Haidar memarkirkan motornya di garasi. Ketika ia masuk kedalam rumah, ia terkejut kala ayahnya sudah menunggu nya di ruang tamu dengan bersedekap tangan. Dan lihatlah wajah ayah nya itu, menyeramkan, seakan akan bisa menerkam nya kapan saja.
"Dari mana?"
"Renang".
"Sama siapa?"
"Pacar".
Gavin mengepalkan tangan nya. Anak sulung nya ini benar benar keras kepala. Ia menghembuskan nafas berat. Setidaknya, anak nya ini tidak berbohong dan mengatakan yang sebenarnya.
Gavin juga tidak masalah jika Haidar memiliki pacar atau tidak, ia tidak akan menuntut. Terserah anak itu saja, asalkan tidak melewati batas.
"Besok ikut ayah ke kantor."
"Untuk apa?"
"Ayah ingin mengenalkan mu sebagai pewaris perusahaan ayah nantinya."
Haidar mengernyit bingung. Kenapa tiba tiba sekali?
"Oh iya, ayah sudah mendaftarkan mu untuk mengikuti kelas bela diri, besok kau sudah boleh masuk."
Haidar terkejut, "Tap--------"
"Jangan menentang ayah. Bisa tidak kamu sekali saja menurut dengan ayahmu, hah?"
Haidar mengalihkan pandangan, "Besok aku ada acara penting."
Gavin terkekeh sarkas, "Apa yang kamu maksudkan itu adalah lomba renang? benar? itu yang kamu maksud sebagai acara penting?"
Haidar terkejut. Bagaimana bisa ayah nya ini tau?
"Anak buah ayah yang memberitahu semuanya."
Haidar menggeram marah, "Apa ayah menyewa mata mata untuk mengikuti ku?"
Gavin mengernyit, "Menyewa? itu kan anak buah ayah sendiri."
Haidar mengusap wajah kasar. Demi apapun ia marah sekali dengan ayah nya ini. Dia berencana untuk membantu ayahnya menangkap Rendy, mata mata bayaran yang belum tertangkap. Namun ini, ayahnya malah memerintahkan anak buah nya untuk menguntit nya?. Hah, permainan macam apa ini.
"Terserah ayah saja. Yang penting, besok Haidar tidak akan mau ikut dengan ayah."
Setelah itu, Haidar melenggang pergi menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Gavin tersenyum di tempat, "Lihat saja."
***
Malam ini, Haidar berencana untuk kabur dari rumah nya. Namun, seperti nya ia harus mengurungkan niatnya itu. Bagaimana tidak? semua anak buah ayahnya berjaga di sekitar rumahnya. Bukan hanya satu atau dua orang, ini sampai puluhan. Badan mereka juga lebih besar dari Haidar.
Haidar kini berada di balkon kamarnya yang berada di lantai 2, ia memandang kebawah dimana para anak buah ayah nya sedang berjaga. Haidar berpikir keras, bagaimana cara melarikan diri jika keadaan nya seperti ini?.
Haidar memiliki ide. Ia akan keluar diam diam melalui pintu belakang dan memanjat pagar. Haidar tidak peduli dirinya terluka karena pagar rumahnya dipenuhi dengan kawat berduri.
Jika anak buah ayah nya melihatnya, ia akan beralasan akan membuang sampah saja. Haidar kira, halaman belakang hanya ada sedikit yang menjaga, namun dugaan nya salah. Halaman depan dengan halaman belakang sama saja. Ia yakin, anak buah ayahnya itu pasti ada disekeliling rumahnya.
"Mau kemana tuan muda?" tanya salah seorang penjaga disana.
Haidar menghentikan langkahnya, "Mau buang sampah."
"Biar saya saja. Tuan muda silahkan masuk ke dalam".
"Tidak usah." Namun tiba tiba kedua tangan nya dicekal oleh anak buah ayah nya itu dan menyeretnya masuk. Haidar memberontak, lalu ia menyentak kasar tangan nya yang dicekal pria itu, lalu dengan spontan menonjok wajah orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE TRACKS
Teen Fiction(Lintasan biru) "Apa jadi Atlet Renang itu sesuatu yang ga bisa dibanggain?" *** "Lantas lo mau apa?" kesal Haidar pada gadis di depan nya ini. "Besok lo harus tembak gue di rooftop sekolah." Gadis gila. *** Ini hanya kisah seorang atlet renang y...