Happy reading, all
📖🌬❄️❄️
Bar ditutup untuk umum selama satu malam, dan belasan prajurit Snowman datang ke bar sebagai perayaan antar prajurit untuk Lucas.
Aku sibuk menyiapkan minuman di meja bar dan makanan di dapur. Aku harus berjalan bolak-balik dari meja bar ke dapur dan sebaliknya. Awalnya Lucas hendak membantuku, tapi teman-teman prajuritnya menahan Lucas memasuki dapur.
"Bintang hari ini harus duduk disini," ujar salah satu prajurit.
"Dia benar. Nikmatilah hari spesialmu ini, kawan," sahut prajurit lainnya.
Lucas melirik kearahku dengan tatapan cemas. Namun, aku memberikan tanda 'O.K' padanya bahwa aku bisa melayani semua pelanggan hari ini. Lagipula, aku setuju dengan ucapan prajurit tadi. Ini adalah hari yang berkesan untuk Lucas dan aku.
🌬❄️❄️
Butuh waktu sekitar 1 jam bagiku untuk menyelesaikan semua pesanan makanan yang dipesan oleh para prajurit. Aku sudah menghabiskan stok makanan seminggu hanya untuk satu pesta minum malam ini. Nafsu makan para prajurit ini tidak bisa dianggap sepele.
Setelah mencuci semua peralatan masak di dapur, aku kembali berjaga di meja bar barangkali ada yang meminta minuman tambahan. Ketika aku muncul dari pintu samping mengarah ke meja bar, dua prajurit langsung menghampiriku.
"Hei, hei. Apa kau benar adiknya Lucas?"
Rekannya memukul punggung prajurit itu. "Dasar kau. Kenapa tanya pertanyaan yang sudah pasti?"
"Ack, aku kan cuma bertanya!" Seru prajurit itu. Dia membalas pukulan sebelumnya dengan satu tinju di perut rekannya.
"Eh, kau tidak perlu memukulku!" Seru prajurit itu memukul balik rekannya.
"Kau yang memulai lebih dulu!" Lalu rekannya melayangkan pukulan lainnya.
Dalam sekejap mata, mereka sudah saling adu kekuatan didepanku. Prajurit lain bukan menghentikan mereka, melainkan ikut memeriahkan dan menyoraki mereka. Suasana bar semakin kacau.
"Aaah!" Aku refleks berteriak begitu salah satunya jatuh di lantai dan pertengkaran itu masih berlanjut.
Whooosh.
Aku menggunakan kekuatanku sebelum semuanya lepas kendali.
"Hen, hen, hentikaaan!" Tapi aku terlalu takut hingga aku tanpa sadar meneriaki mereka.
Bar hening seketika. Dan begitu kusadari, semua tatapan telah tertuju padaku.
"A, a, aku tidak ingin ada pertengkaran disini. Ka, kalian mengganggu pelanggan lainnya," kataku terlalu gugup karena perhatian yang aku terima.
Dua prajurit yang bertengkar segera bangkit dari lantai. Mereka saling menatap kemudian menjawab, "kami minta maaf."
Aku mengerdipkan mataku lagi sekaligus menenangkan emosiku. "Aku akan pergi ke dapur untuk menambah makanannya," kataku lalu meninggalkan area depan.
Setelah aku masuk ke dapur, aku langsung mengambil cermin yang aku simpan di kantung. Iris mataku telah berubah kembali menjadi hitam, tapi aku teringat kembali momen ketika mereka semua diam setelah mendengar ucapanku.
Apa kekuatan ini sehebat itu? Batinku merasa tidak nyaman dengan kekuatan ini terlepas dari kehebatan kekuatan ini.
Aku menyiapkan makanan yang belum sempat disajikan di dapur, tapi aku kembali mendengar suara riuh obrolan dan tawa. Suasana pesta terdengar kembali meriah. Aku tidak bisa berhenti cemas, jadi aku mengintip dari celah pintu dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasía"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...