Ada kabar baik nih buat teman-teman
Anna hari ini double update yeaaay
😆😌Selamat membaca~
🌬❄️❄️
Setelah belajar mengendalikan kekuatanku, Lucas memperbolehkanku untuk bekerja di meja bar lagi.
"Tapi kau hanya boleh di meja bar saat membuat cocktail saja." Begitu katanya.
Lucas beranjak dari ruang tamu sambil membawa dua gelas yang sudah kosong. Aku bangun hendak menawarkan diri untuk mencuci gelasnya, tapi Lucas menjawab, "Kau bersiap-siap saja. Aku ingin membawamu ke suatu tempat."
"Tempat apa? Bukan ke bar?" Tanyaku dengan alis terpaut keheranan.
Lucas menggeleng, "tempatnya dekat dengan alun-alun, jadii-"
"Kau mau membawaku ke alun-alun?" Mendengarnya membuatku bersemangat dan tanpa sadar memotong ucapan Lucas.
Lucas tertegun kaget sesaat, tapi kemudian dia mengangguk, "iya, setelah itu kita akan ke alun-alun."
Senyuman ceria terukir di wajahku. Aku tidak sabar untuk pergi ke alun-alun kota Yukirius.
🌬❄️❄️
Kami berjalan kaki melewati jalanan yang tidak familiar bagiku. Aku tahu jalur yang kami lewati bukanlah jalan menuju alun-alun. Jalur ini hanya memiliki jalan setapak ditengah hutan yang sudah mulai menggugurkan daunnya.
"Melihat daun pohon mulai berguguran membuatku sadar musim dingin sebentar lagi tiba." Kataku sambil melihat pohon disekitar.
Lucas juga menikmati pemandangan yang sama. "Apa kau suka musim dingin, Risa?"
"Hmm, di dunia asalku tidak memiliki cuaca yang sama seperti di Yukirius, jadi hanya ada musim hujan dan musim panas saja." Jawabku.
"Bukankah itu bagus? Kau tidak perlu merasa kelaparan dan kedinginan di tempat yang sangat dingin."
"Entahlah, Lucas. Aku dulu selalu sendirian, jadi mungkin aku sedikit 'kedinginan'." Kataku sambil tertawa ringan, tapi Lucas tidak ikut tersenyum bersamaku.
Suasana menjadi sedikit canggung. Aku ingin mencoba untuk mencairkan suasana, sampai aku baru menyadari Lucas membawa sabuk pedangnya di pinggang. "Oh iya-"
"Kita sudah sampai." Ujar Lucas sebelum aku sempat bertanya tentang pedang. "Oh, kau ingin bilang apa?"
Aku cepat-cepat menggeleng, "bukan apa-apa."
Tidak jauh dari kami, ada sebuah bangunan besar putih dengan ukiran-ukiran kuno. Bahkan untuk halaman depan ke gerbang saja bisa memiliki tinggi 100 kaki. Di atap gedung ada ukiran bunga iris dan sepasang sayap, mirip dengan ukiran yang ada di pedang Lucas.
"Ini ... apa?"
"Ini kuil Airisha. Aku pernah bercerita sebelumnya, kan?"
"Tapi, jika aku tidak salah ingat, kau mengunjungi kuil Airisha di ibukota."
"Dalam sejarah Kerajaan Belwedh, Dewi Airisha turun pertama kali ke Yukirius dan memberikan kekuatan pada pendiri Kerajaan Belwedh."
"Oooh, kekuatan seperti apa itu?" Tanyaku lagi sambil kami berjalan masuk ke kuil.
"... 'Mimpi atas jawaban untuk kemakmuran orang-orang hanya diturunkan pada mereka yang berdarah asli dari Keturunan Belwedh."
Terdengar suara seorang wanita dari belakang kami. Lucas dan aku refleks menoleh dan mendapati seorang wanita bergaun biru tua menghampiri kami. Rambutnya berwarna silver tergerai panjang sepunggung, tapi aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena dia memakai topi berkain putih menutupinya.
"Itu salah satu ramalan dari kuil Airisha yang paling terkenal." Lanjut wanita itu.
"Salah satu? Apa artinya masih ada lagi?" Tanyaku.
"Keturunan asli Belwedh akan mendapatkan penglihatan masa depan dalam mimpinya satu kali. Namun, tidak semua keturunan Belwedh mendapatkan mimpi seperti itu." Jawab wanita itu.
"Bagaimana kau bisa tahu tidak semua keturunan Belwedh mendapatkannya?"
"Oh, mimpi itu adalah sesuatu yang dialami oleh orang itu saja. Jadi, ada kemungkinan bahwa mimpi itu tidak ada sama sekali."
"Apa artinya para keturunan Belwedh itu berbohong? Tapi, kenapa?" Tanyaku lagi.
"Risa, hentikan." Namun, entah kenapa Lucas malah menahanku bicara.
Wanita itu tidak langsung menjawab, tapi dia justru menertawai ucapanku.
"Apa ... yang lucu?" Tanyaku heran.
"Hahaha, maafkan aku. Aku hanya sangat senang berbicara dengan kamu." Katanya.
Oke, wanita ini aneh. Batinku agak takut. Tidak banyak orang diluar sana yang senang menertawai orang yang pertama kali diajak bicara olehnya. Mau tidak mau aku menjadi waspada.
Dia berjalan kearahku sampai Lucas menghadang didepanku. Sepertinya Lucas juga curiga terhadap wanita didepan kami.
"Jangan halangi jalanku." Suara wanita itu terdengar dingin.
Lucas tertegun mendengar perubahan cara bicara wanita itu. Dia pun mundur beberapa langkah.
Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, kemudian memberikannya padaku. Benda itu berbentuk kotak kecil sebesar telapak tangan.
"Ini untuk kamu karena sudah menarik perhatianku." Dia menarik tanganku dan meletakkan kotak itu diatas telapak tanganku.
"Ini ... apa?"
"Hmm, anggap saja token untuk pertemuan kita selanjutnya."
Lalu wanita itu menarik lenganku hingga wajahnya dekat dengan telingaku.
"Aku akhirnya menemukanmu, si Terpilih." Bisik wanita itu.
🌬❄️❄️
Mataku membelalak mendengar ucapan wanita itu. Wanita itu segera pamit meninggalkan Lucas dan aku dalam terdiam. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa familiar dengan kata 'si Terpilih' meskipun aku tidak yakin pernah mendengarnya dari suatu tempat.
"Risa! Hei, Risa!"
Suara Lucas menyadarkanku yang sebelumnya diam bak terhipnotis. Aku menoleh kearah Lucas, "ada apa?"
"Apa kau baik-baik saja? Apa yang dikatakan wanita itu?" Lucas penasaran.
Aku merasa ragu untuk menyebutkan tentang 'si Terpilih' yang diucapkan wanita itu. Setidaknya, aku harus memastikannya lebih dulu sebelum mengatakannya pada Lucas.
"Dia hanya ingin bertemu denganku lagi, tapi dia bahkan tidak menyebut namanya."
"Haaah, pokoknya, pembicaraan tentang Kerajaan Belwedh hanya sampai sini."
"Kenapa? Apa kita tidak boleh membicarakan tentang keluarga kerajaan?"
"Bukan, bukan itu." Lucas menggeleng. "Apa yang kita bahas tadi bukanlah sesuatu yang bisa dibicarakan oleh orang-orang biasa. Aku tidak tahu siapa wanita tadi, tapi kita tidak boleh terpancing suasana."
Aku menaikkan alis keheranan. Ucapan Lucas belum cukup masuk akal bagiku.
Lucas menyadari kebingunganku. Dia hanya menghela napas panjang dan menjawab, "kita akan membahasnya lagi di rumah. Aku janji."
"Ayo, kita mencari penjaga kuil disini." Ujar Lucas.
🌬❄️❄️
Kunjungan Risa dan Lucas ke kuil justru mempertemukan mereka dengan wanita misterius. Kira-kira siapa dia? 🤔
Daripada penasaran, kuy lanjut baca aja 😉
Salam hangat, Ann Mone ⚘️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasía"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...