0106. Waktunya istirahat

12 1 2
                                    

Bazar berlangsung dengan baik dan tidak terasa sudah menginjak siang hari, karena booth agak sepi Samantha pamit keluar sebentar, dan selama dia pergi aku yang menjaga booth ini.

Saat lagi asik melihat-lihat sekeliling tiba-tiba gadis berambut biru datang ke booth sambil membawa nampan yang berisi cangkir teh dan beberapa bingkisan kue.

"Hai, Juliet ada apa?" tanyaku.

"Hai Eva, Samantha ada?" tanya Juliet.

Aku mengangguk. "Ada, tapi dia lagi keluar kenapa?"

Juliet terlihat sedih. "Oh, kalau gitu bisa titip pesan ke Sam? antarkan cemilan ini ke Julius? sejak tadi belum makan dia."

Aku mendelik. Hah dia ngapain aja di dalam? "Kok bisa, bukanya dia punya jam istirahat ya?"

"Iya punya, tapi sejak tadi Julius tidak ingin diganggu. Kita sudah berusaha mengetuk pintu tapi dia tidak membukanya jadi kita mundur. Kami ingin mencoba lagi tapi semua pada sibuk makanya menyuruh Sam."Jelas Juliet panjang lebar.

Kalau sama murid-murid ditolak apalagi Sam? dia tidak kenal, selama ini dia hanya dekat denganku apa mungkin harus aku yang mengirimnya, aku tidak tahu bakal berhasil apa tidak, tapi aku harus mencobanya.

"Kalau gitu biar aku saja yang membawanya." Tawarku.

Juliet terlihat kaget. "Eh sungguh?"

Aku tersenyum. "Iya, tapi tolong jaga booth ini ya."

Juliet mengangguk. "Makasih ya dik, jangan kuatir akan aku jaga sampai Sam datang."

Setelah mengambil nampan itu aku segera beranjak keluar dari booth. Tidak lama aku sampai di depan ruang osis itu dan seperti biasa sebelum masuk aku mengetuk pintu. Tapi tidak ada pergerakan dari pintu itu. Mungkin benar apa katanya Julius tidak ingin diganggu.

Baru saja aku mau pergi, mendadak pintu ruangan terbuka Mr Wilfred terlihat disana. "Hai Eva ada apa?" tanyanya.

"Ini mau ngirim makan siang untuk Julius." Jawabku.

Mr Wilfred tersenyum. "Taruh saja di dalam." Ujarnya seraya membukakan pintu. Sebelum pintu tertutup aku berterima kasih padanya lalu berpaling ke depan.

Julius sedang duduk sendiri di kursi tinggi itu, tangan kiri menopang dagunya sementara tangan satunya membaca sebuah kertas.

"Siang ada cemilan nih, ayo makan dulu." ujarku dengan manis setelah meletakkan nampan di mejanya.

"Tidak perlu aku tidak lapar." jawabnya datar seperti biasa tanpa melihatku.

Aku cemberut. "Jangan gitu mereka menyiapkan banyak makanan untuk kamu, karena berkat kamu acara berjalan lancar." Puja ku.

"Bagus kalau begitu." jawabnya santai, namun fokusnya masih berada di kertas itu.

Aku mengamatinya sebentar. Selama membaca dahinya mengkerut, sorot matanya berpindah cepat, kadang dia membaca kertas yang ada di meja, kadang ia membaca kertas yang ada di tanganya. Sepertinya dia sedang kesusahan.

"Julius sedang apa dari tadi?" tanyaku lembut.

"Kerja."

"Kerja terus tidak baik, harus istirahat sekali kali-kali, nanti capek." ulasku.

"Aku tidak mudah capek." balasnya lagi.

"Iya, tapi pikiranmu gimana? badan tidak capek tapi kalau kelamaan kerja nanti stres, dan bisa sakit." Tuturku berharap dia mengerti.

Julius terdiam selama beberapa saat tidak lama ia menghela nafas pelan. "Baiklah." ujarnya serambi mengambil teh dan meminumnya pelan.

Aku tersenyum dan duduk di salah satu kursi yang ada disana.

Sejenak kita terdiam, aku mengabari Samantha kalau aku keluar sebentar, tidak lama ada pesan dari samantha, kalau ia sudah balik dan mengirimkan beberapa foto booth padaku.

Aku membuka foto itu, ternyata ada booth permainan seperti: lempar bola, menembak target, memancing bebek dengan pancingan. Aku tersenyum, kelihatanya seru ya.

"Julius tidak mau keluar sebentar untuk jalan-jalan?" tanyaku.

"Aku tidak suka jalan-jalan." Balasnya singkat.

"Eh? Tapi asik-asik loh." balasku berpaling padanya tapi dia masih membaca kertas itu. Melihat sikapnya jadi teringat Liona yang ambisi sekali.

"Aku tahu kamu sibuk tapi, tidak ada salahnya santai sejenak." Balasku pelan.

"Aku tidak bisa santai, selama tujuan ku belum selesai." Jawabnya tegas.

Aku terdiam lagi. Aku tahu dia jarang ngomong, pendiam, tapi baru kali ini aku melihat dia serius, emang apa yang sedang ia kerjakan?

Aku melirik ke meja panjang. Bahkan meja disini berantakan ada banyak koran yang berserakan.

"Boleh tidak aku rapikan barang ini?" tanyaku padanya.

Julius menjawab dengan anggukan.

Selama menata koran aku sempat membaca beberapa judul disana. Misteri anak hilang di villa Sunny Meadow, menyelamatkan anak dari korban bencana, menyelamatkan Walikota dari gedung ballroom yang terbakar di King's Village.

Aku mendelik. Bukankah ini kasus yang Miss Andrea kerjakan?

"Julius kenapa ada banyak koran disini?" Tanyaku berpaling padanya.

Ia menoleh sekilas lalu berpaling pada kertasnya. "Tadi ada murid yang bawa untuk menulis artikel di majalah."

Artikel tentang miss Andrea? Aku balik lihat koran itu, kali ini ada foto Miss Andrea, dan wajahnya dicoret dengan garis silang warna merah. Kurasa orang yang membawa koran ini membencinya.

Aku berpaling pada Julius sekilas. Syukur dia tidak membenci ku karena ini. Aku balik melihat koran itu lagi.

Lucu ya ada yang benci padanya, ada yang kagum sampai dibuatkan novelnya? Ya moga-moga yang kagum sama Miss Andrea bisa menolongnya.

Drtt...drtt...

Ponselku bergetar rupanya Samantha butuh bantuanku, karena boothnya mendadak ramai.

"Ya sudah, Aku pamit dulu Julius." ujarku padanya.

Julius hanya mengangguk, setelah itu aku berbalik dan menghampiri Samantha membantu menjaga bootnya.


Eva daily lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang