Selamat malam dan selamat membaca, semuanya 😉
🌬❄️❄️
Setelah selesai menangis, Lucas dan aku keluar dari taman kuil. Tidak ada satupun dari kami yang berani untuk memulai percakapan. Aku sendiri masih terlarut dalam pikiranku. Aku tidak tahu kekuatan apa yang ada di dalam air pancuran itu, tapi kekuatannya telah membuatku mengingat kehidupan lamaku.
Di dunia asalku, aku dibesarkan di panti asuhan tanpa mengingat keluarga asliku. Aku selalu sendirian karena aku merasa tidak cocok untuk berbaur dengan yang lain. Namun, ingatan yang kudapat telah melengkapi jawaban dari alasan kenapa aku selalu merasa tidak cocok.
Aku lahir dan dibesarkan di kota bersalju, dimana ibuku bisa membentuk kupu-kupu merah muda meskipun musim semi jarang menghampiri kota kami. Ketika aku bisa berjalan, aku dibawa oleh kakak laki-laki untuk membuat boneka salju, lalu kami akan dimarahi karena tidak memakai pakaian tebal saat bermain salju. Aku juga memiliki ingatan ketika dibawa paksa bersama ibuku oleh orang-orang berpakaian besi. Dan ingatan setelahnya adalah neraka bagiku.
Aku disekap dalam penjara dengan ibuku dan beberapa orang lainnya. Disana aku menunggu giliran untuk sesuatu, sampai aku dipisahkan oleh ibuku yang dibawa pergi sesaat. Ketika giliranku tiba, aku dibawa ke ruangan ritual yang asing. Orang-orang berjubah membacakan sesuatu dari buku hingga membuatku kesakitan, tapi aku berhasil melawan untuk beberapa alasan. Kekuatan yang terpendam dalam diriku membuatku menghilang dari ruangan itu. Lalu, ingatan selanjutnya dimulai dari aku yang tiba di panti asuhan pertama kalinya.
Ya, aku mendapatkan ingatanku selama menjadi Sofia Kenneth.
Untuk beberapa alasan yang tidak bisa kupahami, aku menggunakan kekuatanku untuk meninggalkan Kerajaan Belwedh, lalu aku muncul di bumi. Namun, entah kenapa aku justru kembali lagi ke Yukirius, kota bersalju di utara Kerajaan Belwedh.
"Kau terlihat pucat, Risa. Sepertinya kita harus membatalkan rencana kita ke alun-alun hari ini." Ujar Lucas masih terlihat cemas setelah meninggalkan kuil Airisha.
"Tidak, jangan!" Aku menarik lengan Lucas. "Mungkin aku terlihat pucat, tapi aku baik-baik saja!"
Lucas tegas menyanggah, "aku tidak bisa melihatmu pingsan seperti tadi. Kita akan ke alun-alun jika kau sudah cukup beristirahat."
"Tidak mau!" Aku lebih keras kepala. "Kalau kau sudah janji, kau harus menepatinya, Lucas! Aku mau ke alun-alun. Titik!"
Lucas menggeleng pasrah. "Baiklah, tapi kita makan siang dulu sebelum belanja."
Senyuman kembali muncul di wajahku. Perasaan semangat untuk menjelajahi alun-alun bersama Lucas lebih kuat daripada perasaan sedihku setelah mendapatkan ingatan ini.
Untuk saat ini, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Lucas. Kapan lagi aku menghabiskan waktu bersama kakakku?
🌬❄️❄️
Setelah makan siang di restoran terdekat, akhirnya kami punya waktu untuk berkeliling di alun-alun kota Yukirius. Terakhir kali aku kesana adalah ketika Lucas membelikanku pakaian dan kebutuhan lainnya sewaktu aku pertama kali tiba di Yukirius. Tidak heran jika aku sangat bersemangat sekarang.
"Apa kau sesenang itu pergi ke alun-alun?" Tanya Lucas menyadari ekspresi ceria di wajahku sepanjang perjalanan kami.
"Tentu saja, dan ini akan jadi kunjungan pertamaku di alun-alun kota selain di musim dingin." Seruku.
Aku ingat tidak banyak toko atau pedagang yang berjualan di musim dingin selain orang-orang yang berjualan barang-barang kebutuhan musim dingin.
Namun, kali ini, alun-alun kota Yukirius terlihat cukup ramai. Berbagai pedagang menawarkan beragam barang dagangan mereka, mulai dari kain-kain untuk pakaian musim dingin, aksesoris, buah dan sayur segar, aneka daging dan bumbu, bahkan hingga jajanan. Selain para pedagang memenuhi jalanan, ada juga beberapa toko pakaian dan perhiasan sampai berbagai macam restoran yang buka dan ada beberapa pegawai berteriak menawarkan isi toko mereka. Anak-anak juga bermain lebih bebas di alun-alun tanpa harus takut merasa kedinginan. Aku tidak bisa berhenti menoleh ke kanan-kiri saking semangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil of Words
Fantasy"Lidah lebih tajam dari pedang." Risa sering mendengar kalimat itu di kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah lama yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Kadang digunakan sebagai nasihat orang tua kepada anaknya, kadang digunakan pula sebagai contoh pe...