3. Senin Sial

74 57 82
                                    

Hari Senin merupakan hari keramat bagi sebagian siswa. Hari yang membuat tidak bersemangat menurut Haidar.

Brummm!!

Motor Haidar melaju di jalanan. Suasana jalanan sepi dan tak banyak kendaraan yang lalu lalang. Saat sedang fokus berkendara, tiba tiba ada gadis yang main nyebrang saja tanpa lihat kiri kanan. Sontak membuat Haidar kaget, ia langsung minggir ke arah lain agar tak menabrak gadis itu, dan...

BRAK!!

Motor nya menabrak trotoar dan diri nya pun terpental.

Haidar meringis, "Sial! helm gue mana? woiya gue gak pake helm."

Gadis itupun terkejut. Ia langsung menghampiri si pengendara, "Lo nggak apa apa?"

Haidar menoleh, "Lah? Shana? lo kalo nyebrang liat liat dong! main nyebrang aja."

Shana terkejut bukan main, "Haidar maafin gue, tadi terburu buru. Maaf banget ya."

"Gapapa."

Haidar meringis, ia mengusap dahi nya yang sakit karena terpental tadi. Ia menemukan banyak darah di tangan nya, lalu ia mengusap lagi dahi nya, dan benar dahi nya mengeluarkan darah. Ia juga merasakan ada darah yang menetes dari atas mata nya.

"Lo luka. Mau ke rumah sakit?" tawar Shana.

"Gausah."

Shana menggeplak tangan Haidar kesal, "Lagian kenapa lo ga pake helm si anjing?"

"Yaa gue buru buru juga, jadi lupa," kekeh Haidar tanpa dosa.

Shana mengambil tisu di tas nya, dan mulai membersihkan darah yang ada dahi Haidar dengan perlahan. Shana meringis melihat luka itu, ia menjadi semakin bersalah.

"Udahlah, ayo cepet ke sekolah, nanti gerbang ditutup," ucap Haidar sembari membangunkan motor nya yang tergeletak

Haidar bingung melihat Shana yang diam ditempat, "Lo kenapa diem doang?"

"Nunggu bus."

"Ngga usah, sini bonceng gue aja." ucap Haidar, ini antara kasian sama modus.

***

Sampai sekolah Shana menarik paksa tangan Haidar, membawa nya ke suatu tempat. Membuat Haidar yang semula berontak, menjadi pasrah dan mengikuti kemana ia akan dibawa. Sampai di suatu tempat, Haidar mengernyit. UKS?

"Sini masuk, lo mau di depan pintu aja minta sumbangan?" kata Shana

Haidar mendengus, "Ngapain kesini? jadi dokter dokter an?"

Plakk

Shana memukul lengan Haidar, "Jangan banyak bacot, lo duduk situ."

Shana mengambil beberapa kapas steril, untuk membersihkan luka Haidar dari kotoran dan tanah. Lalu ia mengambil beberapa obat, ia oleskan dengan pelan pelan ke dahi Haidar yang terluka. Ia bisa mendengar ringisan kecil Haidar. Lalu ia mengeluarkan kapas dan plaster. Karena luka Haidar cukup besar dan lebar.

Walaupun wajah nya tampak tenang, tetapi jantung Shana sekarang sedang berdisko ria. Jarak wajah nya dengan wajah Haidar sangat dekat, membuat Shana tak tahan iman. Shana meneguk ludah, sial! wajah Haidar sangat tampan apalagi dilihat dari jarak sedekat ini.

Shana memalingkan wajah nya, berusaha menyembunyikan kan wajah nya yang memerah, "U-udah, sana lo ke kelas."

"Kita kan sekelas, lo lupa?"

Shana menggaruk kepala nya canggung.

Tanpa aba aba Haidar menarik tangan Shana keluar Uks menuju ke kelas nya. Shana yang terkejut pun hanya bisa pasrah.

Sampai di kelas, Haidar langsung diinterogasi layaknya buronan. "Itu dahi lo habis dicokot siapa?"

Haidar mnyengir kuda, "I-itu, anu, eh anu, itu anu."

Daiz menyahut, "Pikiran gue traveling jirr kalo denger kata anu."

"Lah emang dasar nya otak lo nemu di gorong gorong," damprat Haidar.

"Jadi gini, gue jatuh dari motor. Selesai."

"Kenapa ga sekalian jatuh ke jurang aja?" ucap Daiz, kurang ajar emang.

"Nanti lo semua kangen kalo gue mati."

"Lumayan bisa dapet nasi kotak pas tahlilan."

"Sialan."

Haidar meletakan kepala nya di meja sambil mengeluh, "Kenapa sih Senin ke Minggu itu lama kayak nunggu 1 abad, tapi Minggu ke Senin cepet banget kayak baru aja 1 menit rebahan."

"Udah, kagak usah ngeluh. Lo mau ngeluh sampe lebaran tikus pun ga bakal ubah," sahut Daiz.

"Woy buru ke lapangan goblok, lo pada mau dihukum?" teriak Febio.

"Emang ngapain si ke lapangan?"

"Upacara anjir Dar!"

Saat hendak beranjak, Haidar mengernyit saat melihat Shana .mengobrak abrik tas nya sendiri dengan wajah panik.

"Lo nyari apa Sha?" tanya Haidar.

"Topi gue. Padahal kayaknya tadi malem gue udah nyiapin, tapi gak kebawa. Duh g-gimana dong Dar, n-nanti gue dihukum," ucap Shana terbata karena panik.

Haidar tanpa aba aba memakaikan topi nya di kepala Shana, "Pakai topi gue aja."

Shana terkejut, "Hah terus lo gimana?"

Haidar terkekeh pelan, "Ya dihukum."

"Gak. Ini lo pakai aja. Gue gamau lo dihukum gara gue."

"Justru gue bakal marah."

Shana mengernyit bingung

"Gue bakal marah kalau lo kena hukuman. Jadi, pakai aja topi gue."

Shana memandang punggung Haidar sampai menggilang dibalik pintu. Ada rasa gelanyar aneh di hati nya.

***

Sesuai yang di perkirakan, Haidar dan siswa lain yang tidak ber atribut lengkap digiring kedepan setelah upacara selesai. Shana bisa melihat Haidar yang tersenyum dan melambaikan tangan kepada nya.

"Orang kayak dia, ga pantes buat disia siakan. Lo mau nunggu sampai kapan?" ucap Reyhan sekilas, lalu kembali melenggang pergi.

Shana terdiam

***

Istirahat pertama tiba, Haidar selesai menyelesaikan hukuman nya yaitu mencabuti rumput di sekitar lapangan sekolah yang sudah tinggi menggunung. Dibawah teriknya matahari, Haidar mengeluh. Ia juga tidak sarapan tadi pagi. Tapi tak apa, toh ia sudah biasa.

Tiba tiba teman setan nya menghampiri nya dan langsung menertawainya, membuat Haidar mencebik kesal.

"Wiih, tukang kebun baru nih," canda Reyhan

Tiba tiba saja Haidar memasukan rumput yang berada di tangan nya kedalam mulut Reyhan, "Makan tuh rumput."

"ANJING" Reyhan langsung saja berkumur dan membasuh mulut nya di wastafel cuci tangan depan kelas.

"Waduh mas rehan, tuh rumput barangkali ada bekas eek kucing nya," ucap Daiz, kurang ajar.

Febio hanya menggelengkan kepalanya heran. Kenapa ia memiliki teman dengan akhlak dibawah standar seperti ini?. Mungkin Febio lah anak yang paling kalem di antara mereka berempat.

Haidar terkekeh pelan. Lalu ikut membasuh tangan nya yang kotor di wastafel, lalu meminta maaf.

"Ayo ke kantin. Gue tau lo belum sarapan kayak biasa," ucap Reyhan, sembari merangkul pundak Haidar.

Kemudian mereka berempat saling berangkulan menuju ke kantin. Sampai akhirnya jatuh nyusruk bersama karena tidak melihat ada lubang selokan di depan. Bukannya mengaduh sakit, justru mereka tertawa. Kayak bocil emang, tapi momen ini lah yang bakal menjadi kenangan di masa depan.

Tbc

gaiss follow ige aku yaaw: rnna.aa_

Mau ngingetin, besok puasaa

22-3-2k23

BLUE TRACKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang