Happy Reading
😉🫶🏻🌬❄️❄️
10 bulan kemudian ...
Aku masih tinggal di Yukirius, tanpa tahu cara untuk kembali ke dunia asalku. Aku mulai menyerah untuk menemukan solusi itu, jadi aku hanya melanjutkan kehidupanku disini sebagai Risa Kenneth.
Aku tiba di Yukirius saat musim dingin berlangsung. Lalu aku terus berada disini seiring musim berganti. Ketika musim semi tiba, bunga mulai bermekaran, tetapi kami masih tetap kewalahan untuk membersihkan jalan dari salju yang menumpuk. Bahkan saat memasuki musim panas, salju tidak mencair sepenuhnya, tapi aku bisa merasakan suhu udara yang sedikit lebih hangat dan langit cerah dengan sedikit awan badai salju. Sampai mulai memasuki musim gugur, udara mulai terasa dingin tapi tidak separah ketika musim dingin.
Aku sedang membersihkan bar ketika melihat tanaman dalam pot di jendela mulai menggugurkan daunnya.
"Daunnya sudah mulai gugur." Kataku.
Aku mendapatkan tanaman pot ini sebagai hadiah tahun baru dari Lucas. Sejak itu, Aku terus merawat tanaman kecil ini.
Lucas menghampiriku yang berdiri didekat jendela. "Sebentar lagi musim dingin, dan kau sudah hampir setahun berada disini. Apa kau ingin sesuatu untuk hadiahmu, Risa?"
"Hadiah apa?" Tanyaku menoleh ke Lucas. Mata kami saling bertemu.
"Hmm, kau tahu, untuk ulang tahunmu." Lucas mengusap belakang lehernya, terlihat canggung. "Kau tidak pernah bilang kapan ulang tahunmu, jadi setidaknya aku ingin merayakan hari dimana kau tiba di Yukirius."
Aku berpikir Lucas dan aku sudah cukup dekat, tapi aku benar-benar lupa memberitahunya ulang tahunku.
Lalu, aku berpikir lagi, kapan terakhir kali aku berulang tahun?
".... dua minggu lagi." Gumamku pelan.
"Apa?" Lucas heran.
"Aku baru ingat ... ulang tahunku sekitar dua minggu lagi, sekitar penghujung musim gugur."
Lucas membelalak kaget. Dia menghembuskan napas panjang, seakan menyerah pada keadaan. "Padahal aku ingin membuat perayaan yang mewah untukmu, tapi dua minggu terlalu dekat."
"Aku tidak butuh perayaan. Sebagai gantinya, aku ingin kau mengabulkan satu permintaan dariku, Lucas." Kataku.
"Apa itu? Selama kau tidak meminta tahta Belwedh, aku bisa melakukannya."
Aku tertawa hambar. Aku juga tidak memikirkannya sampai kesana. Aku ingin tetap hidup nyaman dalam kesederhanaan.
Namun, aku juga tidak bisa menyanggah bahwa permintaanku berhubungan dengan politik kerajaan.
"Aku ingin kau mendaftar menjadi prajurit."
Ekspresi Lucas seketika berubah. Sudut bibirnya menurun, pupilnya melebar, dan meninggalkan tatapan kosong kearahku. Lucas kelihatan kaget dengan permintaanku.
Meskipun aku tahu aku egois, aku ingin membuat Arlec berhenti memandang rendah Lucas. Dan ini adalah satu-satunya solusi yang bisa kupikirkan.
Lucas tidak langsung menjawab. Dia berjalan kearah meja pelanggan, lalu duduk di salah satu kursi. Aku pun mengikutinya dan mengambil posisi duduk tepat di hadapan Lucas.
"Apa itu permintaan yang sulit?" Tanyaku.
"Haaah, aku pikir kita sudah selesai membicarakan ini. Kenapa kau masih mengungkitnya, Risa?"
Beberapa bulan yang lalu, Lucas dan aku sudah pernah membahas ini. Kami sampai bertengkar hebat dan berhenti saling bicara sampai seminggu. Lalu Lucas datang menemuiku lebih dulu dan meminta maaf karena sudah marah padaku.
"Aku tahu aku tidak bisa menolak permintaanmu. Jadi, aku mohon untuk tidak membahas hal ini." Itulah yang pernah Lucas katakan sebelumnya.
Namun, aku tidak bisa menyerah begitu saja.
"Aku ... mendengar sedikit masa lalumu dari Arlec. Kau pernah melawan calon peserta ujian lainnya kemudian bergumam ingin kembali ke Yukirius. Dan Arlec memandang rendah dirimu karena kau meninggalkan ibukota." Aku mulai menjelaskan semuanya pada Lucas, kecuali tentang taruhan Arlec dan aku untuk menjadikan Lucas prajurit dalam setahun.
"Dia itu selalu tidak bisa menutup mulutnya dengan benar." Ujar Lucas mulai geram.
"Apa itu benar? Tapi kenapa kau meninggalkan ibukota begitu saja?" Tanyaku penasaran.
"..... jika aku memberitahumu, Risa, apa aku bisa bertanya padamu juga?"
"Tanya apa?"
Ekspresi Lucas menjadi serius dengan tatapan tajam dan tegas untukku. Aku sangat mengenal tatapan itu. Dia menunjukkan tatapan itu diawal pertemuan kami, ketika Lucas masih meragukan asal usulku.
"Aku tahu kau bukan berasal dari Kerajaan Delhera ... ataupun dari Belwedh ini."
Dadaku seketika sesak begitu mendengarnya. Tanganku gemetar dibawah meja, tapi sebisa mungkin aku bertanya balik tanpa menunjukkan suaraku gemetar ketakutan.
"Aku ... aku tak paham maksudmu, Lucas."
"Kau yang paling paham arti dari perkataanku, Risa. Aku tahu itu." Lucas beranjak dari meja. "Hari ini kita tutup saja barnya. Aku akan pulang lebih dulu. Jika kau siap untuk menceritakan dirimu, aku akan membuatkan cokelat panas kesukaanmu."
Setelah mengatakan itu, Lucas pergi meninggalkan bar. Napasku mulai memburu seakan habis berlari. Jantungku berdegup kencang begitu mendengar perkataan Lucas. Aku berusaha menenangkan tubuhku, tapi pikiranku justru semakin membuatku panik.
Bagaimana? Bagaimana Lucas bisa tahu? Batinku mengulang pertanyaan yang sama.
🌬❄️❄️
Setelah selesai membersihkan bar, aku mengunci pintu depan dan belakang bar. Meskipun pekerjaanku di bar sudah selesai, untuk pertama kalinya, aku tidak ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
Aku berjalan menyusuri pinggiran hutan dengan langkah-langkah pendek. Dan setiap langkah yang kuambil menjadi pertimbangan apakah aku akan memberitahu yang sebenarnya pada Lucas atau tidak.
"Aku tahu aku harus mengatakannya pada Lucas, tapi aku tidak mengira akan secepat ini." Gumamku dalam perjalanan pulang.
Namun, aku sadar memikirkannya sendirian tidak akan menyelesaikan masalah. Lagipula, sejak awal ini bukanlah sebuah masalah, melainkan mencoba untuk saling jujur satu sama lain. Jika aku ingin mengenal lebih Lucas, maka aku harus menceritakan tentang diriku juga padanya.
"Oke. Aku harus jujur pada Lucas." Kataku dengan tekat membulat. Aku mengepal tangan kuat sebagai janji untuk diriku sendiri.
Aku bergegas pulang ke rumah, menantikan secangkir cokelat panas buatan Lucas.
🌬❄️❄️
Maaf kalau update kali ini agak pendek ya huhuu
See u next time, readers 😉
Salam hangat, Ann Mone⚘️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasy"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...