Yunho dan Mingi telah lama menjalin hubungan yang erat.
Mereka saling mencintai dan menghormati, menjaga bagian intim dari hubungan mereka untuk diri sendiri dan mendapat reaksi yang sebagian besar positif saat mereka come out ke grup dan penggemar.
Namun, baru-baru ini, Mingi mulai memperhatikan perubahan pada Yunho. Setiap kali mereka memiliki pertemuan bulanan dengan manajer, Yunho menjadi semakin tertutup dan cemas. Meskipun Mingi mencoba mencari tahu apa yang mengganggu Yunho, pacarnya itu tetap bungkam.
Pagi itu, saat latihan dimulai, Yunho tampak pucat dan lemah. Mingi mencuri pandang ke arah Yunho yang berusaha keras mengikuti gerakan tarian mereka.
"Yunho, kamu baik-baik saja?" tanya Mingi saat mereka beristirahat sebentar.
"Ya, aku baik-baik saja. Cuma sedikit lelah," jawab Yunho sambil tersenyum kecil, berusaha meyakinkan Mingi.
Mingi tidak ingin mendesak, namun hatinya terusik melihat Yunho yang semakin hari semakin kurus dan lesu. Dia tahu ada sesuatu yang salah, namun tidak tahu bagaimana cara membuat Yunho membuka diri.
Hari itu, latihan berlangsung lebih keras dari biasanya. Yunho berusaha sekuat tenaga, namun tubuhnya tidak bisa mengikuti. Ketika musik berhenti, Yunho tiba-tiba ambruk ke lantai, tak sadarkan diri.
"Yunho!" Mingi berteriak panik, berlari ke arahnya. Para anggota lain juga bergegas mendekat, wajah mereka penuh kekhawatiran.
Manajer segera memanggil ambulans, dan mereka semua menunggu dengan cemas. Mingi memegang tangan Yunho yang dingin, berdoa agar pacarnya segera sadar.
Di rumah sakit, dokter memberitahu mereka bahwa Yunho mengalami kelelahan ekstrem dan dehidrasi. Mingi duduk di samping tempat tidur Yunho, menggenggam tangannya dengan erat.
"Yunho, kenapa kamu tidak bilang apa-apa? Kita seharusnya saling mendukung," bisiknya dengan suara gemetar.
Setelah beberapa saat, Yunho mulai membuka mata perlahan. Melihat Mingi di sampingnya, air mata menggenang di matanya.
"Maaf, Mingi," kata Yunho lemah. "Aku tidak ingin kamu khawatir."
"Khawatir? Aku hampir kehilanganmu, Yunho. Tolong, ceritakan padaku apa yang terjadi," Mingi memohon.
Yunho menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mulai bercerita. "Aku... aku merasa tertekan dengan semua tanggung jawab ini. Tekanan dari pertemuan bulanan dengan manajer, harapan dari penggemar, dan menjaga hubungan kita agar tetap pribadi... semuanya menjadi terlalu berat. Aku mulai mengabaikan diriku sendiri. Aku bahkan lupa makan atau minum saat latihan."
Mingi menatap Yunho dengan mata penuh air mata. "Yunho, kita ada di sini untuk saling mendukung. Tidak ada yang terlalu besar untuk kita hadapi bersama. Kamu tidak perlu menanggung semuanya sendirian."
"Aku hanya tidak ingin menyeretmu ke dalam masalahku. Kamu sudah punya cukup banyak tekanan," jawab Yunho, air mata mengalir di pipinya.
Mingi menggelengkan kepala, mengusap air mata Yunho dengan lembut. "Kita adalah tim, Yunho. Lebih dari itu, kita adalah pasangan. Aku ada di sini untukmu, baik dalam suka maupun duka. Kita akan menghadapi ini bersama."
Yunho akhirnya mengangguk, merasa lega telah mengungkapkan beban yang selama ini dia pendam. Mereka berbicara panjang lebar, berbagi perasaan yang selama ini tersembunyi.
Setelah Yunho pulih, Mingi memastikan bahwa pacarnya menjaga kesehatannya dengan lebih baik. Mereka juga berbicara dengan manajer dan anggota lain tentang stres yang mereka hadapi, mencari dukungan dan solusi bersama.
Meskipun perjalanan mereka tidak selalu mudah, Yunho dan Mingi belajar bahwa cinta dan dukungan satu sama lain adalah kekuatan terbesar yang mereka miliki.
Mereka berjanji untuk selalu terbuka dan jujur, karena bagaimanapun, boyfriends are supposed to tell each other everything, right?
KAMU SEDANG MEMBACA
Buxom Episode • All × Yunho
Fanfictionbottom!Yunho / Yunho centric ©2021, yongoroku456