17. Kejutan malam ini

63 53 22
                                    

"Halo Shana, nanti pulang nya ayah nitip 2 bungkus nasi goreng didepan pasar itu yaa."

"Hah?"

"Kok suara kamu jadi kayak om om yang jualan ikan di pasar itu sih nak?"

"Ini saya om, Haidar."

"Oala bocah tengil. Nanti pulang nya nunggu hujan reda ya? hati hati di jalan, jangan ngebut, licin ndung."

Haidar mengernyit, kok tumben ngga marah marah?

"Iya siap om."

Lalu telepon itu tiba tiba diputuskan secara sepihak oleh ayah Shana.

"Kenapa?" tanya Shana.

"Nanti pulang nya mampir beli nasi goreng di depan pasar. Ayah kamu nitip."

Shana mengangguk. Ia kira ayahnya akan marah marah di telepon.

***

Setelah menunggu hujan reda dan juga membeli pesanan ayah nya Shana, akhirnya mereka berdua pun sampai dirumah.

Shana pun mengetuk pintu rumah. Hatinya berdegup kencang, tanda ia takut akan dimarahi oleh Ayahnya.

Ayah Shana pun keluar, dengan hanya berbalut sarung dan kaus oblong. Serta penggaruk punggung di tangannya.

Haidar menelan ludah gugup kala om om galak itu memandangnya dari bawah hingga atas.

"Kamu ngga dingin apa pergi malem malem cuma pake kaos oblong gitu?"

"Udah kebal om."

Tanpa mereka ketahui, Haidar terkadang berenang pada tengah malam ketika tidak bisa tidur, ataupun saat subuh ketika air kolam seperti air kutub.

"Ayo masuk. Diluar dingin, nanti jadi manusia salju kalian."

Haidar dan Shana saling berpandangan. Maklum, jokes bapak bapak memang seperti itu. Tetapi mereka tetap mengikuti perintah ayahnya, karena udara semakin dingin. Mungkin karena efek hujan tadi.

"Duduk disini Haidar, saya pengen ngobrol bentar."

Haidar pun mengangguk. Ia menuruti perintah calon mertuanya itu dan mulai mendudukkan dirinya di ruang tamu. Ia gugup, ayahnya Shana menatapnya dengan tatapan intimidasi.

"Shana buat teh dulu ya ayah, buat hangatin badan." Shana pun melenggang pergi ke dapur. Sebenarnya ia menahan tawa tadi ketika melihat wajah Haidar seperti anak anjing yang ingin menangis.

"Pertama tama, saya mau minta maaf om, ga netapin janji. Ini udah lewat dari waktu yang ditentuin buat bawa Shana pulang."

"Gapapa. Ga masalah. Lagian hujan kan. Saya juga minta nitip makanan tadi."

"Ngomong ngomong, nama om siapa ya? biar enak gitu manggilnya."

"Panggil aja om Devan."

Haidar membatin. Namanya keren, kayak anak muda jaman sekarang. Tetapi sikap dan penampilan nya seperti uncle muthu di serial kartun Upin Ipin. Haidar mengatupkan bibir, ia berdosa tidak ya meroasting calon mertuanya sendiri?

"Kalo saya panggil dengan sebutan ayah, boleh ga om?"

"Gaboleh. Lo kira gue bapak lo apa?"

Haidar meringis. Sudah ia duga.

"Kamu anaknya Pak Gavin kan?"

Haidar terkejut. Bagaimana om Devan ini bisa tahu?. "Iyaa om. Kok om Devan tahu? Shana yang beritahu?"

Om Devan menggeleng, "Gavin itu bos saya. Bahkan dia yang menawarkan pekerjaan di perusahaan nya ke saya. Sekarang saya menjadi manajer pemasaran di perusahaan yang dia pimpin"

BLUE TRACKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang