057. Kemana dia?

5 0 0
                                    

Seperti kata Mr Wilfred, aku menunggu kehadiran Julius. Aku pikir dia akan segera kembali tapi hari demi hari aku semakin tidak melihatnya di sekolah, baik di kantin maupun di perpustkaan. Maka itu pagi ini, aku sedang berdiri di depan beranda kelasku melihat ke arah kelas tiga yang ada di sebrang kelasku. Namun beberapa lama aku menunggu aku tetap tidak melihat dia masuk ke dalam kelas itu. 

Apa dia sedang berada di dalam kelas sekarang?

"Pagi Eva."

Aku berpaling ternyata itu Samantha dia sedang membawa banyak buku di tangannya. "Sedang lihat apa? kamu tidak masuk?" tanyanya.

"Oh aku sedang ganti suasana, bosan di kelas terus." Bohongku padahal aku sedang mengawasi kelas Julius.

"Hm, okeh aku duluan ya." ujarnya lalu memasuki kelas sementara aku balik melihat kelasnya, dan hasilnya tetap nihil, apa aku benar harus kesana? tapi kalau kesana jadi tontonan kakak kelas.

Aku melihat ponselku. Aku juga lupa minta nomornya jadi tidak bisa tanya kabarnya.

"Eh sumpah?"

Aku berpaling, mendapati murid kelas sebelah berdiri di sampingku. Sejak tadi mereka asik ngorbol sendiri dan karena aku kelamaan nunggu, aku sampai mendengarkan semua cerita yang mereka sampaikan. Tadi mereka cerita tentang pameran buku yang akan di gelar di sini, lalu tidak lama mereka cerita akan film baru yang akan tayang. Aku cukup senang saja mendengar ceritanya, tapi di cerita berikutnya yang membuatku resah.

"Sekolah kita ini berhantu." ungkap gadis berkepang dua.

"Hah tahu dari mana?" tanya gadis berambut pendek, mukanya terlihat ketakutan.

"Tiap jam tujuh malam, aku selalu dengar ada yang main piano di ruang musik." jelas gadis itu.

"Tidak mungkin ah, siapa tahu ada yang main disana?" timpal anak sebelahnya, yaitu gadis menggenakan topi.

Gadis berkepang dua menggelengkan kepala dan menatap mereka serius. "Sumpah benar ada hantu, karena saat aku memeriksa ruangan itu gelap dan kosong."

Gadis berambut pendek itu menatapnya ngeri sedangkan gadis tomboy itu hanya menatap sebelah mata. "Idih tidak mungkin hantu itu ada."

Gadis berkepang dua itu menatap anak itu. "Ada, kamu lupa sama kisah urban legend sekolah ini?"

"Urban legend apa?" tanya gadis berambut pendek.

Gadis berkepang dua itu berpaling padanya. "Dulu ada sepasang pianis namanya Julia dan Rom. Mereka berencana mengejar mimpinya sebagai pianis terkenal, tapi sayang mimpinya tidak tercapai karena Rom sakit dan meninggal.  Untuk meluapkan rasa sakitnya Julia memainkan piano itu untuk terkahir kali lalu bunuh diri, dan konon katanya arwahnya masih menghantui ruangan itu."

Aku mendelik saat mendegar cerita itu. Memang ya di tiap sekolah yang aku tempati selalu ada urban legend. Aku menoleh ke arah temanya dimana mereka hanya memberi tatapan mengejek.

"Iya aku tahu, tapi itu cerita sudah lama, lagian yang mendengar musik itu cuma kamu, anak lain tidak dengar." Bantah si gadis tomboy.

"Eh benar?" tanya gadis yang ketakutan itu.

Gadis tomboy itu melipat tangan. "Iya, kakak kelasku saja lembur tiap hari di sini, dan mereka tidak dengar, kamu salah dengar mungkin."

Gadis berkepang dua terlihat terkejut. "Tidak mungkin cuma aku..."

Keningku mengkerut. Sekolah yang antik ya, mitos aneh di percaya sedangkan kisah hantu di abaikan.

Kring!!!!

Gadis tomboy itu merangkul gadis berambut pendek itu. "Kelas sudah mulai, ayo pergi, dari pada kamu ikut gila seperti dia." Ungkapnya meninggalkan gadis itu.

Setelah perbincangan singkat itu gadis berkepang dua berjalan pergi dan aku balik menatap ke arah kelas Julius lagi.

Aku mengigit bibirku kesal. Aku sadar tadi sempat berpaling sebentar mendengar percakapanya jadi tidak tahu Julius sempat masuk kelas tidak. 

"Yuk masuk! Mr Boby datang!" seru anak yang lain. 

Mendengar hal itu aku segera masuk ke dalam kelas, karena Mr Boby orangnya disiplin dan tepat waktu. Aku beranjak dari beranda lalu masuk ke kelas.

****

Tepat sesuai waktu Mr Boby memasuki kelas. Walau waktu itu Mr Boby bisa tertawa dan ngobrol dengan santai dengan muridnya, hari ini tidak. Wajahnya berubah datar dan dingin seperti biasa. Mungkin karena bentar lagi akan ujian makanya beliau mulai serius kembali. Jadi sepanjang kelas aku diam menyimak, sampai-sampai tenaga ku yang penuh tadi ikut terkuras karena saking tegangnya.

Begitu bel istirahat berbunyi aku dan Samantha langsung turun memesan makan dan melahapnya.

Saat makan aku kembali melihat ke kursi pojok yang suka diduduki Julius, dan hasilnya tetap sama kursi itu kosong malah sekarang di duduki anak yang lain kemana dia?

Aku lanjut makan lalu melihat Samantha yang sejak tadi masih sibuk menulis dimana makanannya tidak disentuh sama sekali.

"Kamu tidak makan Sam?" tanyaku.

Samantha masih sibuk menulis kepala menunduk menatap buku. "Oh bentar lagi, ini lagi sibuk."

Aku mengamati mejanya, aku baru sadar ada banyak buku dan majalah yang tertumpuk di sekitarnya.

"Untuk tugas jurnalis lagi?" tanyaku.

Samantha menggeleng. "Bukan ini untuk acara baru, ketua osis bentar lagi akan membuat acara talent show dan disana ada acara makan bersama jadi aku bingung mau memakai dekorasi apa."

Oh ya Samantha bilang mulai minggu ini bakal repot mengikuti rapat osis.

"Gimana kerja bersama Julius?" tanyaku.

"Hm, Julius tidak pernah memberi kita kerjaan." ujar Samantha.

"Oh ya?"

Samantha mengangguk. "Dia membebaskan kita gitu saja, dan karena Juliet mau mimpin, dia memberikan aksesnya."

"Hee? tapi dia hadir disana?"

Samantha menggeleng. "Dia tidak pernah hadir dan anak-anak membiarkan jadi aku bisa apa."

"Oh gitu ya."

Wah susah nih gimana cara mencari jejaknya?  coba deh nanti aku periksa kelasnya langsung.


Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang