024. Berkumpul semua

6 0 0
                                    

Setelah beberapa menit di jalan akhirnya kita tiba juga restaurant.

"Selamat bersenang-senang," ungkap Mr Bernard.

"Baiklah," balas Miss Andrea lalu kita berdua turun. Saat keluar aku melongo melihat restoran sungguh mewah dan elegan.

"Eh, Miss Andrea kita memang diajak ke tempat mewah ini ya?" tanyaku seraya berbisik.

Miss Andrea tersenyum. "Iya, kamu masuk dulu bilang saja reservasi atas Mr Henry, aku masih mau menelpon teman," ujarnya seraya mengeluarkan ponselnya.

Aku menelan ludah. Ok, syukur baju ku bagus jadi tidak malu-maluin saat datang ke restoran besar begini.

Sebelum masuk aku merapikan pakaian ku dan rambutku, begitu sudah rapi aku memasuki restoran dan menemui resepsionis.

"Permisi meja untuk Mr Henry," ujarku pada wanita yang bekerja di balik kasir.

Wanita itu mendelik "Oh untuk tuan Henry, iya kami sudah menyiapkan ruanganya lewat sini dik," ujarnya seraya memandu ku kedalam.

Kita berdua berjalan memasuki lorong panjang hingga sampai di ujung jalan dengan pintu bertuliskan Vip.

"Baiklah adik tinggal naik tangga ke lantai dua lalu cari ruangan nomor 88." ujar resepsionis sambil senyum.

Aku mengangguk. "Baik makasih kembali." ujarku setelah itu memasuki pintu Vip.

Begitu tiba di atas aku melihat lorong pendek. Di sisi kanan ku ada pintu mengarah ke balkon sedangkan di sisi kiri ku ada pintu menuju ruang makan. Aku berjalan mencari pintu nomor 88 yang ternyata ada di ujung ruangan.

Sebelum masuk aku dengar suara orang dari dalam. Waduh masa aku masuk dulu? gimana kalau mereka bingung dengan kehadiranku? apa lebih baik aku menunggu saja?

"Eva?" seru seseorang dari belakangku.

Aku berpaling mendapati seorang gadis dengan rambut kuning dan manik mata biru, ia juga mengenakan gaun. Aku masih terdiam berusaha memproses apa yang aku lihat, begitu aku sadar barulah.

Aku membelalak. "Sam? kenapa kamu di sini?"

"Itu loh ibuku ngajak temanya reuni di sini," jawab Samantha.

"Oh jadi teman ibuku itu ibumu."

Samantha menopang dagu. "Wah sungguh kebetulan ya kita memang takdir ya," tawanya.

Aku ikut tertawa. "Sungguh di luar dugaan sih."

"Ya sudah yuk masuk dari pada kita berdiri di sini," ujarnya seraya mengajakku masuk ke dalam.

Samantha membuka pintu, dan aku melihat ada seorang bapak dan ibu sedang berbicara, tapi percakapan mereka terhenti begitu melihat kedatangan kita.

"Halo ini siapa nak?" tanya wanita berambut kuning.

Samantha tersenyum. "Ini temanku ma, dia anaknya Miss Andrea ternyata."

Wanita itu tersenyum lebar. "Wah, sungguh kebetulan ya, namaku Catherine Graf dan di sebelahku ini suamiku namanya Philip Cole. "

"Salam kenal Mrs Catherine dan Mr Philip," sapaku.

Mrs Catherine tersenyum. "Yuk duduk dulu saja sambil nunggu yang lain, "ujarnya ramah.

Aku dan Samantha duduk bersebelahan.

"Namamu siapa nak?" tanya Mrs Catherine sambil mengulurkan tangan.

"Aku Eva Hartley."

Mrs Catherine tersenyum. "Wah aku tidak menyangka Andrea ingin jadi seorang ibu, karena dulunya ingin melajang."

Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang