14. Trouble Maker

2.9K 56 0
                                        

Siang ini Grace pergi ke kampusnya sendiri. Bryan sudah bersikeras untuk mengantarnya, tapi Grace dengan sifatnya yang keras kepala menolak mentah-mentah tawaran Bryan.

Grace masih cukup kesal dengan kissmark yang ditinggalkan Bryan di lehernya. Ia membutuhkan tenaga ekstra untuk menutupi bekas-bekas tersebut menggunakan concealer miliknya hingga bekas tersebut dapat tertutup dengan sempurna.

Tapi ia juga cukup malu apabila membayangkan kejadian kemarin dan hari ini. Saat Bryan menyentuhnya. Bahkan sentuhan Bryan masih terasa di tubuhnya.

Aish, ia bisa gila lama-lama. Dia sudah seperti gadis mesum yang selalu haus akan belaian. Tapi ia tak bohong kalau sentuhan Bryan memang bisa membuatnya lupa diri.

Ia jadi ragu kalau ia masih mampu menyembunyikan perasaannya untuk Bryan setelah kejadian ini. Tapi ia juga takut kalau Bryan menjauh darinya karena ia mengutarakan perasaannya.

Grace sudah berada di gedung fakultasnya. Namun saat ia hendak pergi ke kelasnya, tiba-tiba ada seseorang yang sangat tidak ia harapkan kehadirannya.

"Grace, tunggu!" titah suara itu.

"Gue mau ngomong sama lo!" imbuhnya setelah berada tepat di hadapan Grace.

"Sayangnya gue nggak punya waktu buat ngobrol sama orang aneh kaya lo!" sentak Grace.

"Gue gak peduli. Tapi gue minta lo buat jauhin Bryan!" ujar Jesselyn.

Ya, orang yang mendatangi Grace ada Jessie. Perempuan aneh yang sudah tergila-gila dengan sahabatnya itu.

"Lo punya hak apa nyuruh gue buat ngejauhin Bryan?" ucap Grace dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Gue nggak mau tau, pokoknya lo harus ngejauhin Bryan! Kalo lo nggak mau ngejauhin Bryan, lo liat apa yang bakal gue lakuin!" ancam Jessie sembari menunjuk wajah Grace.

"I'm so scared." timpal Grace dengan nada yang seolah-olah dibuat terkejut sembari menutup mulutnya.

"Gue nggak main-main, Grace! Pokoknya kalo sampe lo masih deket-deket sama Bryan, gue bakal ngelakuin sesuatu buat misahin kalian!" tekan Jessie.

"Emang dasarnya cewe aneh." gumam Grace seraya berlalu dari tempatnya.

Namun belum sampai Grace melangkahkan kakinya, rambutnya sudah ditarik dengan kasar oleh Jessie.

"Apapun yang gue mau harus gue dapetin, termasuk Bryan!" ujar Jessie yang saat ini masih menarik kasar rambut Grace.

"Sialan! What are you fuckin' doing, Bitch!" Grace yang tak terima mendapatkan perlakuan seperti itu sontak membalas dengan menarik rambut Jessie dengan lebih keras hingga Jessie terjungkal.

Alhasil cekalan tangan Jessie di rambut Grace terlepas dan bergantian memegangi rambutnya.

Untungnya parkiran Fakultas Ekonomi dan Bisnis cukup sepi siang ini. Jadi tidak akan ada yang menonton kejadian memalukan ini.

"Lo pikir gue bakal takut sama omong kosong lo itu? Lo pikir lo siapa bisa bertindak seenaknya? You're not a queen. You're the only trouble maker, Bitch!" tekan Grace sembari menarik rambut Jessie lebih kencang.

Setelah mengatakan kalimat itu, Grace segera berlalu dan meninggalkan Jessie yang saat ini sedang dikuasai amarah.

"Lo nggak tau siapa gue, Grace! Gue bakal bikin perhitungan sama lo! Lo tunggu aja tanggal mainnya!" gumam Jessie sembari mengepalkan kedua tangannya.

Jessie tidak akan terima jika dirinya di hina seperti ini. Ia akan membalas perbuatan Grace dan ia akan mendapatkan Bryan. Itu janjinya.

••••

Grace memasuki kelasnya dengan wajah menahan emosi. Ia sungguh ingin mencaci maki orang sekarang.  Biang onar yang satu itu memang sangat meresahkan. Pantas saja Bryan sampai kesal setengah mati pada perempuan aneh itu.

Grace masuk kelas sesudah merapikan penampilannya di toilet. Ia menata kembali rambutnya yang tadi dijambak oleh Jessie. Grace makin kesal ketika ia tau rambutnya rontok beberapa helai. Sialan memang, Jesselyn!

"Muka lo keliatan lagi badmood, Grace? Kenapa lo?" tanya Arcelia Luciana Jeanette.

Grace memiliki dua orang teman yang cukup dekat dengannya di fakultas ini. Mereka berdua adalah Arcelia Luciana Jeanette dan Kirania Aurora Almira.

Mereka bertemu saat ospek di kampus dan mereka menjadi dekat hingga saat ini. Mereka berdua cukup baik menurut Grace.

"Gue habis dicegat sama nenek lampir penghuni fakultas hukum." ujar Grace bersungut-sungut.

"Hah? Siapa?" timpal Kirania.

Grace menghembuskan napasnya kasar sebelum menjawab "Jesselyn! Kalian tau cewe aneh yang satu itu kan? Gue habis dicegat sama dia."

"Pasti masalah Bryan." tebak Arcelia tepat sasaran.

"Ya iyalah! Tuh cewe aneh kan emang obsessed banget sama Bryan!" ujar Grace bersungut-sungut.

"Masih aja tuh cewe ngejar-ngejar Bryan. Padahal udah jelas-jelas ditolak." imbuh Rania.

"Tau tuh! Mungkin kalo Bryan ke luar angkasa juga bakal disusulin sama tu cewe gila!" Grace masih sangat kesal dengan kejadian barusan. Ia butuh ketenangan untuk sekarang.

Amarah Grace sempat teredam ketika dosen mata kuliah mereka masuk kelas dan mulai mengajar.

••••

Senja perlahan menampakkan dirinya. Menandakan siang akan segera berganti menjadi malam.

Saat ini Grace sedang mengendarai mobilnya membelah jalanan ibu kota yang cukup padat sore ini. Grace merasa sangat lelah sekarang. Ia ingin segera berbaring di kasur kesayangannya.

Saat sedang asyik mengendarai mobilnya, tiba-tiba ponselnya berdering dan ia segera melihat siapa yang meneleponnya.

Bryan is calling...

Kenapa pula laki-laki ini meneleponnya sore-sore begini? Apa ia tidak tau kalau Grace sedang malas berinteraksi dengan siapapun sekarang? Energinya seperti terkuras habis.

Tapi karena yang meneleponnya adalah Bryan, maka mau tak mau dia tetap menjawabnya.

"Halo." sapa suara di seberang sana.

"Kenapa?" tanya Grace to the point.

"Lo udah balik belum? Kok gue liat rumah lo masih sepi sih." tanya Bryan.

"I'm on my way." sahut Grace.

"Yaudah nanti kalo udah pulang lo ke rumah gue ya? Mama masak banyak buat makan malam nanti." ujar Bryan dan hanya dijawab deheman singkat oleh Grace.

Setelahnya panggilan telepon terputus dan Grace kembali fokus pada jalanan di depannya.

Syukurlah ia tak perlu memasak untuk makan malam nanti. Ia sungguh cukup lelah untuk sekadar melakukan aktivitas ringan.

Sebenarnya keluarga Grace memiliki asisten rumah tangga. Namun asistennya itu sedang mengambil cuti untuk satu bulan karena ibunya sedang sakit dan beliau meminta izin untuk pulang ke kampung halamannya.

~••••~

Mohon tandai typo

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang