Happy Reading, readers 🫶🏻
🌬❄️❄️
"Anak itu terlihat familiar ..."
Aku pun mengejar anak laki-laki itu hingga keluar alun-alun. Di sebuah jalan setapak yang tidak dilalui banyak orang, aku melihat anak laki-laki itu mengejar para pria berseragam prajurit.
"Kembalikan keluargakuu!" Seru anak itu. Barulah aku menyadari beberapa prajurit itu sedang membawa paksa seorang wanita dan anak perempuan.
"Lucas, kembali! Jangan datang kesini!" Teriak wanita itu.
Aku menutup mulut dengan tanganku melihat pemandangan didepanku, tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
Aku mendekati mereka sebisa mungkin tanpa mereka sadari. Lalu aku melihat Lucas kecil-sangat mirip dengan Lucas tapi jauh lebih muda.
Lucas kecil memeluk kaki salah satu prajurit untuk menahan mereka pergi. Tapi prajurit itu justru menendang Lucas hingga dia jatuh ke tanah.
"Pergi!" Ujar si prajurit. Mereka kembali fokus membawa wanita dan anak perempuan itu pergi.
"Tidak! Aku mau keluargaku!" Lucas kecil bangun dan hendak mengejar mereka lagi.
Wanita itu melihat Lucas hendak menyerang prajurit lagi. Dia tahu Lucas kalah dalam jumlah, jadi dia menahan Lucas untuk tidak mengikutinya.
"Cukup, Lucas!"
Wanita itu mengarahkan telapak tangan kearah Lucas, diikuti cahaya merah muda keluar dari telapak tangannya. Kemudian tiba-tiba muncul dinding transparan berwarna merah muda yang mengelilingi Lucas.
"Tidak! Ibu! Jangan begini! Ayah tidak akan memaafkan Ibu!" Ujar Lucas marah sambil memukul dan menendang dinding.
"Biarkan saja. Dan lebih baik jika kamu tidak memaafkanku juga, Lucas."
"Ibu ....." Lucas kecil terlihat murung dan sedih, tetapi dia berusaha menahan air matanya untuk tidak membasahi pipi.
Lucas semakin ganas ketika prajurit itu menjauh. Sampai tangannya mengeluarkan cahaya biru dan dinding transparan itu hancur.
Klaaang!
Dinding sihir itu hancur menimbulkan suara. Lucas melihat kedua telapak tangannya seiring cahaya biru memudar dan hilang. Lucas mendongak untuk mengejar ibunya lagi, tapi prajurit itu sudah menghilang didepan mata.
"Tidak ... mungkin ..."
Aku pun terkejut begitu tahu para prajurit itu hilang tanpa jejak. Padahal aku yakin mereka tidak pergi terlalu jauh.
Namun, kakiku tidak bisa melangkah untuk pergi mencari mereka. Tubuhku terlanjur gemetar setelah melihat hal yang sangat menyedihkan. Air mataku mulai jatuh membasahi pipi.
"Apa ini ... ingatan Lucas?"
Aku tidak tahu apakah aku harus percaya pada mimpi ini. Namun, apa yang kulihat ini sesuai dengan cerita yang pernah Lucas dan Paman Reo sampaikan.
🌬❄️❄️
Aku terbangun dari tidurku yang tidak terlau nyenyak. Minyak di lentera sudah habis sehingga aku mendapati diriku terbangun dalam kegelapan di gudang. Aku menyeka wajahku dan merasakan ada jejak basah di pipi. Sepertinya aku menangis dalam tidurku.
Tapi ... kenapa?
Aku tidak terlalu ingat kenapa aku menangis dalam tidur.
Tok. Tok. Tok.
"Risa, ini aku."
Aku mendengar suara Lucas dari luar gudang. Meskipun aku tidak ingat kenapa menangis, aku segera mengusap jejak air mataku. Aku tidak mau membuat Lucas khawatir lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasy"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...