BAB 16

65.8K 3.8K 28
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -


Selesai dari mall, Keira mampir sebentar ke restoran untuk membeli makan malam. Setelah nya, Keira menjalankan mobil nya kembali ke rumah.

Keira meletakkan belanjaan nya ke sofa single di rumah nya. "Juan--" Baru hendak berbicara, Juan malah melengos begitu saja melewati Keira menuju kulkas. Keira mendengus sebal. "Gue mau ngomong!" ujar Keira sinis.

"Berisik," balas Juan mengeluarkan es batu dari kulkas. Keira mengernyit, 'Dia haus?' pikir Keira.

Tak ambil pusing, gadis itu duduk ke sofa kosong, menyenderkan tubuh nya. Namun, tiba - tiba saja sebuah benda dingin menyentuh pipi nya hingga Keira sedikit terlonjak. Gadis itu menoleh cepat.

"Apaan?" gumam Keira masih terdengar. "Pipi lo memar," jawab Juan kecil.

"Cuma luka kecil, ga perlu--" Belum selesai bicara, gadis itu meringis. Bagaimana tidak? Juan menekan pipi nya dengan es. "Biar gue perbesar kalau gitu luka nya," kata Juan sinis.

Keira mendengus sebal, tapi akhirnya membiarkan Juan mengompres pipi nya dengan es.

Dua menit berlalu, es sudah mulai mencair. Juan mengakhiri kegiatan nya mengompres pipi Keira.

"Juan," panggil Keira. Juan menoleh kearah Keira sambil mengangkat satu alis nya, bertanya 'apa'.

Keira mengambil 3 kantung belanjaan lalu menyodorkan nya pada Juan, "Ambil. Bagi ke Jendra sama Kenan juga nanti," ujar Keira.

Pria itu terdiam sejenak, "Gue ga butuh." Keira memutar bola mata nya malas, ia mendekati Juan, kemudian meraih tangan Juan. Menggantung 3 kantung belanjaan itu ke tangan Juan sedangkan 3 kantung lagi masih gadis itu pegang.

Lantas, gadis itu langsung berlalu pergi menuju kamar nya. "Gue ga butuh Keira!" kata Juan menatap punggung Keira.

"Ambil aja. Kalau gamau kasih Jendra atau Kenan," kata Keira membuka pintu kamar.

Juan terdiam sejenak, bersamaan dengan Keira yang melangkah masuk ke dalam kamar, Juan kembali membuka suara, "Gue benci lo, Kei," ujar pria itu.

Keira menoleh sekilas ke Juan, "Iya. Gue juga," balas Keira kemudian menutup pintu kamar nya.

"Ogah banget gue ambil barang yang lo kasih!" gumam Juan meletakkan barang - barang ke sofa.

"Juan?" panggil Rico dari depan pintu. Juan sedikit tersentak, lantas ia mendongak ke asal suara. "Papa? Udah pulang?" tanya Juan.

Rico mengangguk sebagai respon. "Kamu abis pergi? Itu punya kamu?" tanya Rico menunjuk belanjaan - belanjaan yang ada di sofa.

Juan terdiam, menatap arah tunjuk Rico. Sekitar 5 detik, "Iya.. Punya Juan," jawab Juan pelan, sembari meraih kembali belanjaan itu.

"Ohh.. Yaudah. Papa ke kamar dulu ya nak," ujar Rico yang di respon anggukan oleh Juan.

Sesudah kepergian Rico, Juan kembali menatap 3 kantung belanjaan itu. Pria itu mengulum bibir nya ke dalam, "Sekali - sekali gapapa lah ya," gumam nya memeluk 3 kantung belanjaan itu.  "Kan nanti, ada buat Jendra sama Kenan juga.." lanjut nya bergumam. Senyum nya mengembang tapi ia tahan, tak mau terlihat senang karena di beri banyak barang mahal yang memang tak pernah ia miliki.

----------

Jam menunjukkan pukul 16.00, Kenan baru saja pulang bersamaan dengan Jendra. Kedua kakak beradik itu langsung menuju kamar nya.

Ceklek..

Juan melirik sekilas kedatangan Jendra dan Kenan, "Udah pulang?" tanya Juan.

"Keliatan nya gimana?" tanya Jendra balik. "Udah sih," jawab Juan pelan.

Kenan meletakkan tas nya, sedangkan Jendra membuka lemari kecil di dalam kamar. Mereka bertiga memang tinggal dalam satu kamar. Karena kamar mereka memang hanya ada 3 kamar, 1 untuk Rico dan Alana, 1 untuk Keira dan satu untuk mereka.

Juan kembali sibuk dengan aktivitas pertama nya. Membuat Jendra mengernyit. Pria itu mengamati benda yang ada di tangan kakak sulung nya. "Kak.." panggil Jendra.

"Iya?" lirik Juan merespon.

"Itu apa? Handphone? Handphone siapa?" tanya Jendra beruntun hingga Kenan ikut mengamati benda di tangan Juan juga. Juan menepuk kening nya, hampir lupa. Pria itu bangkit. "Jen, ambil kantong belanja yang ada di pinggir lemari deh coba," kata nya meminta tolong.

Jendra mengerjap pelan, namun menuruti arahan dari Juan. "Ini?" kata nya setelah mengambil 3 kantung belanja yang ada di dalam lemari kecil mereka.

Juan mengangguk, "Itu ada 2 handphone lagi, merek nya sama kok sama yang gue pegang. Cuma warna nya ada yang biru, item sama putih," jelas Juan. "Oh ya, terus juga ada jaket hoodie sama kemeja, kalian pilih aja. Tapi yang hoodie, gue warna abu - abu ya!" lanjut Juan.

Kenan dan Jendra sama - sama mengerjapkan mata nya pelan. "Di kasih.. papa?" tanya Kenan pelan. Juan menggelengkan kepala nya. Terdiam sejenak, "Di beliin Keira," jawab nya.

Mata Kenan dan Jendra melebar, "Serius?" refleks mereka bersamaan.

Juan mengangguk mengiyakan. Pria itu mengusap tengkuk nya, "Gue juga kaget, dia tiba - tiba ngajak gue ke mall.."

"Lagian, itu kan tetep aja uang papa. Mungkin dia lagi sadar diri kali, makanya mau beliin buat kita," ujar Juan.

Jendra membuka salah satu kantung belanjaan berisi dua kotak handphone. Mata nya melebar. "B-beneran handphone? Ada isi nya?" tanya Jendra tak percaya. Kenan meraih kotak handphone itu kemudian mendudukkan diri nya ke lantai, di ikuti oleh Jendra yang juga duduk di lantai.

Lantas, Kenan membuka kotak handphone itu. Mata nya langsung terbuka kagum, "Beneran handphone, kak!" seru nya. Jendra buru - buru mengambil kotak handphone yang masih ada di dalam kantung, dan membuka nya. "Iya, Ken," ujar Jendra dengan senyum mengembang.

Juan tersenyum tipis, melihat adik - adiknya bahagia, hati nya ikut menghangat. Namun, raut nya tiba - tiba berubah, baru kepikiran akan sesuatu.

'Dia dapet uang darimana ya?' pikirnya dalam hati.

Jendra dan Kenan sibuk mengutak - atik ponsel nya, "Ini nyala nya teken lamaan?" tanya Kenan takut salah.

"Iya, biasa nya gitu," jawab Jendra menekan lama untuk menyalakan ponsel. Benar saja, ponsel menyala. Wajah nya langsung berseri senang. Mereka kembali sibuk dengan ponsel baru mereka.

"Ken, itu juga ada baju seragam, katanya buat kamu," kata Juan yang baru teringat perkataan Keira saat membeli seragam berwarna putih.

Kenan terdiam, "Seragam?" Juan mengangguk sebagai respon. Senyum Kenan mengembang semakin lebar, "Kayak nya, Keira udah ga kayak dulu lagi deh kak," ujar Kenan.

Juan mengedikkan bahu nya acuh, sedangkan Jendra terdiam. Dalam hati, ia berharap Keira benar - benar berubah menjadi lebih baik. Ia suka adik nya yang baik, bukan adik nya yang kasar dan egois.



Di tempat lain, kamar Keira. Gadis itu menatapi ponsel di tangan nya yang menunjukkan sisa uang yang ada di bank nya. Dari 21 juta uang nya, kini hanya tersisa 3 juta.

Gadis itu merutuki diri nya atas keborosan yang ia lakukan. Tapi, ia juga hanya membeli barang penting. Seperti handphone contoh nya. Keira tau, Juan, Jendra dan Kenan hanya memiliki satu handphone yang di gunakan bersama. Sedangkan Rico dan Alana masing - masing punya, namun dengan merek lama, seperti nokia. Karena itu, Keira dengan niat baik nya ingin membelikan mereka handphone masing - masing, agar lebih mudah berkomunikasi.

Kalau untuk handphone nya sendiri, Keira punya handphone yang cukup mahal, jadi ia tak perlu membeli untuk nya lagi.

Gadis itu meletakkan jari nya di dagu, pose berpikir. "Gue harus mikirin cara cari cuan lagi nih.." gumam nya.

.

.

.

B E R S A M B U N G •

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang