Chapter 15 - An Attack

12 7 0
                                    

Baru sempat update malam huhuu 😵‍💫😭

Sebelumnya Anna mau kasih note dulu. Adegan dalam cerita ini hanya terjadi dalam fiksi dan tidak boleh ditiru. Harap bijak dalam membaca 😉
Lanjut baca aja ya, teman-teman

Happy Reading 🫶🏻

🌬❄️❄️

Kami meninggalkan alun-alun kota dengan berjalan kaki. Awalnya Lucas ingin menyewa gerobak kuda untuk membawa barang belanjaan, tapi aku tahu dia melakukannya karena aku ikut berbelanja kali ini. Jadi aku bersikeras menolak ide itu.

"Sebelumnya kau juga pulang belanja tanpa menyewa gerobak atau apalah itu. Intinya, aku mau kita pulang dengan cara yang biasanya saja." Kataku tegas.

Lucas menghela napas panjang. Dia menyerah membujukku.

"Kenapa belakangan ini kau semakin keras kepala?" Lucas menggeleng tidak habis pikir dalam perjalanan pulang.

"Hehe, aku sudah membiasakan diri tinggal bersamaku. Kau selalu punya kebiasaan untuk membuatku nyaman, tapi aku tidak suka itu." Jawabku jujur.

"Apa kau tidak suka dilakukan spesial?" Tanya Lucas.

"Tidak juga. Tapi kau terkadang berlebihan, Lucas."

Kami melewati persimpangan tiga jalan, lalu memilih kearah kanan.

"Jalan di sebelah kiri itu ..."

"Oh, itu adalah jalur menuju ke Kediaman Duke Snowfall." Jawab Lucas. "Kalau kau memerhatikannya dengan cermat, kau akan melihat jejak roda kereta kuda berbelok kearah kiri."

Aku hanya ber-oh sebagai tanda paham ...

Duuaaak!

Bruuuk!

... higga tiba-tiba kami mendengar suara sesuatu yang jatuh dari arah jalan itu.

Lucas dan aku serempak saling menatap begitu mendengar suara itu. Tanpa pikir panjang, kami berlari kearah sumber suara.

Kami memasuki jalur menuju Kediaman Duke Snowfall.

Kami terus berlari sampai tiba didekat sumber suara. Ketika kereta kuda sudah mulai terlihat, Lucas menarikku ke pepohonan di pinggir jalur. Kami pun mendekati perlahan untuk melihat kejadian lebih jelas.

Kereta kuda itu sudah terguling ke kanan. Tiga prajurit berseragam putih mengelilingi kereta kuda, sedangkan satu prajurit memanjat kereta kuda yang miring dan mencoba membuka paksa pintu kereta kuda yang macet.

"Bertahanlah, Nona Snowfall!" Teriak prajurit yang mencoba membuka pintu.

Tiga prajurit lainnya masih menghadang kereta kuda dari beberapa orang berpakaian serba hitam. Kumpulan orang berpakaian hitam itu memakai kain segitiga hitam untuk menutupi hidung dan mulut mereka. Mereka memiliki senjata beragam, seperti kapak, parang, hingga cambuk.

"Apa kalian tidak tahu kalian berhadapan dengan siapa?" Salah satu prajurit  mengancam lawannya.

Namun, pemimpin kelompok itu hanya menertawai mereka. "Kami hanya melakukan tugas kami. Kami hanya ingin wanita didalam kereta itu."

"Siapa yang mengirim kalian, hah?!"

"Kami akan melindungi Nona Snowfall! Kalian enyahlah dari sini!"

"Aaah~ berisik, berisik." Pemimpin kelompok itu menyepelekan para prajurit. "Ingat, teman-teman. Wanita didalam kereta harus tetap selamat, tapi mari kita bermain dengan tikus putih ini."

"SERANG!" Seru pemimpin kelompok berpakaian hitam.

Mereka menyerang tiga prajurit itu secara bersamaan. Prajurit itu sigap dengan pedang diarahkan ke lawan. Mereka menebas siapa saja yang datang kearah mereka. Pertarungan pun tidak bisa dihindari.

The Devil of WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang