Bryan masih terus meremasi gundukan kenyal itu sembari memperhatikan raut wajah Grace. Udara dingin yang diproses pendingin ruangan menyapa puncak payudara Grace.
"Grace, I think I'm gonna be addicted to them." bisik Bryan tepat di telinga Grace.
Grace makin gila dibuatnya. Bryan mulai menciumi leher Grace dan menyesapnya hingga meninggalkan bercak merah keunguan yang samar.
"You drive me insane, Bry." ujar Grace disela desahannya yang tertahan. Grace sangat malu jika harus mengeluarkan suara menjijikan itu.
"Release your sigh, Grace. I like to hear it." goda Bryan dengan nada seduktifnya.
Bryan tak berhenti menciumi leher putih Grace. Hingga lama kelamaan ciumannya turun menyusuri dada atas Grace dan meninggalkan beberapa bekas di sana.
Ciuman itu semakin turun hingga ke puncak payudara Grace yang sudah menegang akibat rangsangan yang diberikan Bryan serta terkena terpaan udara dingin yang diproses pendingin ruangannya.
Bryan mengulum puncak payudara Grace seperti bayi yang kehausan. Seakan tak pernah cukup, Bryan menggigiti puncak tersebut dan memainkan lidahnya menyapu puncak yang sudah basah terkena salivanya.
"Bry.." Grace mendongak menyerukan nama Bryan sembari menjambak rambut Bryan dengan pelan.
"Just relax. I like to hear you call out my name." ujar Bryan sembari mengecup singkat bibir ranum Grace lalu kembali ke benda kesukaannya.
Bryan memainkan mereka dengan sesuka hatinya. Ukurannya tampak pas di tangan Bryan, seperti memang mereka tercipta untuk Bryan.
Bryan mengulum payudara Grace secara bergantian. Dan tak ingin membiarkan yang satunya menganggur, ia meremasnya dan memainkan puncaknya.
"Bry, udah. Gue ngantuk." ujar Grace dengan suara yang serak.
"Tidur, Grace. Gue masih mau ini." sahut Bryan yang terus memainkan gundukan kenyal itu.
"Gimana gue bisa tidur kalo lo masih mainin itu gue." sentak Grace.
"Ya tinggal tidur. Merem, Grace." tukas Bryan tanpa rasa bersalah.
Karena sudah sangat mengantuk dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi, Grace perlahan memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi.
Sedangkan Bryan masih sibuk bermain dengan dua benda kesayangannya. Mulai sekarang ini akan menjadi kesukaannya, menjadi miliknya, dan menjadi candunya.
Bulatan sintal berisi, serta puting berwarna coklat terang itu sudah membuat Bryan kecanduan.
Sebenarnya Bryan sudah pernah melihat Grace tidak memakai sehelai benang pun ditubuhnya. Namun saat mereka masih kecil, dan badan Grace belum seperti sekarang. Bagian-bagian yang dulunya terlihat rata, sekarang malah sangat berisi.
Bryan mendongak menatap Grace yang sudah terlelap. Ia menjauhkan mulutnya dari puncak payudara Grace kemudian mengecup singkat bibir Grace dan mengecup kening Grace cukup lama.
"Sleep tight, Gracianna." bisik Bryan yang tidak mendapatkan respon apapun dari Grace.
Bryan melanjutkan acara mengulum payudara Grace hingga ia ikut terlelap dan tidur dalam keadaan sedang mengulum puncak payudara Grace serta tangan yang berada di atas dada Grace yang satunya.
••••
Grace dan Bryan terlelap di atas sofa hingga pagi menjelang. Grace bangun terlebih dahulu saat ia merasakan badannya sulit untuk digerakkan. Seperti ada sesuatu yang menimpanya.
Grace membuka matanya, ia cukup terkejut ketika melihat Bryan masih berada di atasnya dengan mulut yang masih mengulum putingnya.
Perasaannya bercampur aduk sekarang. Ada rasa senang ketika ia terbangun dari tidurnya, ia mendapati Bryan berada di dekatnya. Ada juga perasaan malu karena Bryan sudah melihat bagian atas tubuhnya tanpa tertutupi apapun dengan mulut yang masih mengulum putingnya.
Grace menoleh ke arah meja dan meraih ponselnya. Pukul sembilan lima belas. Untung ia tidak memiliki jadwal kuliah pagi ini. Jika tidak mungkin ia akan terlambat datang ke kampusnya.
"Bryan, bangun. Udah siang." Grace membangunkan Bryan yang masih terlelap dengan menyusu padanya.
Sebenarnya ia tak ingin membangunkan Bryan, namun saat ini putingnya terasa perih. Mungkin karena Bryan mengulumnya sejak malam. Ia juga merasa lapar sekarang.
Tak mendapat respon apapun dari Bryan, Grace mencoba menepuk pelan bahu Bryan. Namun tak berhasil juga. Lalu ia mencoba cara yang cukup ampuh untuk membangunkan Bryan, yaitu dengan menutup lubang hidung laki-laki ini.
Grace menarik hidung Bryan dengan kasar sampai akhirnya lelaki ini bangun dengan wajah masamnya.
"Kenapa sih, Grace?! Sakit tau nggak?" sentak Bryan. Tidur nyenyaknya terganggu karena ulah Grace.
"Bangun! Udah siang." sahut Grace.
"Lima menit lagi." Bryan malah kembali menenggelamkan kepalanya di belahan dada Grace.
"Ih, awas! Gue laper. Mau sarapan!" Grace mendorong bahu Bryan dengan sekuat tenaga, namun tidak membuahkan hasil apapun.
Akhirnya Bryan mengalah, ia juga sudah merasa kelaparan karena ia dan Grace melewatkan waktu sarapan mereka.
Bryan bangkit dari tidurnya. Namun ia juga tak melewatkan untuk mengecup kedua puncak payudara Grace secara bergantian.
"Ih mesum!" sentak Grace seraya memukul bahu Bryan.
"Lo juga mau aja." sahut Bryan dengan santainya.
Grace kemudian bangkit dari sofa dan mencari pakaiannya yang dilepas Bryan semalam.
"So beautiful, Grace." ucap Bryan setelah melihat hasil karyanya semalam ditambah lagi melihat pemandangan yang cukup indah pagi ini. Grace tidak memakai apapun untuk tubuh bagian atasnya dan bulatan sintal itu tampak sangat menggoda.
"Diem deh! Gak usah liat-liat!" sentak Grace serasa berusaha menutupi dadanya.
"Nggak usah ditutupin kali. Gue juga udah liat." tukas Bryan dengan senyum yang menyebalkan.
Ketika hendak menggunakan strapless bra miliknya, Bryan buru-buru mencegahnya dan mengambil benda itu dari tangan Grace.
"Nggak usah pake. Enakan juga nggak pake kan? Nggak sesak." ujar Bryan kemudian ia segera berlari dari tempat itu agar Grace tidak bisa mengambilnya.
"Bryan sialan! Balikin nggak?!" teriak Grace dari ruang keluarga.
Grace segera mengenakan bajunya tanpa memakai bra, karena Bryan benar-benar tidak mengizinkannya menggunakan bra.
~••••~
Harap bijak dalam memilih bacaan.
Thanks for the readers.Mohon tandai typo...
![](https://img.wattpad.com/cover/356816182-288-k861690.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GRACIANNA
RomansaGracianna Eleanor Kyle, adalah seorang gadis bar-bar anti menye menye. Selama hidupnya ia tidak pernah memiliki ketergantungan terhadap seorang pria. Bahkan ia belum pernah memiliki kekasih. Namun ia memiliki seorang sahabat yang sedari kecil sudah...