1

5.2K 206 3
                                    

1

Alany bangun dari tidurnya dan merapikan segera kasurnya yang kecil itu Alany menyibakan gorden dan membuat cahaya mentari menampilkan siluetnya. Ia tersenyum sangat bahagia, kamarnya memang merupakan tempat paling tenang dengan hiasan di sana sini, ditambah dengan langsung menghadap ke taman rumah sangat nyaman bagi Alany meski kamarnya tidak sebesar kamar saudara yang lain.

tok tok

bunyi ketukan di pintu membuat Alany tersadar dari lamunanya, ia berlari kecil dan membuka pintu dengan segara saat dilihat wajah cantik Ibunya berdiri di bibir pintu

"Udah siang, jam 8 kamu mau ambil raport" ucap ibunya ketus pada Alany membuat wajah cantiknya memudar

"iy-" belum lengkap kalimat Alany menggunakan bahasa isyarat ibunya sudah pergi meninggalkan dirinya yang mematung di depan pintu

Alany hanya tersenyum kecut, sudah biasa ia mendapati ibunya dengan wajah seperti itu wajah penuh amarah saat menatapnya wajah yang hanya di tunjukan pada Alany tentunya. Alany kembali  pada aktivitasnya lalu mandi dengan segera

setelah selesai Alany langsung memilih pakaiannya diambilnya dress putih dengan panjang selutut dan bercermin

"bagus" ucap  Alany dalam hati ia tersenyum cantik di sanggulnya rambutnya yang lumayan panjang itu di belakang kepalanya dan segera keluar kamar

Alany berjalan menuju meja makan semua anggota keluarganya sudah ada disana, nampak Andi adiknya dan ayahnya bercerita hangat namun terhenti saat mereka melihat kedatangan Alany.

Andi adiknya yang cerewet, namun tidak pernah berbicara sedikitpun pada Alany. Itu bukan tanpa sebab Andi memang tidak ingin dekat dekat dengan Alany karena kekurangan fisik alany yang membuatnya malu, diselimuti benci yang mendarah daging

mengingat itu alany merasa ingin menangis namun segera di tepisnya ia tidak ingin terlihat lemah di depan keluarganya. Kebiasaan tersakiti ternyata tidak membuat Alany kian terbiasa, ia tetap saja merasa sesak melihat perlakuan tidak mengenakan keluarga padanya

"kamu kenapa diem disitu? Kita nggak mau terlambat gara gara nunggu kamu aja" ucap Ayah Alany ketus

Alany menunduk dan segera duduk di kursinya dan mengambil makanannya

Ditengah makan ibu Alany berucap "Ala hari ini kamu ambil raport sendiri, ibu mau nemenin Andi ambil raport sama ayah"

Alany hanya mengganguk lemah, ibunya selalu tak memiliki waktu untuk menemaninya dalam keadaan apapun padahal ia memang sudah biasa mengambil raport sendiri saat sd namun apa salahnya berharap pada orang tua sendiri bukan?

***

"Ala pergi yah, bu" ucap Alany dengan bahasa isyarat seperti biasa. Ia melangkah dengan gontai tidak ada  satupun yang menyambutnya sebab di sekolahnya ini ia tidak memiliki teman satupun, iya satupun. Karena kekuranganya yang tidak bisa berbicara layaknya manusia sempurna

Alany menuju lapangan yang sudah ramai ia mendekat ke arah temannya namun berdiri lumayan jauh dari kerumunan

"anak bisu dateng rupanya"

tawa meledek membucah dari teman sekelas Alany ia hanya menunduk ia sudah biasa  mendenger ejekan dari temannya toh juga alany akan SMA sebentar lagi dan melewatkan masa Sekolah Menengah Pertamanya serta tidak akan menemui mereka lagi maka dari itu, ia tidak menghiraukan ucapan mereka

"Mana ibu lo anak bisu? Ups gua lupa lagi dia anak yang nggak dianggep" Tawa kembali terdengar Alany mulai marah akibat perkataan temanya itu, matanya mulai berlinang. 

Alany menatap mereka kesal dan garang, wajahnya  memerah dan rasanya  ingin berteriak namun apa daya ia tidak memiliki suara, tubuh dan usianya terlalu kecil untuk kebenciaan ini

alany berlari menuju kamar mandi

ia menatap wajahnya yang menangis di kaca kamar mandi, ia merutuki dirinya yang bisu

"Kenapa Ala nggak sama kaya mereka?" Alany mengeluarkan air matanya ia menagis dan terisak membuat make up halus hilang luntur akibat air mata

"kenapa Ala nggak bisa ngomong?" alany memukul dadanya sesak ia sangat membeci dirinya. Kekurangan ini membuatnya sulit diterima oleh siapapun

"ayah, ibu maafin Ala, maafin Ala buat kalian malu" Alany kembali menangis ia merasa tuhan tidak adil akan kehidupannya

bisu sejak lahir, semua orang memberinya perhatian layaknya bayi normal pada umumya, menginjak usia 12 bulan, Alany mengalami speech delay, ibu dan ayahnya hanya mengira keterlambatan bicara yang biasa namun menginjak usia 18 bulan dirinya tidak menunjukan perkembangan signifikan hingga benar benar dinyatakan bisu. semenjak itu ibu dan ayahnya benar benar membenci bayi kecil itu, ia dikucilkan, tidak memiliki teman, diangap tiada di keluarganya. sungguh miris kehidupan Alany.

Alany mengusap matanya dan keluar dari kamar mandi ia harus mengakhir ini.

semangat ala, ini hari terakhir ucap Alany pada dirinya sendiri

ia berjalan kembali ke lapangan dan nampaknya Alany sudah sangat tertingal didepan sudah banyak yang berjejer dipanggil namanya karena juara kelas dan kelas Alany sebentar lagi mendapat giliran, bagi raport adalah moment indah yang satu satunya membahagiakan Alany, hanya kecerdasa otaknya yang menjadi keunggulan Alany

Alany menunggu namanya di sebut ke depan sebab ia seperti itu setiap tahun, Alany dikenal sebagai siswa yang pintar

"Juara pertama kelas 9A adalah Alany sekaligus juara umum tahun ini" ucap pembawa acara lantang

Alany berjalan kedepan semua mata tertuju padanya ia hanya menunduk dan maju tanpa ada senyum sedikitpun di wajahnya, tidak ada sorakan meriah dan tepuk tangan yang ada hanyalah cemooh panjang yang tak berkesudahan. 

****

Sekolah Alany telah selesai mengadakan acara pembangian raport sekolah pun sudah mulai sepi dan langit mulai mengeluarkan semburat kemerahan pertanda mulai sore.

Langit yang tadi cerah mulai mendung namun Alany masih setia menunggu orang tuanya menjemput hingga rintik hujan pun mulai turun, Alany berlari ke arah pos penjaga saat ia mulai merasakan dress putihnya basah terkena rintik hujan yang mulai deras.

Alany melihat sekolahnya benar benar sepi saat ini tidak ada satu orang pun lagi, bahkan satpam yang biasa menjaga gerbangpun sudah pulang hari pun sudah mulai sore namun hujan saat ini masih tak kunjung reda orang tuanya pun belum mejemputnya

Ayah ibu lupa ga ya jemput Ala?? Alany membatin sebab saat ini ia benar benar takut hujan turun sangat deras

Ayah ibu tolong Ala. ia berteriak dalam hatinya dan berfikir apakah orang tuanya lupa akan dirinya. Alany mulai menitikan air matanya, orang tua yang menurutnya  menjadi tameng, malah menjadi perusak pertama hatinya, orang tua yang menurutnya orang yang akan selalu ada malah menjadi orang pertama yang meninggalkan Alany, bahkan di tengah hujan seperti ini orang tuanya menjadi penyebab hujan di matanya.

Alany binggung ia tidak punya ponsel untuk menghubungi ibu atau ayahnya, bukan karena tak mampu membelinya namun ia memang sengaja  tidak di belikan oleh orang tuanya ponsel sebab ibu dan ayahnya berfikir ia tidak bisa munggunakannya

Alany sangat sangat takut raport di gengamanya pun basah mengikuti dressnya yang juga basah ia terduduk lemah, dan meringkuk di pos penjaga hingga tak sadar matanya terpejam

Bagi buat yang lain ya kalo suka ceritanya.

jangan lupa tinggalin jejak•_•

mania agapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang