20

1.7K 74 7
                                    

Hari ini.

Hari pernikahan Aldo dan Alany, mereka sengaja melakukan pernikahan di hari sibuk seperti ini agar menghindari pro dan kontra masalah kedepan. Dan sengaja hanya mengundang keluarga dari pihak Aldo saja

keluarga Alany? tidak tahu, bahkan tidak satupun dari pihaknya yang ikut andil bahkan hanya untuk sekedar mendoakan agar pernikahan ini berjalan mulus.

Alany tersenyum penuh ironi, rasa sakit di hatinya sangat kentara membuat Alany bergerak dengan sangat tidak semangat, wajahnya cantik, bahkan semua terpukau akan manisnya gadis 16 tahun itu sekarang namun di balik itu semua ada luka yang ada sembunyikan, ada tangis yang tertahan di pelupuk matanya

"Alaaaa, gua gak tau mesti bilang apa, cuma yang gua tau ini moment yang mungkin menyenangkan buat sebagian orang, tapi mungkin nggak buat lo, yang kuat ya Ala, yang sabar" kata kata itu terlontar dari Sella yang tengah memeluk Alany dengan sangat erat di akhir acara. Tak ayal air matanya mengalir, Sella sangat terharu saat ini melihat betapa sabarnya Alany menghadapi ini semua

Sella, Reno, Bian, serta Zevana kompak izin sekolah demi merayakan pernikahan Alany dan Aldo. Namun kini ada seorang yang tidak menikmati acara ini dan itu adalah Zevana. Ia merasa kesal karena Aldo menikahi Alany, harusnya ia menjadi istri Aldo bukan, bocah ingusan yang seperti Alany itu

"Aldo, gue mau ngomong" ajak Zevana lembut lalu menarik tangan Aldo pergi menuju kebelakang panggung acara

"Aldo, gua nyesel sekolah keluar, harusnya gua tetep di sini, mungkin sepersekian kemungkinan gua yang bakal lo nikahin bukan dia" Zevana menangis membuat Aldo binggung, Aldo mengusap kepala Zevana dengan lembut, kemudian tersenyum simpul yang jarang Aldo berikan untuk siapapun

"Zev, gua cinta sama lo, lo tau itu, acara ini cuma buat di atas kertas, gua bakal ninggalin dia buat lo" ucap Aldo

"tapi gua takut Al, bakal ada bayi yang hadir di tengah kalian, gua takut lo jatuh sama Alany, terus cinta buat gue? gak ada"

Aldo termenung, ada benarnya, namun Aldo sudah yakin ia tidak akan jatuh cinta pada Alany, jika memang suatu saat dirinya akan mencintai anaknya maka Aldo bisa saja membawa anak itu pergi, lalu dirawat bersama dengan Zevana dan meninggalkan Alany

"gua janji Zev, cinta buat lo akan selalu ada. Percaya" Aldo meyakinkan Zevana, Zevana tersenyum Aldo yang dikenalnya memang selalu menepati janji.

Zevana tersenyum sumringah "janji ya Al" Aldo mengangguk lalu tersenyum dan kembali kedalam ruangan karena merasa tidak baik meninggalkan acara yang belum benar benar selesai, lalu tak sengaja mata Aldo menangkap Alany yang tengah berbaur dengan teman temannya. Meski Aldo tau Alany tidak banyak menanggapi karena keadaannya yang bisu dan juga lebih sering terlihat menunduk lemah

***

Semua sudah pulang, hingga yang tersisa hanya Aldo, Alany dan keluarganya

"Ala, Aldo sini papa mau ngomong" Aldo yang sebelumnya ingin melangkah ke kamar terurung karena panggilan papanya, begitu juga dengan Alany yang hanya mengekori Aldo

"Duduk" Suara Rico menginstrupsi keduanya untuk duduk di sofa ruang keluarga

"Kalian udah resmi, untuk Alany papa minta maaf karena sebelum ini papa gagal didik Aldo, untuk Aldo papa cuma mau bilang jangan bikin keadaan sama kaya sekarang" Rico sedikit tercekat dengan kalimatnya seakan pusaran masa lalu merambat luas keotaknya. Tentang bagaimana kini Aldo terjebak di antara masalah orang tuanya sendiri.

Rico sudah berusaha semampunya untuk membuat Melany mencintainya dan membuat sebuah keluarga kecil bahagia, layaknya yang di impikan semua orang. Namun sebelum itu Rico kembali melanjutkan kalimatnya

"kamu jangan bikin keluarga kamu hancur, cukup papa Aldo, jangan kamu" ucap Rico lagi. Sungguh dadanya sesak kini membayangkan jika nanti Aldo akan mengulang kesalahan yang sama dengannya. Jika Alany mampu menerima secara lapang dada keadanya kini, jelas memang berbeda dengan keadaan dirinya dan Melany

namun kedua orang tua yang bertepuk sebelah tangan jelas juga akan mengakibatkan hal yang sama untuk masa depan anak mereka kelak

"Itu doang pa? Sebisa Aldo ya pa. Aldo minta maaf kalo nanti gak sesuai sama ekspektasi papa"

Kecewa. Jelas, bukan hanya Rico yang kini merasa bahwa Aldo hanya menggangap kalimatnya main main namun juga Alany yang kini hatinya seakan tercubit, seakan gambaran dari kalimat Aldo membuat Alany merasa bahwa tidak akan ada cinta di antara mereka.

"kita pergi dulu ya pa. Aldo capek" Rico hanya mengangguk pelan lalu juga ikut pergi meninggalkan ruang keluarga dengan perasaan kecewa.

saat di depan pintu kamar dan segera masuk tiba tiba istrinya menatap Rico dengan tajam

"kamu kayanya ngebela banget sih Aldo sama anak itu, pake acara dukung 'semoga kalian bisa bangun rumah tangga yang bener' dia itu bisu gak bisa apa apa yang ada cuma nyusahin Aldo aja" Yaps itu adalah suara Melany yang sempat menguping percakapan Aldo dan suaminya itu

"cukup kita yang bikin Aldo tumbuh dengan perasaan keras, penuh dendam, cukup kita yang bikin dia gak bahagia tumbuh sama orang tuanya. Aku masih mau cucuku bahagia" ucap Rico seraya melepaskan kemeja dan jas yang masih melekat di tubuhnya

"Mau nyalahin aku? inget ya mas, kalo dulu kamu gak maksa mungkin aku udah punya anak yang lain. Yang bisa aku bahagiain. Yang salah bukan kita tapi kamu" Melany mengepalkan tangannya tanda bahwa ia sangat kesal dengan Rico

Melany menampilkan aura permusuhan yang sangat kental, wajahnya sangat kesal hingga memerah, namun Rico menanggapi istrinya itu dengan ketenangan. Meski hatinya sakit dengan perkataan Melany Rico tetap menyayangi istrinya itu dengan ketulusan.

Melany hanya mengeram, bagaimana tidak suaminya itu sangat santai dengan keadaan membuat emosi Melany makin menggebu gebu saja. Huft.

***

Aldo menarik kasar lengan Alany hingga memerah, Alany binggung mengapa suaminya itu tiba tiba menarik lengannya dengan kuat saat akan tiba di kamar

"Lo tau gak? gua benci banget sama lo, gua gak mau ngeluarin tenaga gua buat cuma mikirin lo!" Alany meringis kesakitan namun tetap saja tidak Aldo hiraukan

Alany menahan air matanya mati matian, kemudian menghentikan langkah saat tepat berada di depan pintu kamar Aldo

Alany tertunduk, butiran air bening mengalir di tanpa diingkan. Rasa sesak makin menguasai hatinya.

"maaf, maafin Ala Aldo" kalimat itu tidak ia sebutkan memang, namun raut wajah itu adalah gambaran jelas bahwa Alany sangat kesakitan

Rasa sakit hati dan batin

"Lo tidur di sofa, gua gak mau tau, terserah lo mau gimana" Alany mengganguk ringan lalu masuk ke kamar yang belakangan ini menampung dirinya. Lalu merebahkan diri di atas sofa empuk yang lebar dan cukup untuk menampung badannya yang kecil.

***

maafkan atas ketidak jelasan akan alur cerita ini-!

maaf banget yaa atas keterlambatan aku ngetik karena insecure bnget pas baca cerita org yang jauh lebih bagus ama keren keren

makasih juga yang udah still stay di cerita 'Mania Agape' ini

love you gays🍓❤️

mania agapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang