0105. Bazaar sekolah

3 1 0
                                    

Hari ini bazar sekolah di mulai, dan murid-murid wajib hadir karena nanti malam akan ada acara bersama.

Rencananya di bazar, aku ingin jalan-jalan tapi setelah dengar Samantha harus menjaga booth aku langsung menawarkan diri untuk ikut menjaga denganya.

Jadi tanpa lama-lama aku lekas mandi makan dan mengganti pakaianku dengan seragam sekolah tidak lupa kalung dan jepit mawar kesukaanku.

Setelah semua barang siap aku lekas menemui Mr Bernard dan ia langsung membawaku ke sekolah.

Begitu tiba di depan aku terpukau melihat dekorasi yang begitu meriah di lapangan sekolah. Bendera warna-warni berjuntai, balon helium melayang-layang beserta banner nama sekolah, dan terakhir ada panggung kecil yang dikelilingi oleh booth.

Aku melangkah perlahan sambil melihat setiap booth itu. Ternyata masih ada yang sibuk menyiapkan barang jualan mereka. Kata Samantha rata-rata yang membuka booth ini kakak kelas untuk mempromosikan bisnis kecilnya dan juga orang luar yang ingin menjual barangnya. Makanya aku cukup bingung kenapa Samantha di suruh buka booth juga.

Aku memeriksa ponsel. Sejak tadi aku sudah mengirim pesan tapi rupanya belum dibaca. Apa dia sudah datang ya?

Aku menyimpan ponselku dan lanjut berjalan mengelilingi booth sambil menoleh kanan kiri. Tidak lama aku menemukannya ternyata ada di paling belakang.

Dari sini aku melihat Samantha sibuk menyiapkan boothnya. Mondar-mandir ke belakang meletakkan kue di dalam etalase kaca kecil.

"Hei, butuh bantuan?" tanyaku setelah menghampirinya.

"Oh tidak sudah selesai." Jawab Samantha setelah menutup etalase kaca itu.

Aku beranjak masuk ke dalam booth. "Tumben kamu buka booth, bukankah yang buka booth ini kakak kelas saja?"

"Iya, ibu yang menyuruhku buka, katanya hari ini banyak orang luar kota datang ke bazar ini." Jelas Samantha.

"Oh untuk menarik pembeli baru ya?" Ungkapku.

Samantha mengangguk pelan lalu senyumnya sirna. "Aku tidak masalah cuma, aku ragu aja."

"Kenapa?"

Samantha memegang kepala. "Ya karena kasus kita, aku takut semua pada takut dan tidak ada yang datang."

Aku terdiam. Benar kasus itu masih berlangsung. 

Waktu mampir di rumah Oliver, Samantha membicarakan hal itu tapi ia tidak jadi membahasnya karena Oliver datang. Dan dari cara bicaranya kemarin mungkin ada masalah baru yang menganggunya ya?

"Emang selama kasus itu terjadi gimana kabar restoranmu?"tanyaku setelah beberapa saat hening.

Samantha berjalan kebelakang lalu duduk di kursi yang disediakan disana.

"Pelanggan agak berkurang, gara-gara nenek lampir menjelek-jelekkan restoran kita."

Aku menutup mulut. "Astaga! kenapa dia jahat sekali."

Samantha mengangguk lesu. "Nenek itu bilang, makanan kita tidak enak, kurang matang, ada racun nya, dan karena tanggapan itu rating restoran kita turun." Jelas Samantha seraya menutup mukanya.

Aku menepuk pundaknya pelan untuk menenangkanya.

Samantha menghela nafas. "Ini salah satu kesempatan kita, kalau tidak ada yang datang bisa-bisa tutup restorannya."

Aku menatap sedih. "Moga-moga tidak, aku yakin masih ada orang disana yang mau makan di restoran mu." Jawabku sambil memegang kedua tanganya.

Meski suaraku terdengar yakin tapi aku ragu juga. Karena tidak hanya dia yang diganggu, kita juga.

Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang