3

3.8K 127 3
                                    

   3

Mata Alany mengerjap pelan. Ia terbangun dari tidurnya. Saat sinar matahari telah datang mengintip dari sela jendelannya

Alany merasakan lemas yang di tubuhnya, ia merasakan pusing di kepalanya yang teramat sangat, Alany bangun dari tidurnya dan mendesah pelan.

Pusing batin Alany berteriak

namun Alany tetap memaksakan dirinya untuk berdiri. Alany kalut, binggung ia harus apa.

Hingga- Bruk

tubunya tidak memiliki kekuatan lagi, hingga Alany pingsan, termakan pusing yang luar biasa menerpa kepalanya.

 ****

"Ibu, ayah kak Ala mana?" Tanya Andi saat tidak melihat Alany di meja makan keluarganya

"Paling masih tidur"  jawab ayahnya sekenanya

Andi acuh, namun ia binggung mengapa kakaknya itu belum bangun biasanya ia bangun dan bersiap paling pagi dari semuanya, namun  respon ayahnya yang terlihat biasa saja membuat ia tidak memperdulikan  keadaan kakaknya itu.

saat semua selesai makan pun Alany masih belum keluar dari kamarnya hingga semua mengerenyit binggung terutama Andi

"Ala mana bu? Enak aja tidur mentang mentang libur" Tanya ayah marah, ia tak suka Alany bermalas malasan. Hingga mereka selesai sarapanpun belum keluar

"Bentar dipanggilin" ucap ibu lalu berjalan menuju kamar Alany

"Ala, udah siang bangun kamu, atau ibu siram pake air panas" ibunya berteriak sangat lantang namun dari kamar Alany masih tak bergeming

Ibunya mulai kesal dan segera mengambil termos di dapur untuk bersiap menyiram Alany

saat membuka pintu kamar Alany ia terkejut melihat putrinya itu terbaring di lantai dalam keadaan pucat

"AYAH LIAT ALA" ibunya berteriak mengundang ayah nya datang dengan Andi

"ada apa?" tanya ayah dingin lalu melihat keadaan Alany kemudian ayahnya itu mendekat, berjongkok lalu menempelkan telapak tanganya di kening alany

"demam kayanya, suka banget bikin orang repot" keluh ayahnya itu, sungguh bukan rasa iba menyelimuti perasaan Ayahnya, tapi rasa kesal menguap di dadanya mengingat betapa merepotkannya Alany

"yah daripada nanti tambah ngerepotin bawa kerumah sakit aja deh ya" saran Andi, ayahnya pun menganguk lalu mengendong Alany dengan gaya bridal style menuju mobil lalu pergi menuju rumah sakit.

Alany tersadar ia membuka kelopak matanya, pusing yang tadi ia rasakan sedikit mereda, Alany menatap sekelilingnya ia merasakan aura berbeda sebab tangannya di infus dan ternyata benar ini bukan kamarnya melainkan di rumah sakit.

"ni obat kamu, lain kali jangan ngerepotin orang" ucap ayah Alany kasar seraya melempar obat ke wajah Alany, Alany tersentak kaget lalu menundukan kepalanya lesu

maaf ayah, batin Alany

Alany menatap ayahnya yang terlihat cuek pada keadaannya. Sungguh sebenarnya Alany ingin seperti orang lain yang dikhawatirkan oleh orang tua mereka, yang dirawat dengan tulus oleh ibu dan ayah mereka. Namun merasakan itu terjadi pada orang tuanya sungguh terlihat mustahil

"Sore ini pulang, gak perlu lama lama nggak mau buang uang untuk biaya pengobatan" ucap ayah Alany lagi

Alany sungguh merasakan sakit hati akibat perkataan sarkas ayahnya ia benar benar merasa  tak di harapkan di dunia ini.

tuhan apa salah Ala, Kalo Ala memang ga diharapin tolong buat Ala ninggalin dunia ini lebih cepet. batin alany berteriak menangis. Sungguh ia lelah, benar benar lelah

                                        ****

3 hari kemudian

Alany mulai sembuh dari demamnya ia rutin memakan obatnya sebab tidak ingin orang lain repot, dan kini Alany sedang di ruang makan bersama kedua orang tua serta adiknya

"ibu ayah Ala mau sekolah bareng di sekolah yang sama, sama Andi" ucap Alany dengan bahasa isyarat seperti biasa. Wajahnya tersenyum manis

"aku dapet juara satu tahun ini sekaligus juara umum" ucap Alany bangga sambil mengerakan tangannya berharap orangtuanya bangga walau sedikit

"aku gak mau satu sekolah sama kakak, bikin malu aja kak Ala" ucap Andi kasar menolak keninginan Alany. Sedetik kemudian senyum Alany memudar

Alany menunduk dan dilanda rasa sakit di dadanya akibat perkataan Andi, adiknya memang tak mengharapkan dirinya bahkan diperlihatkan dengan sangat terang terangan

"Andi sayang, kak Ala nggak bakal satu sekolah sama kamu kok tenang aja, biar dia sekolah di sekolah yang biasa aja" Sela ibu yang membuat Andi tersenyum namun lain halnya dengan Alany yang ingin menangis namun di tahanya

Alany sebenarnya mampu masuk sekolah yang sama dengan Andi tanpa tes sekalipun karena kepintaraannya, namun menurut keluarganya Alany tidak pantas sekolah disana karena kekurangan fisiknya. Malu dan harga diri jelas menjadi yang paling utama dalam keluarga Alany, tidak asa yang boleh mencorengnya. Siapapun itu.

Alany terdiam, melanjutkan makannya dalam diam, Alany harusnya tidak menyampaikan keiinginannya pada orang tuanya.

mania agapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang