🚉

57 5 0
                                    

Seonghwa menatap layar ponselnya.

Kenapa Yunho meneleponku di waktu seperti ini? Dengan cepat dia menjawab dan mendengar isakan dari seberang telepon.

"Yunho, sayang, ada apa?" tanyanya cemas.

"H-Hwa, they got me," Yunho terisak.

"Siapa?"

"Aku nggak tahu, Hwa, tolong bantu aku," Yunho menangis.

"Kirim lokasimu, aku akan ke sana secepat mungkin," kata Seonghwa sambil berdiri dan berlari menuju pintu keluar. Dia mendengar suara kecil "oke" dari Yunho sebelum telepon terputus.

Beberapa detik kemudian ponselnya berbunyi dengan pesan lokasi dari Yunho. Dia hanya beberapa menit jauhnya.

Seonghwa masuk ke dalam mobilnya dan langsung melaju, akhirnya berhenti di sebelah sebuah gang. Dia keluar tanpa mematikan mesin mobil dan berlari ke depan. Dia mendengar isakan kecil.

"Yunho?"

"Hwa," Yunho memanggil, dan Seonghwa melihatnya. Dia berlari ke arah Yunho, berlutut, dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Apa yang terjadi, sayang?"

"H-Hwa, aku takut."

"Oke, ayo kita pulang." Seonghwa dengan hati-hati mengangkat tubuh Yunho dan membawanya ke mobil. Dia menempatkan Yunho di kursi penumpang dan memasang sabuk pengaman sebelum kembali ke kursi pengemudi.

Selama perjalanan, Yunho terus terisak dan Seonghwa mencoba menenangkannya dengan lembut mengusap punggungnya.

Setibanya di rumah, Seonghwa memapah Yunho masuk. Mereka duduk di sofa, dan Seonghwa menatap Yunho dengan penuh kekhawatiran. "Bisa kamu ceritakan apa yang terjadi?"

Yunho mengangguk pelan, matanya masih merah dan basah. "Aku sedang berjalan pulang ketika tiba-tiba ada beberapa orang yang menghampiriku. Mereka mulai meneriaki dan mendorongku. Aku nggak tahu apa yang mereka inginkan, Hwa. Aku begitu takut."

Seonghwa merasakan kemarahan dan kepedulian yang mendalam. "Mereka nggak menyakitimu secara fisik, kan?"

"Tidak, hanya mendorongku dan mengancam. Aku berhasil melarikan diri dan meneleponmu," kata Yunho, suaranya bergetar.

Seonghwa menarik Yunho lebih dekat dan mencium puncak kepalanya. "Kamu aman sekarang, Yunho. Aku di sini. Aku nggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."

Yunho memeluk Seonghwa erat-erat, menemukan kenyamanan dalam kehangatan dan kekuatan kekasihnya. "Terima kasih, Hwa. Aku nggak tahu apa yang akan kulakukan tanpa kamu."

Seonghwa mengusap punggung Yunho dengan lembut. "Aku akan selalu ada untukmu, Yunho. Kamu nggak perlu khawatir. Sekarang, istirahatlah. Kita akan bicarakan lebih lanjut besok pagi."

Mereka berdua berbaring di sofa, Seonghwa tetap memeluk Yunho hingga yang lebih muda tertidur dalam pelukannya.

Malam itu, meski dipenuhi ketakutan dan kecemasan, mereka menemukan ketenangan dalam kebersamaan.

Pagi harinya, sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela, membangunkan Seonghwa yang masih memeluk Yunho. Yunho mulai terbangun, matanya yang bengkak terlihat sedikit lebih tenang.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Seonghwa dengan lembut.

Yunho menghela napas dan tersenyum kecil. "Lebih baik. Terima kasih sudah ada untukku, Hwa."

Seonghwa mengangguk dan membalas senyuman Yunho. "Anytime, sayang. Sekarang, ayo kita buat sarapan dan mulai hari kita dengan lebih baik."

Mereka bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur, siap menghadapi hari baru dengan kekuatan cinta dan dukungan satu sama lain.

Buxom Episode • All × YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang