Chapter 21 - Another Day

4 2 0
                                    


Hari ini Anna update 2 chapter sekaligus yaa 😆

Selamat membaca 📖

🌬❄️❄️

Hari-hari berikutnya disibukkan oleh persiapan Lucas untuk menghadiri upacara pengangkatan prajurit di Kuil Airisha. Dia sering meninggalkan rumah dengan pedangnya sambil berlatih di kediaman Snowfall. Lucas akan berada di kediaman itu dari pagi hingga petang, lalu mulai bekerja di bar dari tengah malam hingga fajar. Aktivitas baru Lucas membuatnya terlihat lebih lelah dari biasanya. Hingga hal yang tidak diinginkan pun terjadi.

Praang!

Aku terbangun kaget dari tidurku di gudang. Aku bergegas keluar menuju meja bar dan melihat Lucas tengah berjongkok untuk mengambil sesuatu.

"Apa yang kau lakukan?" Aku menarik tangan Lucas yang hendak mengutip pecahan kaca gelas wine di lantai dengan tangan kosong. Lucas kaget begitu menyadari keberadaanku. Hal yang pertama ku sadari dari ekspresi kaget Lucas adalah lingkaran hitam dibawah matanya.

"Kau duduk di meja pelanggan dulu. Aku yang akan membersihkannya," kataku.

Lucas berdiri kemudian berjalan kearah meja pelanggan dekat jendela. Aku agak tertegun melihat Lucas sangat penurut. Tapi aku cepat-cepat menggeleng dan membersihkan beling dari lantai.

Butuh beberapa waktu untuk membersihkan pecahan gelas. Setelah memastikan tidak ada yang tersisa di meja bar dan lantai, aku menoleh untuk memanggil Lucas. Namun, aku mendapatinya sudah melipat tangan diatas meja dengan kepalanya diatas tangan dan menghadap bawah.

Aku menghampiri Lucas untuk melihat kondisinya dari dekat. "Apa kau baik-baik saja, Lucas?"

"......" dia tidak menjawab. Justru yang kudengar adalah dengkuran kecil.

Sepertinya dia kelelahan dan tidur. Batinku.

Aku mengambil selimut dari gudang dan kembali ke meja pelanggan tempat Lucas tertidur. Aku tidak cukup kuat untuk memindahkannya, tapi aku bisa membuatnya merasa lebih nyaman dalam tidur. Aku meletakkan selimut itu di punggung Lucas, kemudian mengambil lentera dan meletakkannya di meja tepat di sebelah Lucas. Lalu aku duduk di meja berlentera sambil melihat Lucas tertidur. Entah berapa lama aku menontonnya sampai perlahan-lahan aku juga ikut tertidur.

🌬❄️❄️

Aku mengerjapkan mataku perlahan, kemudian melirik ke jendela disamping. Mentari sudah naik dan menyinari bar melalui jendela. Lentera didepanku sudah kehabisan minyak sehingga tidak menyala lagi. Aku juga melihat Lucas masih tertidur di meja dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya.

Aku ketiduran, batinku tidak sadar menguap. Aku refleks menutup mulut dengan tangan.

Aku membereskan meja bar dan dapur dengan tenang, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara berisik karena aku tidak mau membangunkan Lucas. Disaat yang bersamaan, aku menyiapkan sarapan sandwich untuk kami berdua. Aku membuat sarapan di bar karena aku takut Lucas akan langsung berangkat ke kediaman setelah istirahat di bar.

Aku menata piring sandwich dan gelas berisi cokelat panas di meja bar, kemudian pergi membangunkan Lucas.

"Ayo bangun, tukang tidur," kataku sambil menggoyangkan sedikit tubuh Lucas. Butuh beberapa waktu hingha Lucas mengangkat kepalanya. Aku perlahan menarik selimut dari punggungnya. Dia menggosok ujung mata perlahan, kemudian berdiri meregangkan tubuhnya yang kaku akibat tidur di posisi itu.

"Aku sudah buatkan sandwich. Sarapan dulu, lalu berangkat ke kediaman."

"Eh? Oh, iya. Terima kasih, Risa." Lucas terlihat linglung.

The Devil of WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang