09. Cooking

1.1K 29 1
                                    

Di tengah acara deep talk mereka. Tiba-tiba perut Bryan berbunyi menandakan ia sedang lapar. Bryan memang belum makan sejak tadi siang. Ia merasa tak napsu makan hari ini.

"Lo belum makan?" tanya Grace memberikan senyum yang terlihat menyebalkan.

Bryan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Grace. Ia jujur kalau ia memang belum makan dari siang
"Gue nggak napsu makan gara-gara lo!" tukasnya.

"Dih, kok gue. Salah lo sendiri nggak makan." sahut Grace tak terima.

"Lo mau makan apa? Gue masakin."

"Gue mau makan nasi goreng aja yang nggak ribet." pinta Bryan.

"Lo mau disini atau ikut gue ke dapur?" tanya Grace.

Jawaban Bryan jelas ikut Grace ke dapur. Tanpa ditanya pun harusnya Grace sudah tau jawabannya.

"Papa sama mama dari kapan perginya?" tanya Bryan untuk yang kesekian kalinya.

"Dari tadi sore. Dadakan juga sih perginya."

Dimas dan Maya berpamitan tadi sore untuk pergi ke Bali karena salah satu kolega bisnis Dimas mengadakan acara ulang tahun perusahaan di Bali.

Undangannya cukup mendadak. Karena Dimas baru mendapatkan undangannya pagi tadi. Jadilah mereka buru-buru pergi sore tadi.

"Kemana? Lama perginya?" tanya Bryan lagi.

"Papa sama mama ke Bali. Kalo nggak ada halangan sih besok lusa pulang. Tapi ya nggak tau." jawab Grace sembari mengeluarkan bahan masakan dari dalam lemari pendingin.

"Lo nginep di rumah gue aja besok." ujar Bryan.

"Kenapa? Gue bukan bocah umur sepuluh tahun, Bryan." Grace memang cukup sering menginap di rumah Bryan saat dia masih kecil. Bahkan Grace dan Bryan sering tidur di kamar yang sama saat mereka kecil.

Maya dan Dimas sering menitipkan Grace kepada orang tua Bryan saat mereka sedang bekerja di luar kota.

"Dulu pas masih kecil aja lo sering banget nginep di rumah gue." ujar Bryan.

Mata Bryan selalu tertuju pada punggung kecil yang sedang berkutat dengan alat-alat masaknya. Bryan selalu senang memperhatikan Grace. Terlebih saat Grace sedang memasak di dapur.

"Itu kan dulu pas gue masih kecil. Sekarang gue udah gede. Gue udah berani di tinggal di rumah sendiri. Gue bisa ngurus diri gue sendiri." Grace memang tidak suka merepotkan orang lain. Tapi memang dasarnya saja Bryan senang merepotkan dirinya sendiri.

"Ya tapi kan lo nggak ada yang jagain, Grace. Lo nurut aja kenapa sih kalo dibilangin!" ujar Bryan yang mulai kesal karena Grace memang keras kepala.

"Lo aja yang nginep di sini. Lo kan nggak pernah nginep di rumah gue." ujar Grace tanpa pikir panjang.

"Lo kasih gue izin buat nginep disini?" tanya Bryan memastikan.

"Iyalah. Emangnya kenapa? Santai aja lagi." ujar Grace yang saat ini sedang menuangkan nasi goreng di piringnya dan di piring Bryan.

Sejak kecil, Bryan memang tak suka jika hanya makan sendiri. Dia selalu minta ditemani saat makan. Dan kebetulan juga Grace merasa lapar lagi, karena ia tadi hanya membuat mie instan karena malas memasak.

Setelah masakannya jadi, Grace menghidangkannya untuk Bryan dan mengambil air minum dari dalam lemari pendingin.

"Lo jadi pacar gue aja, Grace. Biar gue bisa makan enak tiap hari." ucap Bryan sembari memasukkan nasi gorengnya ke dalam mulutnya.

Mendengar penuturan Bryan, Grace yang sedang mengunyah nasi gorengnya menjadi tersedak. Bryan memang kurang ajar!

"Makannya pelan-pelan. Gue nggak minta." tukas Bryan sembari mengelus punggung Grace dan menyerahkan air minum kepadanya.

Grace menerimanya dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas.

"Omongan lo juga ngaco, setan! Jadi kesedak kan gue jadinya." sentak Grace sembari menyantap makanannya kembali.

"Yaudah sih, sorry. Namanya juga spontanitas." sanggah Bryan.

"Halah. Udah buruan habisin nasi gorengnya!"

Mereka makan dalam keadaan hening. Tak ada obrolan apapun setelahnya. Hanya bunyi sendok yang beradu dengan piring sebagai pengisi keheningan malam ini.

Setelah selesai dengan acara makan malam mereka, mereka menuju ke ruang keluarga kembali untuk menyaksikan siaran televisi sembari menunggu makanan mereka tercerna.

"Lo nggak ngantuk?" tanya Bryan memecah keheningan.

"Gue tadi sore minum kopi. Malah kafeinnya baru berefek sekarang." ujar Grace lesu. Ia ingin tidur, tapi karena kopi yang tadi sore ia konsumsi, ia masih terjaga hingga dini hari.

Grace menyandarkan kepalanya ke bahu Bryan. Menurutnya, bahu Bryan cukup nyaman untuk bersandar.

"Tumbenan lo minum kopi." Grace memang tipe orang yang tidak terlalu menyukai kopi. Jadi ia heran kenapa Grace tiba-tiba membeli kopi.

"Lagi pengen aja." tukas Grace.

Sedari tadi mata Bryan tak bisa fokus ketika melihat belahan baju tidur yang Grace pakai malam ini. Begini-begini Bryan juga lelaki normal yang bisa merasa 'panas' ketika melihat seorang gadis memakai baju seterbuka ini.

Tapi Bryan bukan lelaki penggila selangkangan. Ia juga tak akan merasa sepanas ini kalau ia memang tidak tertarik. Tapi entah kenapa Grace bisa membuatnya merasa panas hanya karena potongan baju tidurnya yang kelewat pendek ini.

~••••~

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang