13

1.5K 79 24
                                    

"ALDOOO"

what the fuck! teriakan itu Aldo teringat jelas siapa pemilik suara itu. Suara lama yang tetap terdenger sama dan Aldo merindukannya. Aldo menoleh dan benar itu adalah orangnya yang di pikirkan Aldo

"Aldoo gua kangen banget ama lu hiks" pemilik suara itu memeluk Aldo dari belakang sambil menangis karena dilanda rindu dengan Aldo

Aldo tidak membalas pelukannya ia mematung tidak percaya bahwa Zevana kembali lagi ke hidupnya setelah 3 tahun tanpa kabar

Zevana merupakan cinta Aldo, 3 tahun lalu Zevana meninggalkan jakarta karena urusan pendidikan. Zevana cinta Aldo yang hilang, Zevana adalah obatnya. Kehilangan 3 tahun lalu sangat membekas bagi Aldo.

Alany menatap binggung sekaligus merasakan sakit di dadanya melihat Aldo di peluk orang lain tepat di depan matanya

"kamu siapa?" tanya Zevana saat baru sadar bahwa ada orang lain di antara mereka

"itu Alany, anak tetangga baru yang gak punya temen, dia di sini nemenin gua"
Aldo bersuara setelah beberapa menit terdiam dan Zevana mengganguk mengerti

Alany menunduk, ia merasakan hatinya makin menciut. Mengapa Aldo tidak mengakuinya? mengakui bahwa ia calon istrinya yang menggandung anaknya

"ohh gitu, kenalin Zevana temen Aldo dari lama bangettt" Zevana tersenyum sangat ramah, ia cantik, berbadan tinggi dan sangat putih. Tak salah memang Zevana menjadi pemikat hati Aldo

"eh Zev, dia gak bisa ngomong" Aldo mencicit kecil

"ohh maaf ya, gue gak tau" Zevana terlihat merasa bersalah

Alany memasang wajah senyum terbaiknya, tatapan matanya menyorotkan kesedihan yang sangat jauh dari senyum yang nampak di wajahnya itu

"Ala keluar dulu ya" Alany pergi meninggalkan Aldo dan Zevana di balkon kamar

ia menahan air matanya agar tidak jatuh, Alany harus mengguatkan hatinya untuk hal semacam ini. Aldo tidak mencintainya!

perasaan bodoh Alany tidak akan mengambil simpati Aldo dan Alany akan berjanji bahwa ia akan menyimpan perasaannya untuk selamanya. ingat! selamanya!

"ekhemmm" saat berjalan Alany mendongak saat suara mendengar bunyi suara berdeham dan ternyata itu adalah Melany

"kamu udah tau kan di dalem ada Zevana? dia temen Aldo dari dulu, dan Aldo itu cinta sama dia bukan sama kamu" lagi lagi kalimat sarkas Melany menghatam pertahanan Alany, gadis atau tepatnya wanita itu menunduk dalam tidak berani menatap sorot kebencian Melany

"Dan satu hal, saya jauh lebih mendukung dia dengan Zevana nggak dengan kamu, kamu itu cuma barang bekas yang sekarang udah di buang, tanggung jawab Aldo buat nikah seminggu lagi sama kamu itu cuma karna kasian sama kamu yang di buang orang tua aja inget!" Melany Melengos pergi meninggalkan Alany yang diam seraya menahan air matanya.

dadanya sesak, seakan pasukan oksigen di udara menipis, air matanya menggenang tidak di biarkan jatuh

Tidak, Alany tidak akan menangis kali ini ia tidak mau di kalahkan oleh keadaan karena suatu saat ada banyak hal yang akan lebih menyakitkan dari ini

Alany melanjutkan arah jalannya ia tidak tahu di ke mana ia berjalan, tempat yang di kunjunginya di rumah ini hanya, kamar Aldo, ruang makan, dapur, serta kamar mandi bawah dan sisanya Alany tidak tahu

Ia menarik nafas melanjutkan langkah kakinya yang lancang membawanya menuju taman belakang rumah Aldo

'sangat indah'

kata itu sangat pas sekarang untuk pemandangan sekelas taman ini, ia tersenyum melihat kearah bunga bunga dengan berbagai macam jenis yang di pastikan tidak murah itu

Alany mendudukan tubuh ringkuhnya di atas rumput, memeluk lututnya menenggelamkan kepalanya di sana

pertahanan Alany runtuh saat ia sendiri ia mulai membayangkan betapa miris hidupnya mulai dari kenyataan bahwa ia bisu, di benci keluarga, di perkosa oleh senior di sekolah saat umur bahkan belum 17 tahun, harapan untuk kehidupan baru saat SMA pudar saat kenyataan bahwa ia hamil, dan lebih mirisnya di buang keluarga

Alany terisak, wajahnya memerah seakan tidak ada kebahagiaan untuknya keesokan harinya. dalam kehidupannya Alany hanya memiliki satu teman yaitu Sella hanya dia yang menerima keadaan Alany yang sangat miris.

Alany terpejam, ia menatap langit, dulu saat di rumahnya Alany sangat sering menatap langit melalui jendela kamarnya, di sana ia kadang merasa sangat bahagia dan dapat melupakan sejenak rasa sakit yang hinggap di relung hatinya. Meski hanya sementara.

"Ala ngapain lo disini?" itu suara Aldo

Alany mendongak mengulas senyum terbaiknya pada Aldo

"Alany cuma jauh jauh dari Aldo takut ganggu" ya meski Aldo tak mengerti ia tetap pura pura mengerti

"ayo masuk kedalem, di sini dingin, Zevana udah pulang kok" Aldo berkata tanpa ada niat membantu Alany berdiri.
Lagi pula Alany tidak berharap ia bisa berdiri sendiri

Alany berdiri mengikuti langkah Aldo yg masuk ke dalam, mereka hanya berjalan tidak ada suara, obrolan, atau gandeng tangan yang ada hanya kebisuan.

***

kehidupan nyaris bisa di katakan tidak adil, apa lagi bagi kehidupan Alany. Meski terasa tidak adil apakah dengan menyerah kita langsung bisa merasakan keadilan?

tidak. tentu tidak, dunia hanya berpihak pada yang kaya, dan sempurna. Cinta? ia juga nyaris tidak dibutuhkan bagi sekian persen orang cinta hanya omong kosong belaka sebab pundi pundi uang jauh lebih di butuhkan di banding perasaan tak jelas yang di sebut cinta.

namun Alany ia tetap menebar keadian, tetap memperlakukan baik semua orang dengan setara mesti kadang hidupnya di halaukan. Hidupnya penuh cinta dan kasih sayang untuk siapa saja karena  baginya setiap orang memerlukan perlakuan baik.

semua orang tidak merasakan cinta yang Alany berikan tidak dapat merasakan keadian yang Alany tebarkan.

karena baginya Alany tak lain hanya makhluk yang hadir dalam kesalahan

***

TBC

Whehehh akhirnya up juga karena belakangan ini sering banyak tugas makanya jarang up. maaf juga partnya pendek

mania agapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang