2
Mata Alany mengerjap pelan, dia sedang tertidur di tempat empuk dan melihat sekelilingnya, ia tersadar saat ini ia bukan di kamarnya
"udah bangun?" suara seseorang mengejutkan Alany ia memundurkan duduknya hingga membentur dinding ranjang, Alany takut saat laki laki tersebut mendekat ke arahnya
"gak perlu takut, gua nggak akan nyakitin lo kali" ucap laki laki tersebut tertawa kecil, Alany sedikit tenang dan mengangkat wajahnya
"kenalin gua Vito" laki laki itu menjulurkan tangannya
"Aku tidak bisa berbicara, kenalkan aku Alany" ucap Alany dengan bahasa isyarat
Vito tersenyum dan sedikit memberikan respon terkejut, sedetik kemudian ia mengerti bahwa perempuan yang ada di kamarnya saat ini tidak bisa berbicara, namun dengan bahasa isyarat itu Vito tidak mengerti apa yang di bicarakan wanita di hadapanya itu
"ah gua paham lo nggak bisa bicara, tunggu gua ambilin buku ama pena sebentar ya" ucap Vito lalu mengambil bukunya di nakas
"coba lo tulis disini" Alany mulai memperkenalkan dirinya di atas buku tersebut dan menanyakan bagai mana ia bisa di sini
"Tadi gua liat lo ketiduran di pos sekolah lo, dan tadi itu ujan deres amat pas mau numpang neduh ada lo disana karena ujan terus ketiduran jadi gua bawa lo kesini" jelas Vito, Alany tersenyum dan menulis sebuah kalimat lagi
"Vito liat raport Alany gak?, sama dimana dress Alany?, serta siapa yang gantiin baju Alany?" tulis Alany lagi di buku Vito itu
"banyak tanya lo rupanya" Canda Vito yang membuat Alany menunduk malu, Vito terseyum
"ini raport nya, dress lo basah dan bakal gua ganti, sama yang ganti dress lo itu bibi pembantu gua" ucap Vito menyodorkan raport Alany pada gadis itu
Alany bersyukur mendapatkan keadaan raportnya baik baik saja kemudian Alany menulis sebuah kalimat lagi di atas buku milik Vito
"Gak perlu ganti dress Ala, terima kasih udah nolongi Alany ya, sama bisa gak Vito anter Alany pulang?" tulis Alany lagi
Vito tersenyum ramah, sebenarnya ia tidak rela gadis di hadapannya ini pergi untuk pulang, wajah sendu Alany membuat Vito merasa hangat, ia tau ada sendu yang bersembunyi dibalik mata yang indah itu. Ingin Vito menahan gadis ini di rumahnya. Namun terlalu lama membawa perempuan yang tidak dikenal kedalam rumahnya juga tidak baik, takut mengundang hal lain
"ayo pulang" ajak Vito pada Alany lalu menggengam tangan Alany.
Alany tidak dapat menahan degup jantungnya, sesungguhnya Alany tidak biasa seperti ini, membiarkan orang asing memegang tanganya
Dia rasain yg Ala rasa ga ya? Tanya Alany dalam hati, namun kemudian Alany kembali membatin
Ala dia hanya kasihan sama kamu jangan berharap lebih ucap Alany dalam hati, untuk menepis rasa percaya dirinya. Hingga tak sadar mereka sudah ada depan mobil Vito
"naik" ucap Vito pada Alany, gadis itu masuk kedalam mobilnya kemudian Vito melajukan mobilnya untuk mengantar Alany
Vito nampaknya lebih tua dari Alany, tubuhnya tinggi semampai, Alany mungkin hanya sedadanya, kulit Vito putih bersih, berbalut jaket hitam, dan sepertinya memang sudah SMA karena itu ia bisa mengendarai mobil
"Di mana rumah lo Ala?" Tanya Vito. Ia lupa bahwa Alany tidak dapat berbicara
Alany binggung bagaimana ia berucap takut Vito tak mengerti apa yang ia katakan
"gua lupa maaf" ucap Vito lembut atas tindakan lupanya dan mengusap puncak kepala Alany pelan. Vito bertindak seakan sudah kenal lama dengan Alany
"oke gua bakal cari dimana rumah lo, coba arahin gua ya, tunjuk aja pake jari lo dimana jalannya" ucap Vito
sungguh Alany tak dapat menahan degup jantungnya, tindakan Vito tidak pernah ia dapatkan dari siapapun. Mungkin bisa dibilang Vito orang pertama yang sungguh baik padanya, memperlakukan Alany dengan hangat tanpa tatapan hina yang bisa diteimanya
****
setelah satu jam mengelingi kota Jakarta akhirnya Vito menemukan rumah Alany
"ini rumah lo?" tanya Vito melihat arah rumah besar milik keluarga Alany dengan sangat halus Alany hanya mampu mengangguk
"aku pulang" Ucap Alany dengan bahasa isyarat dan Vito hanya tersenyum sok mengerti kemudian menganguk lalu melajukan mobilnya dan meninggalkan Alany untuk berjalan sendiri
Alany melewati pekarangan rumah dengan tersenyum seraya menggenggam raport yang memang tidak di lepasnya dari tadi
Tok tok
Alany mengetuk pintu rumahnya, dilihatnya ibunya berdiri depan pintu, menatap Alany garang.
"ibu" ucap Alany menggunakan bahasa isyarat seperti biasa, wajahnya takut melihat ke arah ibunya
"DARI MANA KAMU!" Bentak ibu saat membukakan pintu untuk Alany, Mata ibunya sarat akan kemarahan, tanganya berkacak dipinggang
"DIMANA BAJU KAMU? KAMU JUAL DIRI ALA? MALAM MALAM BEGINI BARU PULANG MALU SAMA TETANGGA" ucap ibu dengan kemarahannya, Alany binggung ibunya yang tidak menjemputnya pulang, namun tetap Alany yang menjadi sasaran kemarahan ibunya
Alany tersentak hatinya sangat sakit dengan ucapan sarkas ibunya itu kemudian menangis, hilang sudah senyumnya yang tadi bersama Vito entah kemana
"Ala nunggu ibu jemput, sampai sore" balas Alany dengan pelan
"KAMU ITU TIDAK TAU DIRI ALA, SANA KE KAMAR KAMU DAN GA USAH IKUT MAKAN MALEM" ibunya menarik rambut Alany hingga terasa sakit, dan menyeretnya kedalam kamar. Alany merasakan hatinya tertusuk besi akan perlakuan ibunya.
Alany terperanjat dengan perlakuan kasar ibunya, ia hanya mampu menangis, tidak dapat berteriak, sungguh pilu menyelimuti hati Alany.
saat sampai di kamar Alany ibunya menghepaskan badanya dengan kuat, Alany terisak, ia memukul kuat dadanya barharap bisa mengurangi rasa sakit hatinya
ayah ibu, kalian nggak jemput Ala, kalian nyalahin Ala, kalian nggak khawatir sama Ala
Batin Alany berteriak kuat, ia menyenderkan punggunya di dinding, sunguh sakit, ibunya mengatakan Alany menjual dirinya hanya karena pulang malam, padahal ia tidak melakukan itu.
Alany berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya, ia membersihkan tubuhnya kemudian ia dilanda sakit perut yang amat kuat
bagaimana tidak, Alany hanya makan sehari hari ini, bahkan meneguk air pun tidak, terakhir kali hanya saat sarapan untuk menghilangkan rasa sakit perutnya Alany tidur dan melupakan semua di mimpinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
mania agape
Любовные романыWANITA YANG BISU. Alany namanya, gadis yang selalu diam dan menunduk setiap bertemu orang lain, bukan karena ia takut akan kekuranganya namun ia tak ingin mendengar orang lain menjelekan hidupnya. SUDAH CUKUP Alany tertekan jangan ditambah lagi namu...