24. Denial

514 18 1
                                    

Hai, hai, hai👋......
Welcome to another chapter of Gracianna everyone.

Masih adakah yang nungguin Gracianna update chapter baru???
Kalau masih ada, author mau minta maaf untuk ketidakpastian update cerita ini. Dikarenakan ada kesibukan lain di real life author sendiri.

So, enjoy ur new chapter, My Lovely Gracianners🤍

Happy reading.....


🎀🎀🎀


Seperti kalimat yang diucapkan Bryan semalam yang akan mengantarkan Grace ke tempat kuliahnya, ia sedang mengendarai mobil dengan Grace yang berada di sampingnya dengan raut wajah yang cemberut.

Bryan menoleh dan terkekeh sejenak setelah memperhatikan ekspresi wajah yang Grace tampilkan saat ini.

"Kenapa sih? Pagi-pagi mukanya udah keliatan kusut gitu?" tanya Bryan sembari mengacak rambut Grace.

"Don't ruin my hair!" hardik Grace.

"Okay, sorry sorry. Jadi masalahnya apa lagi? Kenapa Princess badmood pagi ini, hm?" ucap Bryan dengan nada yang terdengar begitu lembut di telinga Grace.

Ah, sial! Bagaimana Grace bisa bertahan lama-lama di dekat Bryan jika ia selalu bisa membuat Grace terkena serangan jantung mendadak.

Ia juga heran, kenapa Bryan akhir-akhir ini tampak lebih manis dari biasanya. Atau Bryan memang selalu seperti itu, namun Grace baru menyadarinya?

Persetan dengan segala perubahan Bryan. Grace tidak mau berharap lebih, terlebih pada sahabatnya sendiri.

"Gue kesel sama lo, tau gak! Kenapa lo selalu memperlakukan gue kaya anak kecil sih? Oh, please Bryan. I'm turning 21 now." ujar Grace bersungut-sungut.

"Gue nggak memperlakukan lo kaya anak kecil, Gracianna. Gue cuma pengen jagain lo doang,"

"Apalagi orang tua lo udah kasih kepercayaan ke gue buat jagain lo."

"Jagain gue dari apa sih, Bryan? Gue bukan anak-anak lagi yang harus dijagain 24/7." sanggah Grace.

"Dari hal apapun yang bisa bikin lo celaka." ujar Bryan bersungguh-sungguh.

"Gak usah berlebihan deh. Kalo lo kaya gini terus, nanti gue gimana ketemu jodohnya?"

Bryan sontak menoleh dan menatap wajah Grace dari samping dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Lo lagi naksir sama cowo?" tanya Bryan santai, namun entah mengapa sedikit terdengar nada kekecewaan dari pertanyaan yang dilontarkan Bryan.

"Y-ya, g-gue nggak lagi naksir siapa-siapa. Tapi kalo semisalnya ada cowo yang mau deket sama gue terus lo masih nempelin gue kemanapun, nggak jadi deket sama cowo dong gue?"

Kenapa Grace merasa gugup saat menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan Bryan padanya? Harusnya dia tidak gugup ketika menjawab pertanyaan sepele seperti itu.

Setelah Grace menjawab pertanyaan Bryan, mereka berdua saling terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

Hingga beberapa saat berlalu, mobil yang mereka kendarai sampai ke tempat tujuan mereka. Ketika Grace akan turun, Bryan mencekal tangan Grace.

"Kenapa?" tanya Grace.

"Nanti kalo udah selesai kelasnya kabarin gue. Nanti gue jemput." titah Bryan.

"Lo bukan supir gue, Bryan. Jadi lo nggak perlu repot-repot antar-jemput gue." ucap Grace memberi pengertian.

"Gue nggak pernah ngerasa direpotin sama lo. Gue jemput lo karena kemauan gue sendiri."

"Yaudah deh terserah lo. Gue masuk dulu."

Setelahnya Grace keluar dari mobil Bryan dan mengetuk kaca mobil Bryan.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Bryan.

"Nggak ada. Gue mau cuma mau bilang makasih karena udah nganterin gue." ujar Grace dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.

"No need, Grace. Udah sana masuk!" titah Bryan.

"Iya. Lo hati-hati ya nyetirnya. Kabarin kalo ada apa apa."

Bryan hanya menganggukkan kepalanya dan melajukan mobilnya pergi dari hadapan Grace.

••••

"Cerah amat tu muka. Pasti gara-gara Bryan." singgung Rania.

"Blush on lo ketebelan apa gimana deh?" timpal Celia.

"Kalian kenapa sih?" tanya Grace heran pada kedua temannya ini.

"Ngaca, gih! Muka lo merah banget kaya kepiting rebus." ujar Celia seraya menyerahkan cermin kepada Grace.

"A-apa sih. Muka gue biasa aja padahal. Kalian aja yang lebay." ujar Grace setelah melihat wajahnya dari cermin.

Terlihat wajahnya sangat memerah seperti yang dikatakan kedua temannya. Namun Grace tampak menyangkal hal tersebut.

"Dih, salting mah salting aja. Nggak usah ditahan-tahan." ujar Rania mencibir.

"Cie yang berangkat bareng 'sahabatnya'." sambung Celia seraya menekankan kata 'sahabat'.

"Apasih, ngaco! Gosip mulu kerjaannya." bantah Grace.

"Orang normal juga bakal langsung peka kalo lo naksir sama Bryan, bego." sarkas Celia.

"Udah udah. Kalian makin ngelantur ngomongnya. Sekarang fokus aja sama mata kuliah hari ini."

"Mau lo nyangkal sampe kapanpun, lo nggak bisa bohong sama diri lo sendiri. Mustahil juga kalo ada yang namanya sahabatan antara cewe sama cowo, Gracianna." ujar Rania.

"Gue lebih percaya Taylor Swift orang Nganjuk daripada percaya sama Grace kalo dia sama Bryan cuma sahabatan." imbuh Celia.

"Ekspektasi kalian aja yang ketinggian soal gue sama Bryan." sangkal Grace.

"Ya ya ya. Terserah lo, deh." sahut Celia.

🎀🎀🎀

To be continued...

Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan dan kurang pemahaman dalam kalimat. Dan seperti biasa, mohon tandai typo.
Thank u✨

Hope u enjoy the story guyss..

See you on the next chapter🤍

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang