25

104 8 0
                                    

tiba tiba tangan besar menarik tubuh Amma, tubuhnya terhuyung kebawah, Amma tersenyum penuh kemenangan saat melihat Aldo menarik tubuhnya. Aldo menatap nyalang, wajahnya merah isyarat akan kemarahan yang sangat mendalam.

"diem lo!" Hanya itu kalimat yang muncul dari bibirnya, tidak ada pembelaan seperti yang diharapkan orang orang terutama Alany, dibalik wajah merunduknya ada harapan besar bahwa dia membela Alany membela dengan kalimat yang mampu menghentikan tindakan Amma

"apa? lo perawanin dia kan? cupu lo, gue suka sama lo Al, dari lama banget, tapi apa? anak ini dateng baru berapa minggu, ngerusak semua rasa suka gue sama lo" 

Aldo melepaskan genggamannya di bahu Amma, tidak ada kata lagi setelah itu, ia berteriak meminta semua orang bubar memandangi Alany dan Amma.

kini tanpa diminta semua dugaan buruk orang orang benar benar terjadi 

"ternyata beneran lonte ih jijik banget"

"gua kira bisu aja, taunya nyepong bisa HAHAHAH"

"ckck polos si tapi udah bolong"

sepanjang perjalanan Alany mengusap air matanya dengan pungung tangannya, diiringi dengan Sella yang mengusap pelan punggung Alany, mereka kembali menuju kelas, dengan langkah cepat, Alany terduduk lemah diatas kursinya, hanya ada tatapan kosong dari wajahnya, ia merasa linglung saat orang orang mengetahui keperawanannya, takut kembali menyergap, ia takut orang orang mengetahui kehamilannya, meski tidak ditutupi bahwa perutnya akan kian membesar, ia hanya mampu bersyukur Amma tidak benar benar menyebut tentang kehamilannya.

"La? gua gak tau mau bantu apa" Sella ikut merasa kesal dengan apa yang terjadi barusan, Amma benar benar menyebalkan tadi

Alany tidak membalas pernyataan Sella, ia hanya memberikan reaksi tersenyum sedikit dibalik air matanya, bahkan Sellapun tidak dapat membantu meringankan luka Alany, ia menyadari bahwa tempat terbaiknya tidak disini, tidak dimana mana, semua menolak kehadirannya.

hingga tidak terasa bel masuk kelas kembali berbunyi dan mereka terpaksa melanjutkan pelajaran

***

3 bulan kemudian

Alany duduk di balkon apartemennya, iya kini mereka pindah ke apartemen baru Aldo, dengan Alasan kandungan Alany yang memasuki usia 4 bulan, ia sudah benar benar selesai dengan sekolah, Alany memang tidak ketahuan pihak sekolah tentang kehamilannya, dengan kesadaran penuh ia mengajukan surat pindah dan disinilah ia berakhir.

Alany mengaduk pelan susu kehamilan yang ada ditanganya, menerawang satu persatu kesedihan yang ia rangkum dalam otak bagai kaset kusut, semua tentang Sella teman barunya dan satu satunya, keluarga yang ia sayangi meski membuangnya, cita citanya yang kini hilang paripurna, kini satu kehidupan memasuki rahimnya dengan terpaksa, hasil pemerkosaan dan lebih ironi lagi kini ia tinggal bersama dengan sang pemerkosa

tanpa diminta air mata gadis itu jatuh, membuat genangan tentang kenangan yang sedih menjadi sendu, ia meneguk susu kehamilan itu dengan terpaksa, bersamaan dengan menelan sedih yang ada dikepalanya. 

ceklek

bunyi pintu membuyarkan segala lamunan Alany, ia tidak menoleh, tetap pada posisinya, ia tahu itu Aldo, tidak ada yang memiliki akses masuk kecuali laki laki itu.

Aldo masuk dengan hembusan rokok dan katung belanjaan ditangannya, masih mengenakan baju sekolah , mencari sosok Alany yang ternyata ada di balkon 

"masuk, ada susu ni" Aldo menari tangan Alany yang begitu kecil, bahkan dikehamilannya gadis itu nampak tidak bertambah bobot badan

Alany mengikuti langkah Aldo dengan guntai, bahkan disaat seperti ini Alany tidak memiliki tenaga untuk tidak mengikuti kemauan Aldo

Alany mengeluarkan belanjaan yang dibawa Aldo ke lemari penyimpanan dengan Aldo yang membantunya, kemudian ia terkejut saat ada kotak berukuran kecil berlogo apel yang tidak sempurna itu ada di kantung yang sama. Aldo menyemburkan senyuman yang nyaris tidak terlihat itu ponsel mahal

"setau gua lu belum punya hp, biar ga susah buat dihubungi" 

Alany tersenyum penuh bahagia, apakah ini hadiah? sungguh segala kesedihannya yang tadi hilang sempurna tertutup oleh barang yang dianggapnya hadiah ini

"cuma ada kontak gua yang kesimpen"

jujur ini hadiah termahal yang didapatnya dari orang lain, tidak dipungkiri kini ia sangat bahagia

"ada note disini, nanti kalo mau ngomong ga usah susah susah cari buku, ketik disana"

Alany mengangguk pelan, tersenyum sangat bahagia, senyum bahagia yang sangat jarang ia miliki

"tapi ngga gratis" Aldo menyeringai, menghilangkan senyuman bahagia Alany dalam sekejap berganti dengan raut bingung dan takut bersamaan.

Aldo membuka kancing kemeja sekolahnya dengan perlahan, mendorong tubuh kecil Alany kearah kabinet dapur

"new farfume?" Alany dapat merasakan nafas Aldo yang menderu, wajah mereka sangat dekat, degup jatung keduanya balapan kencang. Aldo meraba pelan tangan Alany dari bawah keatas, kemudian menggenggam erat lengan Alany yang bertumpu pada kabinet dapur

"i love it" tidak disangga Aldo justru menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Alany, menghirup dalam dalam aroma gadis itu. Alany? jangan ditanya lagi gadis itu kehilangan oksigen dengan cepat, miliiyaran kupu kupu menari dalam perutnya tanpa diminta.

"lo tau enaknya main, sama cewek bisu?" Aldo bertanya pada wajah Alany yang memerah

"pertama, lo gabisa desah, gua punya hak penuh atas semuanya, kedua kita bisa lakuin ini dimana pun, gada yang tau, tapi gua ga tau lo enak juga apa ngga" Aldo melepaskan cengkramanya pada lengan Alany, kemudian mundur dan berkacang pinggang menatap gadis itu

"lo 16 taun kan?" Alany hanya menggangguk saja, menatap pada kancing seragam sekolah yang terbuka yang menampakan dada bidang dan perut kotak Aldo hingga laki laki itu menyadarinya

"mau pegang?" goda laki laki itu kemudian menuntun tangan Alany meraba perutnya itu

ingin bersumpah Alany benar benar malu saat ini, ia mengikuti arahan tangan Aldo yang menuntunnya meraba perutnya yang setengah terbungkus dengan seragam itu yang sangat indah, wajahnya memerah sempurna

"usia emang cuma angka umur kecil, kita bisa buat anak kecil" Alany kemudian menarik pelan tangannya dari tuntunan Aldo dan membuang wajahnya kebawah

"HAHAHHAHA, lu polos banget sumpah, untung gua yang dapet" Aldo kemudian meninggal Alany yang bisa dipastikan wajahnya benar benar memerah dan pergi mandi.

Alany menyambung kegiatannya sebagai istri dengan memasak dan membuat susu lagi, dan menyiapkan berbagai keperluan Aldo sekarang.

mania agapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang