Lanjuuut~
Happy Reading, guys!
🌬❄️❄️
Aku tidak melihat ada boots Lucas ketika tiba didepan rumah. Aku coba membuka pintu depan tapi terkunci.
"Apa Lucas belum pulang?" Aku terheran. Padahal aku sudah siap mental untuk berbicara pada Lucas.
Sraak. Sraak.
Aku mendengar ada suara gesekan dari belakang rumah. Aku sedikit merinding ketika sadar mendengar suara itu.
Aku berjalan dengan langkah pelan menuju ke belakang rumah. Kulihat punggung seorang pria tengah menggesekkan sesuatu yang panjang pada sebuah batu. Ketika pria itu mengangkat benda panjang ke udara, aku bisa melihat ada kilau yang terpantul di ujung benda berbentuk runcing itu.
Itu terlihat ... seperti sebuah pedang. Batinku.
"Aku tahu kau disana, Risa."
Aku tertegun sesaat begitu namaku dipanggil. Tapi aku mengenal suara familiar itu, sehingga aku bisa mengurangi rasa waspada milikku.
Aku berjalan kearah pria dengan pedang. Dan disaat yang bersamaan, pria itu berbalik dan melihat kearahku. Iris mata ungu pria itu berkilau seperti pedang yang ada di tangannya.
"Kau merawatnya dengan baik," kataku memberi pujian.
"Aku menggunakannya untuk menebang pohon untuk kayu bakar."
Lucas kemudian beranjak dan mengambil potongan kayu besar diantara tumpukan kayu bakar. Dia menarik napas dalam kemudian muncul seperti api biru menyelimuti seluruh pedang hingga ke lengan.
"Lebih baik kau mundur," ujar Lucas. Aku pun langsung mengambil beberapa langkah mundur, menjauh dari Lucas.
Lucas mengangkat pedangnya kemudian memotong kayu itu. Yang menarik adalah ketika pedang Lucas memotong kayu itu sampai bagian bawah, kayu itu justru terbelah menjadi 8 bagian. Rasanya seperti melihat pizza utuh yang dipotong menjadi 8 bagian sekaligus.
Aku berdecak kagum melihat kemampuan Lucas. Disaat yang bersamaan, aku juga menyayangkan kemampuan hebat Lucas hanya digunakan untuk memotong kayu bakar.
"Apa kau sedang pamer sekarang, Lucas?"
"Hanya ini cara latihan mandiri yang aku tahu."
"Selama 10 tahun lebih?" Tanyaku lagi.
Api biru di pedang Lucas perlahan mulai menghilang. Lucas hanya diam memerhatikan sampai cahaya biru itu pudar sepenuhnya. Lalu dia menjawab pertanyaanku, "setidaknya aku tidak bolos latihan."
Lucas menyimpan pedang kembali ke sarung. Aku melihat ukiran timbul pada sarung pedang, ada ukiran seperti uliran tanaman lalu diatasnya ada ukiran bunga Iris dengan sepasang sayap dibelakangnya.
"Ada ukiran di sarung pedang itu."
Lucas melirik ke benda yang dimaksud. Kemudian dia berkata, "Bunga Iris sudah menjadi lambang Kerajaan Belwedh sejak dulu. Dan sepasang sayap mewakili kebebasan yang dibawa oleh Kerajaan Belwedh."
"Wow, aku tidak tahu banyak tentang sejarah kerajaan."
"Terdengar menarik, kan? Tapi aku harap semuanya seindah itu."
Lucas terdengar tidak senang ketika membahas sejarah kerajaan.
"Ayo kita masuk. Udaranya semakin dingin, dan aku mau cokelat panas. Apa kau mau juga, Risa?"
"Ya, aku juga mau." Jawabku bersemangat.
🌬❄️❄️
Aku duduk di meja makan selagi melihat Lucas menyiapkan cokelat panas. Lucas tengah menunggu teko air didepan perapian dan yang bisa kulihat dari posisiku hanyalah punggung Lucas. Situasi ini mengingatkanku ketika aku pertama kali datang ke rumah ini. Aku sendiri masih tidak percaya bahwa aku masih bertahan di kota ini hampir setahun.
Namun, aku tahu jauh didalam diriku, aku masih memikirkan cara untuk kembali ke dunia asalku.
"Hati-hati, karena ini masih panas."
Suara Lucas menyadarkanku dari lamunan. Secangkir cokelat panas sudah berada didepanku. Lucas kemudian mengambil cangkir cokelat panas miliknya dan duduk tepat di hadapanku.
Lucas menyeruput cokelat panas miliknya. Sesaat uap panas cokelat mengenai wajahnya hingga dia refleks menutup mata.
Lucas meletakkan gelasnya ke meja, kemudian dia membuka percakapan, "jadi, siapa yang mulai lebih dulu? Aku, atau kau, Risa?"
"Kalau kau bertanya begitu, berarti kau ingin aku yang memulainya, kan?"
"Heh, kau mendadak pandai disaat seperti ini."
Aku mengerdikkan bahu dan menjawab, "Dan kau tidak menyangkal, Lucas."
Aku menarik napas dalam, sekaligus memikirkan dari mana aku harus memulai.
"Aku bukan berasal dari Yukirius, ataupun dari Kerajaan Delhera. Aku berasal dari dunia yang berbeda dengan tempat ini, dunia dimana semua hal modern yang tidak ada disini, pasti ada disana. Di tempat asalku memang tidak ada kasta kerajaan seperti di Belwedh, tapi orang-orang disana cukup serakah hingga secara tidak langsung membagi kasta antara orang kaya dan miskin."
Aku bingung menjelaskan mengenai dunia asalku, tapi aku sudah melakukan semampu yang aku bisa.
"Lalu, kenapa kau bisa ada disini?"
Ternyata Lucas lebih tertarik dengan keberadaanku disini. Dan aku sudah menduganya.
Aku menggeleng, "Aku tidak tahu. Aku sedang dalam perjalanan pulang dari universitas, kemudian tersesat dan tiba di hutan bersalju."
Aku menyembunyikan fakta bahwa aku mengalami kecelakaan disana, terlebih lagi kecelakaan itu terjadi karena aku didorong oleh seseorang ke jalan raya.
"Saat aku mendengar tentang pedang aura Lucas dan sihir, aku pikir kedatanganku berada disini juga terkait dengan sihir di dunia ini." Aku menyeruput cokelat panasku dan melanjutkan, "lagipula, teknologi di dunia asalku takkan bisa menciptakan sesuatu seperti lintas dimensi. Jadi aku berpikir bahwa salah satu penyebabnya adalah sihir."
Lalu aku menatap lurus kearah Lucas dan berkata, "sekarang, giliranku bertanya, kenapa kau tidak mau menjadi prajurit?"
Whooosh.
Lucas menunduk dan menghembuskan napas panjang, alih-alih menjawab pertanyaanku.
"Aku tidak tahu kau sengaja atau bukan, Risa, tapi aku memang berniat untuk menceritakan semuanya."
Awalnya aku tidak memahami perkataan Lucas, tapi aku terus menunggu respon darinya.
"Aku pernah bilang, kan, pengetahuan tentang sihir di Kerajaan Belwedh tidak sebagus di Kerajaan Delhera."
Aku mengangguki ucapan Lucas.
"Hal itu karena perjanjian damai antara Kerajaan Belwedh dan Kerajaan Delhera, dimana kedua kerajaan saling memberi bantuan. Kerajaan Belwedh menawarkan kekuatan pasukan prajurit, dan Kerajaan Delhera menawarkan alat sihir untuk mendukung kehidupan rakyat di seluruh wilayah Belwedh, termasuk kota Yukirius. Perjanjian ini sudah berlangsung sampai 50 tahun."
Ekspresi Lucas berubah muram ketika dia melanjutkan ceritanya. "Namun, semuanya berubah setelah 10 tahun yang lalu. Para penyihir di seluruh Belwedh dikumpulkan atas panggilan dari istana dengan tawaran untuk pendidikan magis di Kerajaan Delhera. Tapi kenyataannya, tidak ada kabar dari penyihir yang telah pergi. Bahkan, ada beberapa penyihir yang dibawa paksa. Salah satunya adalah ibuku dan adikku, Sofia."
"Lalu, kemana para penyihir itu dibawa?"
"....." Lucas diam sesaat, kemudian dia justru menceritakan pengalamannya di ibukota ketika dia hendak mengikuti ujian masuk akademi prajurit.
🌬❄️❄️
Mungkin cukup dulu untuk update hari ini, yaa
Jangan lupa vote dan komentarnya supaya Anna bisa menulis lebih baik lagi
😉😆See u next time 🫶🏻
Salam hangat, Ann Mone⚘️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasy"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...