tamu di sini, tidak apa. Biarkan aku saja yang memasak,” ucap Krystal yang sudah berada di dekat Cindy.

“Tidak apa, Krystal. Kakak juga sudah terbiasa memasak bukan! Kamu menunggu di ruang makan dan menunggu masakan jadi.”

Krystal menurut, dia menuju ke ruang makan dan duduk di sana. Setelah sekian lama dia duduk, masakan yang dimasak oleh Cindy matang dan menatanya di meja makan. 

Cindy ikut duduk, di hadapan Krystal. Beberapa saat setelah dia duduk, Austin datang dengan sudah memakai jas. 

“Austin, duduk di sampingku sini, sini,” ucap Cindy yang dengan tidak tahu malu. 

Austin melirik ke arah Krystal yang seolah tidak perduli. Kemudian Austin duduk di samping Cindy, senyuman pedih Krystal sembunyikan dari hadapan Cindy dan Austin.

Cindy berlagak menjadi tuan rumah dan menganggap Austin adalah suaminya. Dengan lancang Cindy menyuapkan nasi yang berada di sendok ke Austin, namun Austin tidak menolaknya. Hati Krystal terasa sakit, namun dia hanya bisa melahap nasi yang berada di piringnya dengan tidak bernafsu. 

*****

Siang hari saat Krystal sedang duduk dengan membaca majalah, tiba-tiba Cindy datang menghampirinya. Cindy duduk di samping Krystal, membuat Krystal melirik sejenak ke arah kakaknya.

“Aku sangat mencintai Austin,” ujar Cindy secara tiba-tiba.

Krystal yang tadi sedang membaca majalah langsung meletakkan majalahnya dan menatap ke arah Cindy. Dilihatnya air mata Cindy yang luruh jatuh membasahi pipi. 

“Tidak ada alasan lain aku meninggalkan Austin, sungguh, aku merasa sesak karena saat itu harus meninggalkan pernikahanku. Aku diculik, dan dipaksa membuat surat jika aku tidak ingin melanjutkan pernikahan. Padahal tidak, itu memang tulisanku, namun itu semua terjadi karena tekanan dari seseorang.”

Krystal terdiam. Menyimak ucapan Cindy, namun dia sendiri juga bingung harus melakukan apa? Jelas ucapan Cindy kali ini ditujukan padanya, pasalnya Krystal sedang mengandung anak Austin.

“Andaikan saja saat itu aku tidak menurut dan langsung bisa kabur, pasti aku sudah menikah dengan Austin. Aku tidak bisa hidup jika tanpa Austin, sebesar itu cintaku padanya.”

Bahu Cindy berguncang hebat, menandakan kesedihan yang mendalam. 

Tangan Krystal mengepal erat, andaikan dulu dia tidak mempertahankan anak yang dikandungnya, mungkin dia bisa pergi begitu saja. Namun sekarang beda, janinnya sudah membesar dan nyatanya Austin juga menganggap kehadirannya.

“Kamu tahu tidak? Betapa tersiksanya kakak di sana? Kakak sakit, menahan pukulan, bahkan sayatan pisau yang seperti ini. Kakak hanya menginginkan Austin, dia lelaki yang kakak cintai.”

Namun lagi-lagi Krystal hanya bungkam karena bingung. Di lain sisi, dia juga sudah jatuh hati kepada Austin. Namun melihat kondisi Cindy yang seperti itu juga membuat hatinya terasa bimbang.

*****

Hari sudah mulai petang, Cindy mengetuk pintu kamar Austin dan Krystal. Krystal yang masih mengeringkan rambutnya menyuruh Cindy untuk masuk saja.

Cindy membuka pintu kamar Austin dan Krystal. Dia melangkah untuk mendekat ke arah Krystal, “Aku tadi membeli baju, kira-kira bagus tidak?”

Krystal mengalihkan tatapannya ke arah Cindy. Dia tidak terkejut jika Cindy mengenakan baju yang seksi. “Cantik, Kak.” Krystal memuji penampilan Cindy.

“Kalau aku di depan Austin seperti ini, kira-kira dia suka tidak?” tanya Cindy lagi. 

Walau berat Krystal harus mengakui jika tubuh kakaknya itu sungguh bisa membuat siapa pun iri, apalagi pakaian yang dikenakan Cindy saat ini menerawang di bagian tertentu. 

“Mungkin,” ucap Krystal pada akhirnya. 

Cindy yang mendengar jawaban Krystal melangkah ke luar dari kamar itu, dia duduk di sofa agar bisa mengetahui kapan Austin pulang. 

Austin membuka pintu penthouse-nya, dia menjatuhkan tatapannya ke arah Cindy yang sedang berdiri di dekat sofa. 

Penampilannya sungguh membuat jantung Austin berdegup dengan cepat, apalagi kini Cindy sudah berada di sebelahnya dengan bergelayut di lengan kirinya. 

“Makan dulu yuk,” ucap Cindy yang mengajak Austin untuk menuju ke ruang makan. 

Saat di ruang makan, Austin juga melihat Krystal yang sedang menyiapkan makanan. Cindy mendudukkan Austin dan dia juga ikut duduk di samping Austin. 

Lagi-lagi Krystal harus duduk berseberangan dengan Austin.

“Ini semua masakan aku, Austin. Khusus karena ini semua makanan kesukaan kamu.”

Austin hanya menganggukkan kepalanya. Cindy beranjak untuk mengambil nasi beserta lauk untuk Austin. 

“Nah, makanlah,” ucap Cindy yang sudah kembali duduk. 

“Kalau lagi makan bareng seperti ini, aku jadi teringat tentang impian kita dulu, Austin. Apa kamu masih mengingatnya?”

“Ya. Tentu saja aku masih mengingatnya,” ucap Austin jujur.

“Kita menikah dan memiliki banyak anak. Aku melayani kamu seperti ini, bukankah hal yang bagus?” tanya Cindy. 

“Iya, Cindy. Sudah kamu makan dulu saja. Nanti baru dilanjut membahasnya.”

Namun Cindy tidak menuruti keinginan Austin, dia terus mengungkapkan impian-impian jika nanti Cindy menikah dengan Austin.

Krystal awalnya hanya diam, tapi lama-kelamaan kupingnya terasa panas. Dia beranjak dari duduknya hingga membuat kursi yang didudukinya tadi berderit. 

“Aku sudah kenyang, kalian silahkan lanjutkan makan. Aku mau ke kamar dulu,” ucap Krystal yang sudah tidak bisa menahan mual saat mendengar impian Cindy dan juga Austin. Lebih baik dia kembali ke kamar, daripada harus merasa mual dan muntah

(Cek info visual setiap tokoh di sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)

Istri Pengganti (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang