23. Boy-friend

831 27 2
                                    

Happy reading ✨

🎀🎀🎀

Sinar matahari memasuki celah tirai yang tersingkap. Namun hal itu tak cukup untuk sekadar mengusik kedua insan yang sedang lelap tersebut.

Grace yang seakan sadar bahwa hari ini mentari sudah menyingsing tinggi pun seakan tidak mau beranjak dari tempat ternyamannya.

Ia ingin menikmati momen ini lebih lama. Tiada jarak barang se-inci pun yang bisa membatasi antara ia dan Bryan. Grace tau bahwa ini salah. Hubungan yang biasa dikatakan sebagai 'persahabatan' ini pun seharusnya tidak begini.

Tidak ada sahabat yang menyentuh sahabatnya sejauh ini. Tidak ada sahabat yang mencium sahabatnya. Dan tidak ada sahabat yang tidur di atas ranjang yang sama dengan saling memeluk.

Tapi Grace seolah tidak peduli. Ia sangat sadar bahwa ia mencintai Bryan. Ia tidak ingin kehilangan Bryan. Ia ingin Bryan selalu berada di dekatnya, di sekitarnya. Dan ia ingin Bryan selalu ada dalam pandangannya.

Tak mau berpikiran lebih jauh, Grace makin mengeratkan pelukannya pada Bryan, dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang tersebut.

"You make me turn on, Cia." bisik Bryan dengan nada serak khas bangun tidur.

"Hm? Lo udah bangun?" tanya Grace sembari menatap Bryan dengan wajah polosnya.

"Udah bangun dari tadi." sahutnya singkat.

"Terus kenapa nggak bangun?"

"Enakan cuddling kaya gini. Dada lo empuk soalnya." timpal Bryan sembari mengeratkan pelukannya.

"Mesum!" pekik Grace seraya menjauhkan tubuhnya dari Bryan.

"Lo juga suka gue mesumin." jawabnya tanpa beban.

"Sok tau banget." sahut Grace tak terima.

"Baru gue kasih foreplay aja lo ngedesah."

Jawaban tak terduga dari Bryan sontak membuat wajah Grace menjadi merah padam. Ia terkesan seperti perempuan yang haus sentuhan.

"Udah ah. Gue mau masak. Laper."

Grace segera mengalihkan topik agar Bryan tidak membahas hal-hal yang memalukan bagi dirinya.

"Nggak usah pake bra ya? I like to touch them without bra." pinta Bryan dengan frontal.

"Gue jahit ya mulut lo!" sinis Grace sembari melemparkan bantal pada Bryan.

"Gue serius. Gue suka twinnie without bra. Apalagi kalo naked." ujar Bryan dengan senyum miringnya.

"Shut up!" peringat Grace.

Ia segera mengambil pakaiannya untuk dikenakan di kamar mandi agar ia tidak semakin malu.

Saat Grace berdiri tepat di depan cermin kamar mandi, ia terkejut bukan main saat melihat bagian dada dan perutnya hampir dipenuhi kissmark yang diciptakan Bryan semalam.

"Emang gila si Bryan. Ini pasti bakal lama ilangnya. Untung dia nggak bikin dileher." gumamnya sembari melihat tanda tanda yang dibuat Bryan.

Karena Grace tak mau ambil pusing, ia segera membersihkan dirinya dan segera membuat sarapan karena ia sudah merasa lapar.

Tak lama setelahnya Grace keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Bryan belum beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan ia masih belum mengenakan pakaiannya.

Tanpa mengatakan apapun Grace keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur.

Tak berselang lama Bryan menyusulnya dan berdiri disampingnya.

"Bikin apa, Grace?" tanya Bryan.

"Mau bikin smoothies bowl sama roti bakar aja yang simpel."

"Lo nggak ada jam kuliah pagi?" imbuhnya.

"Nanti siang. Cuma dua mata kuliah kok." jawabnya sembari berjalan menuju meja makan.

"Lo ada rencana apa hari ini?" imbuhnya.

"Gue ada rencana mau ke Gramedia sih. Sama mau nyicil garap skripsi."

"Kapan perginya?" tanya Bryan.

"Nanti agak siangan." sahut Grace sembari menyusun sarapan mereka di atas meja.

"Nanti bareng gue aja perginya. Terus nanti gue jemput lagi pulangnya." ucap Bryan seraya memakan sarapannya.

"Nggak usah. Nanti lo malah kerepotan bolak-balik." tolak Grace secara halus.

Bryan mengernyit dan sedikit tidak menyukai perkataan Grace. Ia meletakkan sendoknya dan menatap Grace secara lekat.

"Sejak kapan gue ngerasa kerepotan pas lagi sama lo?" tanya Bryan dengan nada datarnya.

"Ya nggak pernah sih. Tapi kan gue juga bisa pergi sendiri, Bryan. Gue udah gede." sahut Grace memberi pengertian.

"Ya gue tau. Tapi kalo semisal ada apa-apa sama lo gimana?"

"Lo nggak usah khawatir. Gue nggak bakal kenapa-kenapa, Bryan. Lo terlalu berlebihan tau nggak."

Grace menggelengkan kepalanya. Bryan tak hanya sekali dua kali bertingkah seperti ini. Ia selalu memperlakukan Grace seperti anak kecil yang belum mengerti apa apa.

"Pokoknya tetep gue anter, titik! Gue nggak mau denger kalimat penolakan apapun!" pinta Bryan tanpa bisa dibantah.

"Terserah lo deh." gumam Grace mendesah lesu.

🎀🎀🎀

Thank u for reading, my lovely Gracianners🤍

Mohon tandai typo...

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang