Sebagai seorang kekasih, apa yang harus aku lakukan?
Siapa sangka orang seperti aku akan dibuat bingung dengan pertanyaan ini? Aku tidak pernah menyangka akan memperhatikan kisah cinta yang manis ini. Ketika aku mempunyai kekasih, aku ingin menjadi pacar yang baik untuknya.
Jari menggulir layar ponsel untuk membaca artikel tentang topik terkait.
Berikan nama panggilan.
Undang untuk makan malam.
Menonton film.
Setiap hal terlihat menarik. Kecuali opsi pertama yang tidak pernah terpikirkan oleh aku. Katakanlah liburan ini tidak buruk untuk ketiga pilihan tersebut. Aku memutar telepon untuk menemukan kontaknya. Namanya tidak berubah meski dengan status yang diubah sekarang.
'Kenapa dia tidak menjawab teleponnya?'
Tidak ada tanggapan darinya. Aku mencobanya lagi dan hasilnya...
'Silakan coba lagi nanti'
Dari suasana hati yang baik, hingga buruk.
"Makan dulu, Nak!"
Saat kepalaku mendidih karena keinginan untuk membunuh seseorang, sebuah suara malaikat memanggil dari bawah. Aku berhenti memikirkan pria tampan itu sejenak, bergegas turun dari tempat tidur dan menuju dapur.
Namun, ketika aku tiba... Aku melihat orang yang telah membuat aku marah. Duduk dan tersenyum manis di samping Ny. Ratchanee.
Apa!!
"Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?" Aku berseru dan melirik pria jangkung itu.
"Maaf, aku menaruhnya di sofa." Lelaki tampan itu menjawab dengan lembut dan menoleh ke arah ibuku seolah meminta bantuan. Tentu saja, satu-satunya wanita di rumah itu yang akan melindunginya.
"Berhentilah mengeluh. Makanlah, atau kamu akan terlambat."
"Kemana kamu pergi?" Aku memasang wajah bingung, kemana perginya, apa fungsinya dan bagaimana caranya?
"Ke perpustakaan."
"Perpustakaan?"
Aku bingung.
"Suruh aku pergi ke perpustakaan untuk mengantar anakku belajar untuk ujian masuk universitas."
Aku dengan lemas menatap orang yang ingin kutabrak. Siapa yang menyuruhmu datang mengantarku ke sekolah?
Hah! Seseorang berencana pergi ke bioskop. Pada akhirnya, aku harus membawa buku di belakang pria jangkung itu ke perpustakaan sekolah.
Meski hari libur, perpustakaan tetap ramai dikunjungi siswa. Ini akan menjadi tempat belajar siswa M.6 pada ujian nasional mendatang. Kursi di bawah sudah penuh. Laki-laki ganteng itu mengajakku menaiki tangga menuju lantai 2 yang jarang dinaiki orang karena panasnya seperti berdiri di tengah lapangan, ditambah sinyal wifi yang lemah bahkan aku tidak bisa membuka Google.
"Disini sangat panas." Aku bergumam sambil menggunakan tanganku untuk menyeka keringat yang mulai merembes ke garis rambut di dahiku. Aku berbalik dan melihat lelaki tampan itu berjalan mondar-mandir dengan seseorang yang setinggi itu.
"Gunakan ini dulu." Sambil berbicara, sosok jangkung itu segera mencolokkan kabel listrik ke stopkontak sambil menatapku yang sedang duduk dan mengipasi diri. Walaupun tidak sedingin angin dari AC, tapi cukup membuat aku nyaman saat membaca.
"Terima kasih." Aku tersenyum pada orang baik itu dan segera memberi isyarat agar dia duduk di hadapanku. Sayangnya, aku salah. Niat lelaki tampan itu ingin duduk di kursi sebelahku. Itu semakin dekat sampai tidak ada hentinya.