056. Pendekatan

8 0 0
                                    

Hari ini sekolah ku berjalan seperti biasa, sampai tidak terasa kelas berakhir dan saatnya bekerja lagi di perpustakaan. Kali ini tugas ku menjadi staff penyewaan buku dan penerimaan buku. Setelah Miss Eloise memberikan penjelasan ia membuka perpustakaan.

Begitu perpustakaan terbuka, anak-anak berhamburan masuk, rupanya banyak juga yang gemar membaca di sini. Setelah nunggu beberapa menit seorang anak datang di kasir sambil membawa buku. Aku menerima buku itu dan menyuruhnya tanda tangan di buku absen peminjaman buku, sebagai bukti buku sudah kembali.

Setelah ia berlalu ada anak di belakangnya mau meminjam buku. Aku menyuruhnya menulis nama di buku peminjaman setelah itu aku menstemple bukunya dan memberikan bukunya. Begitu ia selesai datang lagi yang lain, rutinitas itu berulang terus sampai setengah jam dah berlalu.

Kini perpustaan sudah sepi, aku melihat kearah jam dinding jam kerja ku belum selesai. Untuk menghabiskan waktu aku berpikir untuk meminjam beberapa buku di sini, karena seingatku ada novel baru di sini.

Jadi aku beranjak dari dudukku lalu berjalan ke lemari novel yang ada di belakang sendiri. Saat aku tiba disana aku melihat seseorang duduk sendiri, ternyata itu Julius dan dia tengah membaca buku.

"Hai Julius.. lagi baca buku apa?" tanyaku seraya menghampirinya.

Julius melirik kearahku ia lalu menunjukkan bukunya. Mataku terbuka lebar saat melihat novel bersampul biru cerah itu.

"Heee ternyata kamu baca buku yang sama denganku, ceritanya bagus sekali." ungkapku senang.

Julius hanya mengangguk. 

"Sudah sampai mana bacanya?" tanyaku.

"Pertengahan."

Mataku terbuka lebar. "Waah di saat sang ibu berpisah ya, iya bagian itu paling baper. " Saat membaca buku itu aku menangis, karena perpisahan itu membuatku teringat akan ibuku. Tapi meski begitu aku tidak berhenti membaca karena di akhir cerita sang ibu kembali pada anaknya.

Aku menghela nafas. "Andai hidup bisa seindah di novel ya."

"Ya andai..." lirih Julius.

Aku menoleh padanya, aku pikir dia berbicara padaku, tapi tidak dia sibuk membaca buku dengan cermat.

"Aku tinggal dulu ya selamat membaca." pamitku lalu menghilang di balik lemari dan bersandar disana.

Astaga aku tidak menyangka kita memiliki ketertarikan yang sama, aku rasa aku bisa berteman denganya kalau semua obrolan kita nyambung seperti ini.

Aku balik mengintip Julius.

Walau pertemuan awal kita kurang bagus aku cukup lega bisa berbaikan sama dia dan kalau dilihat-lihat sepertinya dia memang pendiam gitu ya, jadi inget aku dulu, hehe...


****


Hari berlalu begitu cepatnya, semenjak pertemuan ku dengan Julius di perpustakaan kini aku sering melihat dia membaca buku disana dan itu membuat ku senang. Sepertinya dia sudah nyaman dengan kehadiranku, dan untuk membuat pertemanan kita makin erat, kali ini aku mau membawakan cemilan untuknya.

Seperti biasa setelah berpamitan sama Samantha usai kelas aku segera berlari menuju perpustakaan. Begitu tiba aku segera beranjak ke belakang namun sayang Julius tidak ada disana.

"Oh dia belum datang ya?" kalau gitu aku tunggu nanti deh.

Aku pun meletakkan cemilan ku di loker lalu mulai bekerja di perustkaan.

Selama bekerja di perpustkaan aku sering kali melirik ke luar berharap Julius datang tapi sejak tadi kehadiranya tidak terlihat juga. Aku bermaksud menunggu lagi sambil bekerja hingga tidak terasa waktu telah selesai. Aku menoleh ke arah luar Julius juga tidak terlihat.

Kemana dia? apa dia sakit lagi seperti waktu itu? saat sakit pun saja dia tidak mau lapor sama guru, jadi jangan-jangan?

"Kerja bagus untuk hari ini!" seru seseorang di belakangku. Aku berpaling dan mendapat Mr Wilfred yang berdiri di sana.

"Ah, iya makasih Mr." balasku sedikit lesu.

Mr Wilfred menatapku khawatir. "Kamu kenapa sedih? masih punya masalah sama Julius?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak, sebenarnya kita sudah sering ngobrol walau dikit. Terus biasanya dia sering mampir kesini untuk baca buku, cuma sekarang kok dia tidak datang ya? apa dia sakit lagi?"

Mr Wilfred terdiam sejenak lalu tersenyum lembut. "Sudah jangan kuatir mungkin saja dia sedang ada urusan?" balasnya lembut.

"Iya juga ya, apalagi dia ketua osis di sini. Maaf jadi mikir aneh-aneh."

Mr Wilfred tersenyum hangat. "Tidak apa-apa namanya juga khawatir itu wajar."

Ya sudah aku nunggu besok lagi deh.

"Sepertinya pertemanan kalian berjalan lancar ya?" Mr Wilfred berujar lagi.

Aku mengangguk. "Mr benar, selama aku berusaha berbaikan padanya, lama kelaman dia mau berteman denganku."

Mr Wilfred tersenyum. "Aku senang bisa membantu, kalau kamu butuh bicara lagi datang saja."

Aku mengangguk cepat. "Iya!"

Lega sekali akhirnya masalahku selesai, dan semua ini berkat Mr Wilfred dan Mr Bernard. Sebagai tanda terima kasih lebih baik aku berikan cemilan ini pada mereka saja.

Aku berpaling padanya. "Mr suka kue? aku bawa kebanyakan nih." tawarku.

Mr Wilfred tersenyum ramah. "Wah tentu mau, saya tidak mungkin menolak pemberian dari gadis cantik."

"Ok aku ambil dulu di tas ku ya, kita ketemu di belakang saja." ucapku lalu berlalu menuju loker.

Selama berjalan pikiranku berputar. 

Pertama kali ke sini aku cukup cemas, apakah aku bisa bertahan di lingkungan baru ini? ternyata bisa walau ada banyak masalah yang menganggu di tengah jalan, tapi masalah itu akhirnya menghilang juga.

Aku tersenyum puas. Sekarang tidak ada lagi yang membuatku khawatir, aku hanya perlu melanjutkan sekolahku dan berteman seperti biasanya lagi. 













Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang