08. Khawatir

2K 45 0
                                        

Malam sudah cukup larut. Bryan pulang dari rumah Matteo sekitar pukul setengah dua belas. Bryan butuh waktu untuk sendiri dan menenangkan pikirannya di rumahnya

Bryan segera turun dari motornya dan langsung menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

Saat hendak membuka pintu balkon, matanya menyipit kala mendapati lampu kamar Grace masih menyala. Ia langsung meraih ponselnya dan menelepon Grace.

"Halo?" sapa Grace di seberang sana.

"Kenapa belum tidur?" tanya Bryan to the point.

"Gue belum bisa tidur. Lo juga kenapa belum tidur?" tanya Grace.

"Gue baru balik dari rumah Matteo." sahutnya.

"Hm, gitu. Tapi kok lo tau gue belum tidur? Lo pasti lagi di balkon sekarang?" Grace cukup paham dengan kebiasaan Bryan. Lelaki itu memang sering menghabiskan waktu di balkon kamarnya, entah untuk sekedar merokok atau memainkan gitarnya.

Bryan memang bukan perokok aktif, dia hanya akan merokok jika ada beban pikiran yang mengganggunya.

"Hm." sahut Bryan.

Tak lama kemudian Bryan melihat Grace membuka pintu balkonnya dan memerhatikan Bryan dari balkon tersebut.

"Ck, lo ngapain keluar? Nggak tau dingin?" ujar Bryan tak suka.

Pasalnya Grace hanya mengenakan baju tidur pendek dengan motif beruang, bahkan baju itu menampakkan sebagian besar kulit mulus gadis itu.

Pasalnya Grace hanya mengenakan baju tidur pendek dengan motif beruang, bahkan baju itu menampakkan sebagian besar kulit mulus gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih, suka-suka gue. Kok lo ngatur." Grace kadang gemas sendiri jika temannya ini sudah kelewat posesif seperti saat ini.

"Lo batu banget dibilangin. Kalo lo mau keluar ya minimal pake cardigan atau sweater kek." tukas Bryan.

"How's your day? Gue liat-liat muka lo kaya banyak pikiran. Are you okay?" tanya Grace yang mengabaikan ucapan Bryan yang memintanya memakai cardigan atau sweater.

"I'm not okay. I have a bad day today." ujar Bryan lesu.

"Gue ke sana ya? Kebetulan gue juga lagi di rumah sendiri. Bila perlu gue nginep di rumah lo deh. Biar lo bisa cerita sepuasnya" tanya Grace meminta izin.

"Lo di rumah sendirian? Dari kapan? Kok lo nggak telepon gue?!" tanya Bryan beruntun.

"Emangnya kenapa? Gue kan udah biasa di rumah sendiri. Kenapa lo keliatan panik gitu sih?" bukannya menjawab pertanyaan Bryan, Grace malah balik bertanya.

"Lo diem aja di sana! Biar gue yang ke sana." ujarnya sebelum menutup panggilan teleponnya dan segera menuruni tangga kemudian pergi ke rumah Grace dengan tergesa-gesa.

Ada apa dengan Bryan hari ini? Kenapa Bryan terlihat panik ketika Grace mengatakan bahwa ia sedang di rumah sendiri? Aneh.

Tak ambil pusing, Grace segera masuk dan mengambil cardigannya yang tersimpan di dalam lemari, kemudian ia turun ke bawah untuk membukakan pintu Bryan.

Bryan datang dengan napas yang tersengal-sengal setelah berjalan dengan tergesa-gesa dari rumahnya.

"Lo kenapa sih? Lo aneh tau nggak hari ini." Grace tidak bisa diam saja ketika melihat tingkah Bryan cukup aneh hari ini.

Sejak Bryan mengantarnya pulang dari kampus tadi sore tingkahnya sudah cukup aneh. Kemudian tanpa berpamitan ia langsung melajukan motornya meninggalkan halaman rumah Grace.

"Papa sama mama kemana? Kenapa lo nggak telepon gue dari tadi kalo lo lagi di rumah sendiri? Terus lo juga kenapa nggak ke rumah gue aja?" tanya Bryan beruntun, padahal deru napasnya saja belum normal.

"Mending lo duduk dulu deh. Gue ambilin minum dulu di dapur." setelahnya Grace menggiring Bryan untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga, kemudian ia ke dapur untuk mengambil minum untuk Bryan.

Kembalinya Grace dari dapur dengan membawa segelas air minum untuk Bryan, ia langsung duduk di sebelah Bryan dan menyerahkan gelasnya pada Bryan.

Bryan menerima gelas yang diberikan oleh Grace kemudian meminumnya hingga tandas.

"Gue tanya lo kenapa hari ini? What's wrong with you? Gue belum pernah ngeliat lo sepanik ini sebelumnya." tanya Grace sembari mengusap peluh yang membasahi dahi Bryan.

"Grace, mulai sekarang gue minta sama lo buat jangan pergi kemana pun sendirian. Lo harus selalu aktifin GPS lo. Pokoknya lo harus selalu kasih kabar gue kemana pun lo pergi, ngerti?" pinta Bryan yang terdengar mutlak tanpa bantahan.

"Gue nggak ngerti lo ada masalah apa sampe kaya gini, Bry. Seenggaknya lo harus kasih tau gue alasannya biar gue nggak bingung." ujar Grace meminta penjelasan.

"Lo tau Jessie 'kan? Cewe yang suka sama gue dari jaman kita masih jadi maba?" tanya Bryan yang saat ini sudah memusatkan pandangannya pada Grace.

"Iya, gue tau dia. Kenapa?" tanya Grace makin penasaran.

"Tadi siang dia dateng ke gue. Ya kaya biasanya, dia bilang dia suka sama gue, dia ngejar-ngejar gue, intinya dia selalu ngelakuin hal yang sama kaya dulu. Karena gue udah muak banget gue bilang sama dia kalo gue nggak suka di deketin pake cara murahan kaya yang biasa dia lakuin. Bahkan lo tau?" ujar Bryan menjeda kalimatnya.

"Apa?" Grace menyimak dengan seksama apa yang dikatakan Bryan.

"Dia teriak di koridor fakultas, Grace! Dan posisinya koridor lagi rame orang! Gue makin muak sama caranya dia. Gue bawa dia ke belakang gedung fakultas, gue bilang ke dia kalo gue sama sekali nggak tertarik sama dia. Dia marah habis itu. Terus dia bilang dia bisa ngelakuin apapun biar gue bisa bertekuk lutut sama dia." papar Bryan

"Jadi lo bertingkah aneh hari ini karena kepikiran omong kosongnya Jesselyn? Bahkan lo sampe sepanik ini gara-gara lo diancem sama Jesselyn?" tanya Grace kebingungan. Ia sangat mengenal lelaki dihadapannya saat ini. Bryan tidak mudah terpengaruh oleh omong kosong.

Tapi apa ini? Bryan terlihat gusar seharian karena hal ini? Sebenarnya ada apa dengan laki-laki di depannya ini.

"Jelas gue kepikiran! Gue khawatir kalo semisal Jessie jadiin lo pelampiasan amarahnya dia, Gracianna. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa karena masalah gue!"

"Gue bisa bilang kaya gini karena setiap gue nggak ngerespon Jessie pasti cewe gila itu bawa-bawa nama lo!" tukas Bryan.

"Jadi lo khawatir sama gue? Lo bertingkah aneh hari ini karena gue? Oh, so sweet." tanya Grace mengejek.

"Gue nggak lagi bercanda, Grace! Gue bener-bener khawatir sama lo." tekan Bryan.

Apa Grace tidak bisa melihat wajah gusarnya hari ini? Apa ia tidak melihat kekhawatirannya hari ini? Bisa-bisanya gadis dihadapannya ini malah bercanda.

"Oke, oke. Sorry kalo gue bercanda. Tapi Bryan, lo nggak perlu khawatir sama gue. Gue bisa jaga diri gue baik-baik. Udah ya, lo nggak usah mikirin sesuatu yang bukan-bukan." ujar Grace menenangkan Bryan sembari mengelus lengan pria itu.

"Lo harus janji sama gue, Grace. Lo nggak boleh kenapa-kenapa. Lo harus hubungin gue kapanpun, jangan pergi sendiri tanpa gue, dan lo harus selalu nyalain GPS lo!" pinta Bryan seraya menggenggam kedua tangan Grace.

"I promise you." Grace menjawab disertai dengan anggukan kepalanya.

~••••~

Mohon tandai typo...
Makasih yang udah mampir🤗

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang