40.

687 142 14
                                    

"Leukemia.. stadium akhir..maaf untuk tuan Keenan tubuh nya sudah menolak semua obat-obatan yg kita berikan.."

.
.
.
.
.
.
.

Hari menjelang sore.. Keenan memang sudah dipindahkan ke ruang rawat..tapi matanya masih terpejam..masih enggan untuk sekedar melihat wajah Jimin yg sejak tadi terus menangis..

Hatinya benar-benar sakit.. bagaimana bisa dia tidak tau hal sebesar ini mengenai suaminya.. bagaimana bisa suaminya itu menyimpan semua kesakitan nya sendiri bahkan sampai separah ini..

Bagaimana bisa dia terlihat baik-baik saja padahal sebenarnya..

"Maafkan aku.." Jimin kembali memeluk tangan Keenan yg terbaring lemah dengan mata terpejam.. menyandarkan kepalanya pada tangan kekar milik suaminya itu..

Jika bisa..Jimin ingin merawat Keenan lebih lama..ijinkan dia menemani Keenan lebih lama lagi..dia merasa belum menjadi istri yg baik selama ini..

"Ma . Mama harus makan.." Altair mengusap lembut pundak Jimin ..

Altair tau jika Jimin belum makan sejak pagi tadi ..bahkan sampai sekarang saat dokter bilang jika keadaan Papanya sedikit membaik..

"Apa Alta sudah makan.." Jimin malah balik bertanya.. karena dia juga tidak mau putranya itu telat makan ..

"Mau makan bareng Mama.."

"Alta..makan sendiri saja.. Mama tidak laper.."

"Ga mau..Alta maunya makan sama Mama..Ma..Alta bahkan ga tau kalau Papa sakit..jadi Alta mohon..jaga kesehatan Mama..jangan sampai Mama juga sakit.."

Jimin memandang wajah putranya yg menunduk..dia tau jika Altair hanya ingin dirinya menjaga kesehatan..tapi sungguh Jimin tidak ingin makan sekarang..dia ingin memastikan jika suaminya baik .. mungkin dia baru bisa makan dengan baik ..

"Alta sudah beli makanan untuk kita Ma.."

"Ibu..ibu harus makan.." Sagara juga ikut membujuk Jimin yg masih menolak untuk makan..

Jimin menoleh ke asal suara yg baru saja dia dengar.. putranya yg lain sudah berdiri disampingnya..

Air mata Jimin kembali mengalir..tanpa terasa tangannya terulur..dia ingin memeluk Sagara..dia ingin melepaskan semua kesedihannya pada Sagara..

Entah kenapa Jimin malah ingin berbagi dukanya pada si anak sulung.. karena Jimin masih menutup duka pada Altair..menurut Jimin .. Altair terlalu kecil untuk melihat duka ini..

Sagara mulai memeluk Jimin..dia membiarkan ibunya itu menumpahkan tangisnya pada dirinya..dia tidak mungkin membiarkan ibunya terus menahan kesedihan..

"Ibu makan yahh.." Sagara kembali berusaha untuk membujuk.. karena dia juga tidak ingin Jimin ikutan sakit..

"Tapi apa Papa kalian akan sembuh.."

"Kita hanya bisa berdoa ibu..jadi ibu harus sehat..doa kan Papa.. karena doa kita yg dia butuhkan sekarang..makan yahh.."

Jimin mengangguk.. perlahan Jimin melepaskan pelukannya pada Sagara.. tatapannya beralih pada Altair yg sejak tadi membawa makanan untuknya..

"Suapi.."

Altair tersenyum.. cepat-cepat dia menghapus air matanya..dia duduk di kursi yg ada di samping ranjang tempat Keenan terbaring..

Dia mulai membuka bungkus nasi dan mulai menyuapi ibunya..

"Alta juga makan.." Jimin kembali berucap..

"Iya Ma..kita makan bersama.."

Altair menyuapi Jimin dan juga dirinya bergantian.. walaupun tidak banyak makanan yg masuk kedalam perut Mamanya.. setidaknya Mamanya itu makan..

Cinta Dari Dunia Lain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang