029. Terjebak

18 1 1
                                    

Setelah menempuh delapan jam akhirnya kelas kita usai. Kali ini aku berjalan di koridor bersama Samantha dan Oliver.

"Aduh baru seminggu sudah di berikan pr begini, mana susah lagi!" Keluh Samantha serambi melihat bku paketnya.

Oliver terkekeh. "Sebenarnya cukup mudah, kalau kamu paham maksudnya."

Samantha melirik tidak senang. "Mudah bagi yang sudah mahir."

"He...he...he kalau mau ayo nanti kita kerjakan bersama-sama, ajak Eva juga." Usul Oliver.

Samantha tersenyum lalu berpaling padaku. "Ah iya Eva mampir kerumah ku yuk, kerjakan pr bareng-bareng, mumpung di tutorin nih."

"Eh mana bisa aku ada part time." balasku.

"Loh bukannya part time hari ini di tiadakan ya?" tanya Samantha satu alisnya terangkat.

"Hah?  aku belum dapat info dari tadi, kamu tahu dari mana?"

"Tadi ada yang bilang di grup osis, kalau part time hari ini di liburkan, aku pikir sudah di beritahukan di grup?"

Alisku terpaut. "Grup? grup apa?" ujarku seraya meranggah kantong untuk mencari ponselku. Namun saat di cari ternyata ponsel ku tidak ada disana.

"Hah? mana ponselku?" sebutku dalam hati.

Aku berhenti berjalan dan membuka tas ku, mengeluakan semua isi buku dan paket, namun ponselku juga tidak ketemu.

"Kamu cari apa?" tanya Samantha.

"Itu... ponsel ku hilang." balasku panik.

"Terakhir kali kamu taruh mana?" tanya Oliver.

Aku memegang kepalaku. "Aku juga lupa."

"Coba cek di loker, biasanya kamu suka taruh disana."

Aku terdiam mencoba menginggat lagi. Terakhir kali aku pakai ponsel itu waktu membalas pesan Miss Andrea, katanya dia bakal lembur di tempat kerja jadi besok siang baru pulang. Aku baru aja mau membalas namun saat guru di depan melirikku aku buru-buru simpan di loker.

"Ya udah deh aku coba cek sekarang!" ujarku seraya menyimpan semua buku di dalam tas.

"Iya, kabari kalau sudah ketemu kita tunggu dibawah!" kata Samantha sebelum aku pergi.

Setiba di kelas aku berjalan menuju mejaku, lalu merongoh loker meja dan ternyata benar ponsel ku disitu. 

Aku memeriksa ponselku sejenak, ternyata ada dua pesan masuk, satu dari grup sekolah yang memberitahu tentang libur part time dan pesan kedua dari Mr Bernard. Dia tahu kalau hari ini aku tidak ada part time jadi perjalanan kemari.

Aku menghela nafas berat. Mr Bernard selalu tepat waktu ya? kalau sudah begini tidak bisa apa-apa.  Missal Aku minta ijin sama Mr juga resiko, udahlah lebih baik main aman.

Aku mengetik pesan pada Samantha kalau aku ponselku ketemu, tapi aku tidak bisa mampir, karena ibuku sedang keluar, jadi harus bantu-bantu di rumah. Setelah aku mengirim pesan Samantha membalas pesanku, dia memakluminya lalu pamit pulang padaku.

Aku cemberut. Aku tidak suka berbohong,  tapi dari pada dia tahu alasan sebenarnya dan merusak pertemanan ini, lebih baik begini. Sebenarnya aku juga ingin pergi kerumah teman, kerja kelompok dan bermain bersama, tapi sayangnya aku tidak akan pernah dapat kesempatan itu, kecuali Miss mengizinkanku.

Aku menghela nafas lagi lalu menyimpan ponsel ke dalam tas dan berdiri. 

Saat aku berpaling kedepan aku melihat seorang pria berdiri di ambang pintu. Pria itu mengenakan blazer hitam dan menggenakan badge warna emas.

Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang