0104. Buku novel yang menarik

7 1 0
                                    

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya semua buku sudah tersampul. Aku berpikir nunggu di sini sampai Miss Eloise balik, tapi karena Samantha sudah mengabari, aku cepat-cepat membereskan barang, pamit sama Mr Wilfred lalu pergi.

Kata Samantha ruang osis ada di dekat ruang administrasi. Ketika tiba disana pintunya tertutup, tapi dari daun jendela aku melihat teman-teman sedang asik ngobrol. Aku penasaran dan melihat ke dalam.

Ruangannya cukup besar, ada meja panjang di tengah ruangan itu. Di sisi kanan dan kiri ada kursi yang diduduki murid osis. Sedangkan di belakang ruangan ada meja besar dan kursi tinggi yang diduduki Julius.

Sejak Julius kembali, ia langsung mengisi posisi sebagai ketua osis, sedangkan Juliet sebagai asistennya.

Setelah Juliet berbicara. Julius berdiri dari kursi lalu membalas tanggapannya. Selama Julius menjelaskan murid-murid langsung mencatat di kertas ada pula mengusulkan ide.

Aku sungguh terpukau, melihat caranya dia berbicara dengan anak-anak disana terlihat sangat tenang.

Wah Julius benar cocok sebagai ketua ya?

Samantha sempat bilang murid-murid osis suka dengan cara Julius kerja, karena dia selalu menyampaikan poin terpenting dalam rapat, datang tepat waktu dan tidak suka memerintah orang seperti Paul.

Setelah Julius berbicara, dia duduk lalu menolehkan kepalanya ke arah pintu. Kupikir cuma perasaanku saja dia begitu, tapi saat aku lihat lebih teliti, ternyata benar dia melirik ke arahku. 

Aku langsung merunduk sembunyi di balik pintu. 

Jantungku berdegup keras. Astaga kenapa harus grogi? cuma mengintip orang rapat bukan mengintip yang lain. 

Karena takut ketahuan kali ini aku menempelkan telinga di daun pintu dan samar-samar aku mendengar suara Julius yang berat itu.

"Sudah tidak ada yang perlu ditanyakan?" tanyanya.

"Tidak!" seru murid-murid osis.

"Sampai disini rapatnya, kalian boleh pulang." ujarnya.

Mendengar hal itu aku buru-buru bangkit berdiri dan menjauh dari ruangan sebelum pintu itu terbuka di hadapanku.

Murid-murid osis langsung keluar dari pintu satu persatu, ada yang asyik main ponsel ada yang masih berdiskusi. 

Setelah mereka keluar aku masuk kedalam. Kupikir ruangannya sudah sepi ternyata masih ada beberapa murid yang ngobrol Julius, sedangkan kedua temanku sedang duduk di kursi sambil berdiskusi. Tapi mereka berpaling begitu melihatku.

"Hai, jadi pergi hari ini?" tanyaku pada Samantha.

Samantha memberikan raut sedih. "Sayangnya tidak, tugas kita di ganti Eva. Kita harus ambil barang di gudang."

"Oh ya sudah tidak apa-apa, aku bantu." Tawarku.

Samantha tersenyum kecil. "Makasih, padahal aku pingin keluar, mencoba makanan enak." Omelnya.

Aku tersenyum kecut. Selain cari barang untuk besok, dia memang rencana mau jalan-jalan juga.

"Butuh apa saja ngomong-ngomong?" tanya Oliver.

Samantha membuka kertasnya. "Kita butuh tiang, banner sekolah, terpal dan tali."

"Lumayan banyak ya." Balasku.

Samantha menghela nafas. "Iya, belum lagi masangnya."

"Loh yang lain kemana?" tanyaku.

"Mereka sudah ada tugas sendiri sih." Balas Samantha lesu.

Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang