06. First Kiss

3.6K 70 1
                                    

Setelah mereka beres dengan urusan dapur, mereka menuju ruang keluarga untuk bersantai. Bryan enggan pulang karena sudah betah disini katanya. Ia juga akan menemani Grace sampai orang tuanya pulang.

Saat ini Bryan tengah memilih siaran netflix yang menurutnya menarik untuk ditonton. Sedangkan Grace sedang menyiapkan cemilan untuk mereka berdua.

Karena tak tau ingin menonton apa, akhirnya Bryan hanya menekan asal film yang ada di layar televisi.

Grace datang membawa brownies yang ia buat tadi dan secangkir teh hangat.

"Kok tiba-tiba mendung ya?" gumam Grace setelah mendudukkan diri disebelah Bryan.

"Wajar kali kalo cuacanya berubah-ubah." sahut Bryan sembari mencicipi kue buatan Grace.

"Iya sih." tukas Grace.

"Gimana? Enak nggak? Ada yang kurang nggak menurut lo?" tanya Grace beruntun.

"Sabar! Tanyanya satu satu." sahut Bryan.

"Kuenya enak. Manisnya pas, nggak ada kurangnya. Semuanya pas." imbuh Bryan.

Ia jujur mengatakannya bahwa kue buatan Grace memang enak dan rasanya pas.

"Bagus deh kalo gitu. Kue udah was was kalo kuenya nggak bisa dimakan tadi." ujar Grace.

Tak lama setelahnya hujan turun dengan derasnya, kilat menyambar dan bunyi petir terdengar begitu jelas memekakkan telinga.

Tubuh Grace mulai merapat pada Bryan dan menyandarkan kepalanya di dada Bryan.

"It's okay, Grace. Everything's gonna be okay. Don't be scared!" ujar Bryan sembari menenangkan Grace.

Sejak kecil Grace memang memiliki ketakutan akan petir yang menyambar karena ia pernah melihat seseorang meninggal tersambar petir tepat di depan mata kepalanya. Sejak saat itu ia tak pernah suka hujan dan petir.

Tak banyak orang tau tentang ketakutan Grace semasa kecil. Hanya orang tuanya dan Bryan yang mengetahui hal ini.

Saat hujan turun disertai dengan petir, Grace hanya meringkuk di atas tempat tidurnya dan berdoa dalam hati agar hujannya cepat reda.

"Grace, look at me!" pinta Bryan seraya mengangkat kepala Grace untuk melihatnya.

Grace menurut dan ia menatap lurus Bryan. Grace menatap lurus netra sahabat pria satu-satunya ini.

"Lo nggak akan kenapa-kenapa. Gue disini! Gue bakal nemenin lo." ujar Bryan dengan suara yang sangat halus sembari mengelus pipi Grace dengan ibu jarinya.

"Suara petirnya keras banget, Bry. Gue takut." tukas Grace dengan nada yang bergetar menahan tangis.

Sosok yang mandiri, tangguh, dan serba bisa itu menunjukkan sisi lemahnya dihadapan pria yang telah lama menjadi sahabatnya ini.

"Gue nggak bakal ninggalin lo, Gracianna. Lo sama gue sekarang." tutur Bryan memberi pengertian untuk menenangkan Grace.

Mereka bertatapan cukup lama, hingga membuat Bryan tak fokus. Ia tak pernah bertatapan selama ini dengan siapapun.

Bryan menurunkan pandangannya pada bibir ranum milik Grace. Bibir berwarna merah muda dan terlihat lembab itu mencebik lucu. Matanya berkaca-kaca menatap Bryan.

Sungguh, Bryan sudah tidak fokus saat ini. Perlahan tapi pasti, Bryan memajukan wajahnya hingga hembusan napas keduanya beradu.

Hingga tanpa sadar bibirnya mulai menyentuh bibir ranum milik Grace. Grace terkejut bukan main saat merasakan benda kenyal menyentuh bibir Grace.

Karena tak ada respon apapun dari gadis dihadapannya ini, Bryan makin berani untuk melumat bibir Grace. Ia pikir Grace akan mendorongnya atau bahkan menamparnya, tapi itu tidak terjadi sama sekali. Grace malah seolah memberikan Bryan kesempatan lebih. Grace bahkan sudah menutup matanya dan menikmati ciuman mereka.

Anggap saja Grace gila karena membiarkan ciuman pertamanya direnggut oleh sahabatnya. Namun otaknya benar-benar tak bisa berpikir jernih saat ini. Ia sungguh menikmati ciuman mereka.

Bryan melumat bibir atas dan bawah Grace secara bergantian. Lalu ia merebahkan tubuh Grace di atas sofa yang mereka duduki. Ciuman tetap berlangsung hingga beberapa menit kemudian.

Saat dirasa Grace membutuhkan pasokan udara, Bryan melepaskan ciuman mereka. Ada rasa tak rela saat Bryan melepaskan ciuman mereka. Tapi ala boleh buat, mereka butuh oksigen.

"I'm so sorry, Grace. I stolen your first kiss." bisik Bryan disela-sela hembusan napas mereka.

"No, Bry, no! You don't need to apologize. I allowed you to do it." sahut Grace.

"I promise you, Gracianna. I'll always take care of you." ujar Bryan seraya mengelus rambut Grace dan memberikan kecupan yang cukup lama di kening Grace.

"I trust you. Thanks." tukas Grace menganggukkan kepalanya.

"Udah lebih tenang, hm?" tanya Bryan yang masih tetap pada posisinya di atas tubuh Grace.

"Udah. Makasih, Bry. Karena lo nggak ninggalin gue sendirian di rumah." ucap Grace seraya memeluk leher Bryan yang berada di atas tubuhnya.

"My pleasure, Princess." sahutnya.

Keduanya pun terbangun dan duduk seperti semula. Ada sedikit rasa canggung yang menyelimuti mereka berdua.

Namun karena tak ingin hanya berdiam seperti ini, Grace kemudian bertingkah seperti biasa. Seperti tidak terjadi apa diantara mereka.

"Gue nggak nyaman kalo cuma diem-dieman kaya gini. Just relax." ujar Grace.

"Kalo dipikir-pikir kita lucu juga sih. Ini kan first kiss kita, tapi bukan pasangan kita yang ambil, malah lo yang ambil first kiss gue. Yang notabenenya sahabat gue sendiri." tukas Bryan tak habis pikir. Ya meskipun ia yang melakukannya terlebih dahulu.

"Kita juga nggak bisa nebak takdir kali, Bry." sahut Grace.

"Kalo nanti lo ketemu jodoh lo, janji ya lo harus dapet yang lebih baik dari gue." pinta Bryan.

"Lo juga. Lo harus bisa dapetin yang jauh lebih baik dari gue." timpal Grace.

Sebenarnya ada rasa tak rela mengatakannya. Tapi apa boleh buat? Ia juga harus menerima takdir mereka masing-masing.

Sedangkan Bryan malah ragu jika ia bisa menemukan gadis yang lebih baik dari Grace.

~••••~


Sorry kalo feelnya nggak dapet ya guys. Aku masih banyak belajar buat bikin cerita yang seru.
Silahkan tinggalkan pesan.
Makasih buat yang udah mau mampir.

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang