Halooo jumpa lagi dengan Anna hehe
Weekend kemarin lagi sakit jadi belum sempat update huhuKuy langsung baca
Happy Reading🎗
🌬❄️❄️
Kelelahan setelah menangis, aku tertidur tanpa mengeringkan air mata di pipiku.
Namun, perasaan campur aduk yang aku rasakan justru terbawa hingga ke mimpi.
Aku berjalan tanpa arah di tempat asing serba hitam dan gelap. Aku tidak merasa dingin atau hangat. Lalu aku menemukan Lucas berdiri dengan punggungnya membelakangiku.
'Lucas!' Batinku senang ketika melihat ada sosok familiar.
Aku mempercepat langkah dan menghampiri Lucas. Namun, ketika dia berbalik, dia justru memberikan tatapan kosong padaku, dengan iris ungu yang berkilau.
Aku selalu mengagumi warna iris mata Lucas, tetapi kali ini ada aura yang menakutkan dari tatapan itu.
Aku berbalik, lalu melihat paman Reo dengan warna iris mata ungu dan tatapan kosong yang sama.
Satu persatu muncul berbagai wajah familiar disekelilingku. Mereka memberiku tatapan dingin dengan iris mata ungu yang berkilau. Mereka meggerakan bibir mereka, tapi tidak ada ucapan yang terdengar. Semakin banyak mereka muncul, aku semakin merasa takut dan panik.
'Hentikan ... hentikaaan!' Batinku panik ketakutan.
🌬❄️❄️
Aku tersentak bangun dalam tidur dengan mata membelalak lebar dan napas memburu, seakan habis dikejar oleh sesuatu.
Dengan napas masih terengah-engah, aku melirik sekeliling. Aku mendapati diriku telah kembali tertidur di dalam kamarku. Semua tatapan mencekam dan tempat gelap itu sudah tidak ada, tapi bagiku terasa amat nyata hingga jantungku masih berdegup kencang.
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan pintu membuatku terperanjat kaget. Entah kenapa pagi ini banyak hal yang membuatku ketakutan.
"Risa, apa kau sudah bangun?"
Aku bisa mendengar suara Lucas samar-samar dari balik pintu.
Cklek.
Ketika aku mendengar suara pintu terbuka, aku cepat-cepat berbaring lagi di matras dan berpura-pura tidur.
"Masih tidur, ya?" Terdengar suara Lucas.
Aku mendengar langkah kaki pelan, sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi di lantai berkayu.
Ada suara sesuatu diletakkan disamping matras. Tidak lama setelah itu, tercium aroma bubur favoritku.
"... sepertinya kau banyak menangis kemarin malam." Ucap Lucas. Sepertinya dia memerhatikan mata sembapku.
Aku mendengar suara langkah menjauh diiringi suara pintu yang menutup. Lalu aku bangun dari matras dan menoleh ke nampan bubur disampingku.
Aku teringat kembali akhir percakapan kami sebelumnya. Aku tahu aku mengakhiri percakapan kami secara sepihak karena aku masih syok mendengar ucapan Lucas. Namun, melihat nampan bubur yang disiapkan Lucas tidak bisa membuatku membencinya.
Aku menghabiskan bubur yang disiapkan Lucas selagi masih hangat. Aku suka kehangatan bubur yang seakan menyebar ke seluruh tubuhku. Tanpa sadar, senyuman terukir kecil di wajahku.
🌬❄️❄️
Setelah menghabiskan sarapan, aku keluar kamar untuk mencuci alat makan sekaligus mencari Lucas. Namun, dia tidak ada di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasía"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...