Bryan sedang menahan diri mati-matian ketika berada di dekat Grace. Perempuan ini terlalu bahaya untuknya saat ini. Ia bisa saja khilaf dan melakukan sesuatu yang iya-iya.
"Grace mending lo tidur sekarang!" pinta Bryan dengan menahan rasa gugupnya.
"Gue belum ngantuk. Lo juga lagi di sini. Filmnya juga belum selesai, Bry." tukas Grace yang tidak mengetahui kegugupan Bryan.
Setelahnya apa yang dilakukan Grace malah membuat Bryan makin panas. Pasalnya saat ini Grace malah berganti posisi dengan berbaring di paha Bryan.
Bukannya apa, saat ini dada Grace terlihat menyembul keluar dari potongan baju tidurnya. Celananya juga makin tersingkap ke atas hingga memperlihatkan paha mulus Grace yang sangat terawat.
"Grace.." ucap Bryan dengan suara seraknya. Ia mulai gelisah saat ini. Apalagi jika Bryan mengingat ciuman pertama mereka juga dilakukan di sofa ini.
"Hm?" tanya Grace yang saat ini mendongak menatap Bryan.
"G-gue mau tidur." ujar Bryan gugup.
"Lo kenapa sih? Kok kaya gugup gitu?" tanya Grace kemudian langsung bangkit dari paha Bryan.
"Lo keringat dingin? Kenapa? Lo sakit?" imbuhnya serasa menyentuh dahi Bryan yang mengeluarkan bulir-bulir tipis keringat.
"Nggak. G-gue nggak kenapa-kenapa. Cuma gue pengen tidur sekarang." Bryan makin bereaksi ketika jari-jari halus Grace menyentuh kulitnya.
"Gue nggak percaya kalo lo nggak kenapa-kenapa. Lo keringat dingin gini." ujar Bryan yang tak percaya dengan ucapan Bryan barusan. Apalagi melihat gerak gerik Bryan yang terlihat gelisah.
"Because of you. You make me hotter now." ujar Bryan dengan suara seraknya sembari menatap dalam netra Grace dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue? Gue kenapa?" tanya Grace heran dengan ucapan sahabatnya ini.
"Gue cowo normal, Grace. Lo pikir ngeliat lo pake baju begini nggak bikin gue ngerasa panas?" papar Bryan dengan suara seraknya.
"B-baju gue normal kok. Nggak ada yang aneh dari baju gue." Grace merasa tak masalah dengan pakaian saat ini. Ia juga memakai cardigan.
"Gue juga nggak tau, Grace. But I feel something different." Bryan juga tidak tau apa yang salah dari dirinya.
Ia biasa melihat gadis-gadis berpakaian terbuka. Tapi tidak kali ini. Bryan juga tak tau kenapa ia memiliki reaksi yang berbeda ketika Grace memakai pakaian seterbuka ini. Terlebih lagi jika Bryan tidak pernah melihat Grace mengenakan pakaian yang terbuka seperti ini.
Grace memang sering mengenakan hotpants atau rok mini yang memperlihatkan paha mulusnya. Tapi pakaian atasnya masih bisa dibilang wajar. Karena biasanya Grace akan memakai kemeja atau kaos oversized yang tidak begitu mencetak bentuk tubuhnya.
Tak tau kapan dan bagaimana mereka memulainya, namun saat ini Bryan sudah mendekatkan wajah mereka. Hingga mereka bisa merasakan hembusan napas mereka saling beradu.
Bryan mengusap bibir bawah Grace menggunakan ibunya jarinya dengan gerakan sensual. Hal itu menimbulkan getaran aneh di tubuh Grace. Mata mereka saling beradu dengan napas yang tak beraturan.
"May I?" tanya Bryan meminta izin dengan suara seraknya sembari menatap dalam netra Grace.
Grace tidak menjawab apapun. Namun ia mulai menempelkan bibirnya pada bibir Bryan. Hanya menempel, tidak lebih.
Seolah mendapatkan sambutan untuk merasakan bibir ranum itu lagi, dengan tergesa-gesa Bryan segera melumat bibir bawah Grace dengan rakus. Hasratnya terpacu ketika Grace mulai mengalungkan tangannya ke leher Bryan.
Mereka berciuman dengan intim di atas sofa yang menjadi saksi bisu ciuman pertama mereka di rumah ini pula.
Atas dorongan hasrat yang kuat, Bryan membaringkan tubuh Grace dengan perlahan ke sofa yang mereka duduki dengan bibir yang masih menyatu.
Bryan melumat bibir atas dan bawah Grace secara bergantian. Seakan tak pernah puas, Bryan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri guna mencari kenikmatan dari ciuman mereka.
Grace yang mulai kehabisan napas pun menepuk dada Bryan yang mengungkungnya di atas tubuh Grace.
Seakan paham Grace butuh oksigen, Bryan menurunkan ciumannya ke leher. Hanya ciuman, Bryan masih waras untuk tidak meninggalkan bekas.
Tangannya aktif menyentuh paha Grace dengan gerakan yang sangat halus. Jantung Grace berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.
"Ahh, Bry..." Grace mendesah saat Bryan sedang sibuk menciumi leher putih Grace dan tangannya yang menyentuh paha dalam Grace.
Desahan yang Grace tahan sedari tadi akhirnya keluar juga. Kepalanya pening merasakan tangan besar Bryan perlahan mulai naik ke perutnya dan mengusapnya secara perlahan.
Bryan menyudahi acara ciumannya, dan tangannya dia letakkan di sisi tubuh Grace. Matanya diselimuti kabut gairah saat ini. Bryan adalah seorang pria dewasa, mana mungkin ia menolak ketika disuguhi pemandangan yang sangat indah seperti ini.
Grace merasa tak rela ketika Bryan menghentikan aktivitasnya. Katakanlah bahwa Grace gila. Namun ia tak munafik bahwa ia juga menikmati sentuhan Bryan.
Bryan menurunkan pandangannya ke arah dada Grace yang sedikit menyembul dari balik baju tidurnya. Dada itu kembang kempis mengikuti napas Grace yang tidak beraturan.
Grace tau bahwa Bryan tengah memperhatikan dadanya. Namun perkataan Bryan selanjutnya malah membuat hasratnya makin terpacu. Ia cukup terkejut, namun ia juga penasaran.
"Grace, I want to touch them." bisik Bryan seraya mengelus pelan dada sintal itu dari balik baju tidur yang dikenakan Grace.
Namun sebelum Grace membuka mulutnya, Bryan sudah melanjutkan perkataannya.
"Lo bisa dorong gue kalo lo mau berhenti sekarang." imbuh Bryan yang masih saja mengelus dada Grace dengan tatapan yang mengarah pada mata Grace yang terlihat sayu.
Jawaban yang tak disangka-sangka akan terucap dari bibir Grace membuatnya sedikit kaget. Ia pikir Grace akan mendorongnya atau bahkan menamparnya. Tapi Grace tidak melakukan itu sama sekali.
"You can touch them, Bry." ujar Grace sembari mengelus rambut Bryan yang berada di atasnya.
~••••~
Maaf kalau ada kesalahan penulisan atau kalian kurang dapet feelnya.
Makasih yang udah mampir.
Mohon tandai typo...

KAMU SEDANG MEMBACA
GRACIANNA
Roman d'amourGracianna Eleanor Kyle, adalah seorang gadis bar-bar anti menye menye. Selama hidupnya ia tidak pernah memiliki ketergantungan terhadap seorang pria. Bahkan ia belum pernah memiliki kekasih. Namun ia memiliki seorang sahabat yang sedari kecil sudah...